Setiap
kegiatan pertanian pasti membutuhkan pengolahan tanah. Mengolah tanah adalah
membalik dan menggemburkan struktur tanah agar menjadi gembur, sehingga
memudahkan perakaran untuk masuk ke dalam tanah dan memudahkan akar tanaman
menyerap unsur hara. Pengolahan tanah dalam usaha budidaya pertanian bertujuan
untuk menciptakan keadaan tanah olah yang siap tanam baik secara fisik, khemis
dan biologis tanah menjadi lebih baik, membunuh gulma dan tanaman yang tidak
diinginkan, menempatkan sisa-sisa tanaman (seresah) pada tempat yang sesuai
agar dekomposisi berjalan dengan baik, menurunkan laju erosi, meratakan tanah
untuk memudahkan pekerjaan di lapangan, mencampur dan meratakan pupuk dengan tanah,
dan mempersiapkan pengaturan irigasi dan drainase, sehingga tanaman yang
dibudidayakan akan tumbuh dengan baik.
Pengolahan
tanah mengubah keadaan lahan pertanian dengan alat tertentu hingga memperoleh
susunan lahan ( struktur tanah ) yang dikehendaki oleh tanaman. Setiap upaya
pengolahan lahan akan menyebabkan terjadinya perubahan sifat-sifat tanah.
Tingkat perubahan yang terjadi sangat ditentukan oleh cara atau metode
pengolahan tanah. Perubahan sifat tanah akibat pengolahan tanah juga
berhubungan dengan seringnya tanah dalam keadaan terbuka, terutama antara 2
musim tanam, sehingga menjadi lebih riskan terhadap, erosi, dan proses iluviasi
yang selanjutnya dapat memadatkan tanah.
Cara
pengolahan lahan Cara pengolahan dapat dibagi menjadi 2 (dua) metode yaitu
secara tradisional (konvensional), dan secara modern.
1) Pengolahan
Lahan Secara Konvensional
Pengolahan
lahan dengan metode konvensional biasanya dilakukan untuk lahan lahan yang
sempit dan memiliki kemiringan tertentu. Metode ini biasanya banyak dilakukan
di lingkungan pedesaan yang sebagian masyarakat banyak menggunakan lahannya
sebagai lahan persawahan dan tanaman sayuran. Alat-alat yang digunakan dalam
system pengolahan ini antara lain cangkul, sekop, bajak, garu, untuk yang dua
terakhir penggunaannya dibantu dan digerakkan oleh hewan. Kelebihan dari metode
ini yaitu tidak dibutuhkan modal yang cukup besar, karena dilakukan oleh tenaga
manual dan biasannya dilakukan secara gotong royong. Tetapi pengolahan lahan
dengan system ini banyak mengalami kekurangan, diantaranya membutuhkan waktu
yang lama dalam pengerjaannya.
2) Pengolahan Lahan Secara
Mekanis Pengolahan lahan dengan cara modern biasanya banyak dilakukan untuk
tanaman perkebunan atau pengelolaannya secara besar dan memiliki lahan yang
luas.
a)
Kelebihan
pengolahan lahan secara mekanis Pengolahan
lahan dengan secara mekanis ini memiliki kelebihan kelebihan antara lain
sebagai berikut :
· Secara Teknis Pekerjaan
pengolahan tanah khususnya lahan yang luas memerlukan tenaga yang sangat besar,
sehingga dibutuhkan banyak tenaga kerja. Dengan tenaga yang besar, dengan
menggunakan peralatan mekanis, pekerjaan yang berat akan dengan mudah dikerjakan. Hasil pengolahan
tanah ssecara mekanis dapat lebih dalam.
· Secara Ekonomis Berdasarkan
hasil penelitian (di Pulau Jawa), biaya pengolahan tanah per hektar dengan
traktor akan lebih murah dibandingkan dengan menggunakan tenaga manusia maupun
hewan. Penurunan biaya pengolahan tanah ini tentunya akan meningkatkan
keuntungan para petani.
· Keuntungan Waktu Dengan tenaga
yang cukup besar, tentunya pengolahan tanah yang dilakukan secara mekanis akan
lebih cepat. Dengan cepatnya waktu pengolahan tanah, akan mempercepat pula
proses budidaya secara keseluruhan. Untuk beberapa tanaman yang berumur pendek,
sisa waktu yang tersedia ini dapat digunakan untuk melakukan budidaya
lagi.
b)
Faktor Penghambat
Pengolahan Tanah Secara Mekanis Faktor
Penghambat Pengolahan Tanah Secara Mekanis antara lain sebagai berikut:
· Faktor Teknis Penggunaan traktor
di lapangan untuk pengolahan tanah terlihat bahwa masih banyaknya sisa tunggul
pada petakan olahan dapat menghambat penggunaan alat pengolahan tanah, sehingga
dapat menurunkan kapasitas dan efisiensi kerja alat.Akibatnya dapat menyebabkan
menurunnya pendapatan dari penggunaan traktor.Selain itu ketersediaan
sukucadang juga menjadi faktor penghambat.
· Faktor ekonomi Kemampuan daya beli alat mesin
perttersedia ini dapat digunakan untuk melakukan budidaya lagi.
·
Faktor Sumber Daya Manusia Penggunaan alat/mesin
pertanian biasanya menuntut pengetahuan dan keterampilan.Begitu pula dengan
penggunaan alat pengolahan tanah.Tingkat pendidikan petani di Indonesia pada
umumnya masih rendah.
c)
Persyaratan lahan siap diolah
Ada beberapa hal yang perlu disiapkan agar
lahan siap untuk diolah secara mekanis, yaitu :
· Topografi (kenampakan permukaan
lahan) Traktor dapat bekerja pada lahan dengan topografi yang terbatas. Untuk
traktor roda empat sebaiknya jangan melebihi 20°. Apabila lahan terlalu miring,
traktor bisa terguling. Lahan yang bergelombang juga akan berpengaruh terhadap
hasil pengolahan. Sebaiknya lahan yang demikian dibuat berteras sehingga lahan
bisa memenuhi syarat untuk diolah secara mekanis. Selain itu, traktor sebagai
kendaraan beroda, memerlukan jalan dan jembatan untuk memasuki lahan yang akan
diolah. Pembuatan teras, jalan, dan jembatan tidak dibahas dalam modul ini.
· Vegetasi (tanaman yang tumbuh di
lahan) Batang tanaman dan sisa tanaman yang cukup besar akan menghambat
implemen masuk ke dalam tanah, sehingga hasil pengolahan tidak efektif. Batang
tanaman yang lentur tetapi kuat (liat) akan tergulung oleh putaran mesin
rotari, sehingga akan menambah beban dan dapat merusak mesin. Akar tanaman yang
kuat (liat) dan saling berhubungan akan mengikat tanah sehingga susah untuk
diolah. Vegetasi yang sekiranya mengganggu harus dipindakan dari lahan atau
dihancurkan.Vegetasi tersebut bisa dibabat dengan parang/arit.Sekarang sudah
ada mesin pemotong yang digerakkan oleh traktor. Namun cara pengoperasiannya
tidak dibahas pada modul ini.
· Bebatuan yang besar dan keras,
apabila tertabrak oleh implemen, dapat merusak implemen. Mata bajak singkal
atau piringan bisa pecah, sedangkan pisau mesin rotari bisa patah. Batu-batu
yang besar harus disingkirkan terlebih dahulu dari lahan sebelum diolah, dengan
cara dicongkel dengan linggis atau digali dengan cangkul. Batu yang telah
tergali dapat diangkat untuk disingkirkan ke tepi lahan. Sedang batu-batu yang
kecil dapat disingkirkan setelah lahan diolah.
· Kadar air tanah Kondisi kadar
air tanah akan mempengaruhi sifat dari tanah itu sendiri.
· Pada tanah yang terlalu kering,
tanah akan sangat keras dan padat. Apabila diolah, akan memerlukan implemen
yang kuat dan daya tarik traktor yang sangat besar. Sehingga pengolahan akan
tidak efisien. Tanah hasil olahan berpariasi dari bongkahan besar sampai tanah
yang hancur. Selain itu juga menimbulkan debu yang berterbangan.
· Apabila tanah dibasahi, tanah
akan melunak. Hal ini ditandai dengan berubahnya warna tanah menjadi lebih
gelap. Namun apabila tanah diambil dan digulung-gulung tidak liat dan tidak
lengket, namun remah (pecah-pecah). Kondisi ini cocok untuk dilakukan
pengolahan tanah. Pengolahan pada kondisi iini sering dinamakan pengolahan
tanah kering.
· Apabila tanah dibasahi lagi,
tanah akan liat dan lengket. Apabila diolah, akan lengket di implemen dan roda
traktor. Hasil pengolahan tidak akan sempurna (tidak efektif). Sementara putaran
roda traktor mudah slip. Tanah dalam kondisi ini, kemampuan menyangganya sangat
rendah, sehingga traktor yang memasuki lahan, rodanya akan masuk ke dalam
tanah.
· Apabila tanah lebih dibasahi
lagi, tanah akan menjadi lumpur. Tanah tidak akan lengket lagi namun dapat
mengalir. Kondisi ini juga cocok untuk dilakukan pengolahan tanah. Pengolahan
pada kondisi ini sering dinamakan pengolahan tanah basah.
d)
Tahapan kegiatan pengolahan tanah secara mekanis
meliputi:
· Pengolahan pertama sedalam ± 30
cm dengan traktor yang dilengkapi bajak piringan berdiameter 71 cm, ada yang
dilakukan pembajakan ulang dilakukan 4 minggu setelah pembajakan pertama dengan
arah 45° dari
pembajakan pertama o
Alat-alat yang digunakan dalam pengolahan
pertama antara lain: - bajak singkal (moldboard plow)
- bajak piring (disk plow)
- bajak pisau berputar (rotary plow)
- bajak chisel (chisel plow)
- bajak subsoil (subsoil plow)
- bajak raksasa (giant plow)
Cara pengolahan pertama antara lain
sebagai berikut:
- Buat batas-batas lahan yang akan diolah
dan tempat head land apabila diperlukan 45
- Traktor dibawa ke lahan dan diletakkan
sesuai dengan pola yang diinginkan. Ada beberapa macam pola pengolahan tanah
yang disesuaikan dengan bentuk lahan dan jenis alat yang digunakan, yaitu :
pola tengah, pola tepi, pola keliling, pola tengah, pola keliling tepi, dan
pola bolak balik rapat (lihat mata pelajaran dasar Alat Mesin Pertanian)
- Atur gas dan posisi gigi persneling yang
direkomendasikan oleh pabrik. Untuk itu sangat disarankan agar operator membaca
buku petunjuk pengoperasian (manual)
- Pembajakan dimulai. Kedalaman pembajakan
untuk alur pertama (pada saat kedua roda traktor belum masuk ke alur), tidak
perlu terlalu dalam.
- Pada saat berbelok, implemen diangkat
- Pembajakan selanjutnya dilakukan dengan
cara memasukkan salah satu roda ke alur. Kedalaman pembajakan otomatis menjadi
lebih dalam.
- Dua sampai empat alur terakhir
(tergantung dari panjang traktor dan lebar kerja alat bajak), head land mulai
dibajak.
· Pengolahan kedua yaitu
Penggaruan satu kali dilakukan setelah 3-4 minggu dari pembajakan dengan
traktor yang dilengkapi garu.
Beberapa jenis garu yang dipakai pada
pengolahan tanah kedua adalah :
- garu piring (disk harrow),
- garu palcu (splice tooth harrow),
- garu pegas (spring tooth harrow),
- garu rotari, dan 46 - garau khusus
(special harrow).
Cara pengolahan kedua Setelah dilakukan
pengolahan tanah pertama, kondisi tanah masih berbentuk bongkahan besar dan
keras, maka perlu dilakukan penggemburan dengan cara : Melakukan penggemburan
tanah dengan bajak rotary yang ditarik dengan traktor (apabila pengolahannya
menggunakan alat mekanis), dan menggunakan garu atau cangkul apabila dilakukan
secara tradisional, adapun langkah-langkah sebagai berikut :
- Melakukan pencangkulan/pengolahan dengan
rotary/garu, pada tanah yang telah dibajak
- Bongkahan-bongkahan tanah dihancurkan
sampai menjadi gembur dan halus
- Pada saat melakukan penggemburan tanah
sekaligus membuang gulma dan seresah-seresah yang tertinggal dengan cara
mengambilnya atau membenamkan ke dalam tanah.
- Setelah tanah digemburkan kemudian
diratakan dan dibentuk petakan/bedengan sehingga memudahkan dalam pekerjaan
berikutnya.
b. Sistem pengolahan
Berdasarkan sistem pengolahan tanah atau dilihat dari tingkat intensifitasnya
ada beberapa pengolahan tanah antara lain:
1. Pengolahan tanah O (Zero Tillage) sering disebut
Tanpa Olah Tanah (TOT). Pengolahan lahan pada system ini hanya meliputi
penyemprotan untuk membunuh atau menghilangkan gulma pada lahan, kemudian
ditunggu hingga gulma mati dan lahan siap untuk ditanami. Pada pengolahan lahan
ini biasanya digunakan sistim tajuk dalam proses penanamannya, kalau dilahan
sawah bekas padi tanpa pengolahan tanah terlebih dulu dilakukan penaburan benih
kedelai untuk memanfaatkan kelembaban tanah.
2. Pengolahan tanah minimum (Mimimum Tillage).
Bagian tanah yang diolah hanya pada calon zona perakaran dengan kelembaban dan
suhu yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.Pada pengolahan
tanah ini biasanya banyak dilakukan untuk lahan persawahan seperti penanaman
semangka lahan yang diolah hanya untuk bagian sepanjang tanaman, hamparan lahan
yang lainnya tidak diolah. Pengolahan tanah minimum adalah teknik konservasi
tanah dimana gangguan mekanis terhadap tanah diupayakan sesedikit mungkin.
Dengan cara ini kerusakan struktur tanah dapat dihindari sehingga aliran
permukaan dan erosi berkurang. Teknik ini juga mengurangi biaya dan tenaga
kerja untuk pengolahan tanah dan mengurangi biaya / tenaga kerja untuk
penyiangan secara mekanik.Pengolahan tanah minimum cukup efektif dalam mengendalikan
erosi, dan biasa dilakukan pada tanah-tanah yang berpasir dan rentan terhadap
erosi.
Pengolahan tanah minimum hanya dapat
dilakukan pada tanah yang gembur. Tanah gembur dapat terbentuk sebagai hasil
dari penggunaan mulsa secara terus menerus dan / atau pemberian pupuk hijau /
pupuk kandang / kompos dari bahan organik yang lain secara terus menerus.
Penerapan teknik pengolahan tanah minimum selalu perlu disertai pemberian
mulsa.
a)
Keuntungan:
·
Menghindari kerusakan struktur tanah
·
Mengurangi aliran permukaan dan erosi
·
Memperlambat proses mineralisasi, sehingga penggunaan zatzat hara dalam
bahan-bahan organik lebih berkelanjutan. ·Tenaga
kerja yang lebih sedikit daripada pengelolaan penuh, sehingga mengurangi biaya
produksi.
·
Dapat diterapkan pada lahan-lahan marginal yang jika tidak dengan cara ini
mungkin tidak dapat diolah.
b)
Kelemahan:
·
Persiapan bedengan yang kurang memadai dapat menyebabkan pertumbuhan yang
kurang baik dan produksi yang rendah, terutama untuk tanaman seperti jagung dan
ubi.
·
Perakaran mungkin terbatas dalam tanah yang berstruktur keras.
·
Lebih cocok untuk tanah yang gembur
·
Pemberian mulsa perlu dilakukan secara terus menerus
·
Herbisida diperlukan apabila pengendalian tanaman pengganggu tidak dilakukan
secara manual / mekanis.
3. Pengolahan tanah optimum (Optimum Tillage).
Pengolahan hanya dilakukan pada lajur
tanaman saja (sistem Reynoso untuk tanaman tebu). Hamparan lahan lebih banyak
diolah tetapi hanya pada tempat tanaman saja mengingat populasi tanamannya
relatif banyak
4. Pengolahan tanah maksimum (Maximum Tillage).
5. Pengolahan secara intensif seluruh areal
pertanahan menjadi gembur dan permukaan tanah rata.Disebut juga pengolahan
lahan secara sempurna yaitu pengolahan lahan yang meliputi seluruh kegiatan
pengolahan lahan. Dimulai dari awal pembukaan lahan hingga lahan siap untuk
ditanami, meliputi pembajakan, rotary, pembedengan atau pembuatan saluran
draynase, dan pemupukan dasar.
0 komentar:
Posting Komentar