2020-12-25

Pengolahan Lahan Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit



Setiap kegiatan pertanian pasti membutuhkan pengolahan tanah. Mengolah tanah adalah membalik dan menggemburkan struktur tanah agar menjadi gembur, sehingga memudahkan perakaran untuk masuk ke dalam tanah dan memudahkan akar tanaman menyerap unsur hara. Pengolahan tanah dalam usaha budidaya pertanian bertujuan untuk menciptakan keadaan tanah olah yang siap tanam baik secara fisik, khemis dan biologis tanah menjadi lebih baik, membunuh gulma dan tanaman yang tidak diinginkan, menempatkan sisa-sisa tanaman (seresah) pada tempat yang sesuai agar dekomposisi berjalan dengan baik, menurunkan laju erosi, meratakan tanah untuk memudahkan pekerjaan di lapangan, mencampur dan meratakan pupuk dengan tanah, dan mempersiapkan pengaturan irigasi dan drainase, sehingga tanaman yang dibudidayakan akan tumbuh dengan baik.

Pengolahan tanah mengubah keadaan lahan pertanian dengan alat tertentu hingga memperoleh susunan lahan ( struktur tanah ) yang dikehendaki oleh tanaman. Setiap upaya pengolahan lahan akan menyebabkan terjadinya perubahan sifat-sifat tanah. Tingkat perubahan yang terjadi sangat ditentukan oleh cara atau metode pengolahan tanah. Perubahan sifat tanah akibat pengolahan tanah juga berhubungan dengan seringnya tanah dalam keadaan terbuka, terutama antara 2 musim tanam, sehingga menjadi lebih riskan terhadap, erosi, dan proses iluviasi yang selanjutnya dapat memadatkan tanah.

Cara pengolahan lahan Cara pengolahan dapat dibagi menjadi 2 (dua) metode yaitu secara tradisional (konvensional), dan secara modern.

1)      Pengolahan Lahan Secara Konvensional

Pengolahan lahan dengan metode konvensional biasanya dilakukan untuk lahan lahan yang sempit dan memiliki kemiringan tertentu. Metode ini biasanya banyak dilakukan di lingkungan pedesaan yang sebagian masyarakat banyak menggunakan lahannya sebagai lahan persawahan dan tanaman sayuran. Alat-alat yang digunakan dalam system pengolahan ini antara lain cangkul, sekop, bajak, garu, untuk yang dua terakhir penggunaannya dibantu dan digerakkan oleh hewan. Kelebihan dari metode ini yaitu tidak dibutuhkan modal yang cukup besar, karena dilakukan oleh tenaga manual dan biasannya dilakukan secara gotong royong. Tetapi pengolahan lahan dengan system ini banyak mengalami kekurangan, diantaranya membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaannya.

2)   Pengolahan Lahan Secara Mekanis Pengolahan lahan dengan cara modern biasanya banyak dilakukan untuk tanaman perkebunan atau pengelolaannya secara besar dan memiliki lahan yang luas.

a)    Kelebihan

pengolahan lahan secara mekanis Pengolahan lahan dengan secara mekanis ini memiliki kelebihan kelebihan antara lain sebagai berikut :

· Secara Teknis Pekerjaan pengolahan tanah khususnya lahan yang luas memerlukan tenaga yang sangat besar, sehingga dibutuhkan banyak tenaga kerja. Dengan tenaga yang besar, dengan menggunakan peralatan mekanis, pekerjaan yang berat akan  dengan mudah dikerjakan. Hasil pengolahan tanah ssecara mekanis dapat lebih dalam.

· Secara Ekonomis Berdasarkan hasil penelitian (di Pulau Jawa), biaya pengolahan tanah per hektar dengan traktor akan lebih murah dibandingkan dengan menggunakan tenaga manusia maupun hewan. Penurunan biaya pengolahan tanah ini tentunya akan meningkatkan keuntungan para petani.

· Keuntungan Waktu Dengan tenaga yang cukup besar, tentunya pengolahan tanah yang dilakukan secara mekanis akan lebih cepat. Dengan cepatnya waktu pengolahan tanah, akan mempercepat pula proses budidaya secara keseluruhan. Untuk beberapa tanaman yang berumur pendek, sisa waktu yang tersedia ini dapat digunakan untuk melakukan budidaya lagi. 

b)      Faktor Penghambat

Pengolahan Tanah Secara Mekanis Faktor Penghambat Pengolahan Tanah Secara Mekanis antara lain sebagai berikut:

· Faktor Teknis Penggunaan traktor di lapangan untuk pengolahan tanah terlihat bahwa masih banyaknya sisa tunggul pada petakan olahan dapat menghambat penggunaan alat pengolahan tanah, sehingga dapat menurunkan kapasitas dan efisiensi kerja alat.Akibatnya dapat menyebabkan menurunnya pendapatan dari penggunaan traktor.Selain itu ketersediaan sukucadang juga menjadi faktor penghambat.

·  Faktor ekonomi Kemampuan daya beli alat mesin perttersedia ini dapat digunakan untuk melakukan budidaya lagi.

·     Faktor Sumber Daya Manusia Penggunaan alat/mesin pertanian biasanya menuntut pengetahuan dan keterampilan.Begitu pula dengan penggunaan alat pengolahan tanah.Tingkat pendidikan petani di Indonesia pada umumnya masih rendah.

c)       Persyaratan lahan siap diolah

Ada beberapa hal yang perlu disiapkan agar lahan siap untuk diolah secara mekanis, yaitu :

· Topografi (kenampakan permukaan lahan) Traktor dapat bekerja pada lahan dengan topografi yang terbatas. Untuk traktor roda empat sebaiknya jangan melebihi 20°. Apabila lahan terlalu miring, traktor bisa terguling. Lahan yang bergelombang juga akan berpengaruh terhadap hasil pengolahan. Sebaiknya lahan yang demikian dibuat berteras sehingga lahan bisa memenuhi syarat untuk diolah secara mekanis. Selain itu, traktor sebagai kendaraan beroda, memerlukan jalan dan jembatan untuk memasuki lahan yang akan diolah. Pembuatan teras, jalan, dan jembatan tidak dibahas dalam modul ini.

· Vegetasi (tanaman yang tumbuh di lahan) Batang tanaman dan sisa tanaman yang cukup besar akan menghambat implemen masuk ke dalam tanah, sehingga hasil pengolahan tidak efektif. Batang tanaman yang lentur tetapi kuat (liat) akan tergulung oleh putaran mesin rotari, sehingga akan menambah beban dan dapat merusak mesin. Akar tanaman yang kuat (liat) dan saling berhubungan akan mengikat tanah sehingga susah untuk diolah. Vegetasi yang sekiranya mengganggu harus dipindakan dari lahan atau dihancurkan.Vegetasi tersebut bisa dibabat dengan parang/arit.Sekarang sudah ada mesin pemotong yang digerakkan oleh traktor. Namun cara pengoperasiannya tidak dibahas pada modul ini.

· Bebatuan yang besar dan keras, apabila tertabrak oleh implemen, dapat merusak implemen. Mata bajak singkal atau piringan bisa pecah, sedangkan pisau mesin rotari bisa patah. Batu-batu yang besar harus disingkirkan terlebih dahulu dari lahan sebelum diolah, dengan cara dicongkel dengan linggis atau digali dengan cangkul. Batu yang telah tergali dapat diangkat untuk disingkirkan ke tepi lahan. Sedang batu-batu yang kecil dapat disingkirkan setelah lahan diolah.

· Kadar air tanah Kondisi kadar air tanah akan mempengaruhi sifat dari tanah itu sendiri.

· Pada tanah yang terlalu kering, tanah akan sangat keras dan padat. Apabila diolah, akan memerlukan implemen yang kuat dan daya tarik traktor yang sangat besar. Sehingga pengolahan akan tidak efisien. Tanah hasil olahan berpariasi dari bongkahan besar sampai tanah yang hancur. Selain itu juga menimbulkan debu yang berterbangan.

· Apabila tanah dibasahi, tanah akan melunak. Hal ini ditandai dengan berubahnya warna tanah menjadi lebih gelap. Namun apabila tanah diambil dan digulung-gulung tidak liat dan tidak lengket, namun remah (pecah-pecah). Kondisi ini cocok untuk dilakukan pengolahan tanah. Pengolahan pada kondisi iini sering dinamakan pengolahan tanah kering.

· Apabila tanah dibasahi lagi, tanah akan liat dan lengket. Apabila diolah, akan lengket di implemen dan roda traktor. Hasil pengolahan tidak akan sempurna (tidak efektif). Sementara putaran roda traktor mudah slip. Tanah dalam kondisi ini, kemampuan menyangganya sangat rendah, sehingga traktor yang memasuki lahan, rodanya akan masuk ke dalam tanah.

· Apabila tanah lebih dibasahi lagi, tanah akan menjadi lumpur. Tanah tidak akan lengket lagi namun dapat mengalir. Kondisi ini juga cocok untuk dilakukan pengolahan tanah. Pengolahan pada kondisi ini sering dinamakan pengolahan tanah basah.

d)      Tahapan kegiatan pengolahan tanah secara mekanis meliputi:

· Pengolahan pertama sedalam ± 30 cm dengan traktor yang dilengkapi bajak piringan berdiameter 71 cm, ada yang dilakukan pembajakan ulang dilakukan 4 minggu setelah pembajakan pertama dengan arah 45° dari pembajakan pertama o

Alat-alat yang digunakan dalam pengolahan pertama antara lain: - bajak singkal (moldboard plow)

- bajak piring (disk plow)

- bajak pisau berputar (rotary plow)

- bajak chisel (chisel plow)

- bajak subsoil (subsoil plow)

- bajak raksasa (giant plow)

Cara pengolahan pertama antara lain sebagai berikut:

- Buat batas-batas lahan yang akan diolah dan tempat head land apabila diperlukan 45

- Traktor dibawa ke lahan dan diletakkan sesuai dengan pola yang diinginkan. Ada beberapa macam pola pengolahan tanah yang disesuaikan dengan bentuk lahan dan jenis alat yang digunakan, yaitu : pola tengah, pola tepi, pola keliling, pola tengah, pola keliling tepi, dan pola bolak balik rapat (lihat mata pelajaran dasar Alat Mesin Pertanian)

- Atur gas dan posisi gigi persneling yang direkomendasikan oleh pabrik. Untuk itu sangat disarankan agar operator membaca buku petunjuk pengoperasian (manual)

- Pembajakan dimulai. Kedalaman pembajakan untuk alur pertama (pada saat kedua roda traktor belum masuk ke alur), tidak perlu terlalu dalam.

- Pada saat berbelok, implemen diangkat

- Pembajakan selanjutnya dilakukan dengan cara memasukkan salah satu roda ke alur. Kedalaman pembajakan otomatis menjadi lebih dalam.

- Dua sampai empat alur terakhir (tergantung dari panjang traktor dan lebar kerja alat bajak), head land mulai dibajak.

· Pengolahan kedua yaitu Penggaruan satu kali dilakukan setelah 3-4 minggu dari pembajakan dengan traktor yang dilengkapi garu.

Beberapa jenis garu yang dipakai pada pengolahan tanah kedua adalah :

- garu piring (disk harrow),

- garu palcu (splice tooth harrow),

- garu pegas (spring tooth harrow),

- garu rotari, dan 46 - garau khusus (special harrow).

Cara pengolahan kedua Setelah dilakukan pengolahan tanah pertama, kondisi tanah masih berbentuk bongkahan besar dan keras, maka perlu dilakukan penggemburan dengan cara : Melakukan penggemburan tanah dengan bajak rotary yang ditarik dengan traktor (apabila pengolahannya menggunakan alat mekanis), dan menggunakan garu atau cangkul apabila dilakukan secara tradisional, adapun langkah-langkah sebagai berikut :

- Melakukan pencangkulan/pengolahan dengan rotary/garu, pada tanah yang telah dibajak

- Bongkahan-bongkahan tanah dihancurkan sampai menjadi gembur dan halus

- Pada saat melakukan penggemburan tanah sekaligus membuang gulma dan seresah-seresah yang tertinggal dengan cara mengambilnya atau membenamkan ke dalam tanah.

- Setelah tanah digemburkan kemudian diratakan dan dibentuk petakan/bedengan sehingga memudahkan dalam pekerjaan berikutnya.

b. Sistem pengolahan Berdasarkan sistem pengolahan tanah atau dilihat dari tingkat intensifitasnya ada beberapa pengolahan tanah antara lain:

1.   Pengolahan tanah O (Zero Tillage) sering disebut Tanpa Olah Tanah (TOT). Pengolahan lahan pada system ini hanya meliputi penyemprotan untuk membunuh atau menghilangkan gulma pada lahan, kemudian ditunggu hingga gulma mati dan lahan siap untuk ditanami. Pada pengolahan lahan ini biasanya digunakan sistim tajuk dalam proses penanamannya, kalau dilahan sawah bekas padi tanpa pengolahan tanah terlebih dulu dilakukan penaburan benih kedelai untuk memanfaatkan kelembaban tanah.

2.     Pengolahan tanah minimum (Mimimum Tillage). Bagian tanah yang diolah hanya pada calon zona perakaran dengan kelembaban dan suhu yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.Pada pengolahan tanah ini biasanya banyak dilakukan untuk lahan persawahan seperti penanaman semangka lahan yang diolah hanya untuk bagian sepanjang tanaman, hamparan lahan yang lainnya tidak diolah. Pengolahan tanah minimum adalah teknik konservasi tanah dimana gangguan mekanis terhadap tanah diupayakan sesedikit mungkin. Dengan cara ini kerusakan struktur tanah dapat dihindari sehingga aliran permukaan dan erosi berkurang. Teknik ini juga mengurangi biaya dan tenaga kerja untuk pengolahan tanah dan mengurangi biaya / tenaga kerja untuk penyiangan secara mekanik.Pengolahan tanah minimum cukup efektif dalam mengendalikan erosi, dan biasa dilakukan pada tanah-tanah yang berpasir dan rentan terhadap erosi.

Pengolahan tanah minimum hanya dapat dilakukan pada tanah yang gembur. Tanah gembur dapat terbentuk sebagai hasil dari penggunaan mulsa secara terus menerus dan / atau pemberian pupuk hijau / pupuk kandang / kompos dari bahan organik yang lain secara terus menerus. Penerapan teknik pengolahan tanah minimum selalu perlu disertai pemberian mulsa.

a)       Keuntungan:

· Menghindari kerusakan struktur tanah

· Mengurangi aliran permukaan dan erosi

· Memperlambat proses mineralisasi, sehingga penggunaan zatzat hara dalam bahan-bahan organik lebih berkelanjutan. ·Tenaga kerja yang lebih sedikit daripada pengelolaan penuh, sehingga mengurangi biaya produksi.

· Dapat diterapkan pada lahan-lahan marginal yang jika tidak dengan cara ini mungkin tidak dapat diolah.

b)      Kelemahan:

· Persiapan bedengan yang kurang memadai dapat menyebabkan pertumbuhan yang kurang baik dan produksi yang rendah, terutama untuk tanaman seperti jagung dan ubi.

· Perakaran mungkin terbatas dalam tanah yang berstruktur keras.

· Lebih cocok untuk tanah yang gembur

· Pemberian mulsa perlu dilakukan secara terus menerus

· Herbisida diperlukan apabila pengendalian tanaman pengganggu tidak dilakukan secara manual / mekanis.

3.      Pengolahan tanah optimum (Optimum Tillage).

Pengolahan hanya dilakukan pada lajur tanaman saja (sistem Reynoso untuk tanaman tebu). Hamparan lahan lebih banyak diolah tetapi hanya pada tempat tanaman saja mengingat populasi tanamannya relatif banyak

4.     Pengolahan tanah maksimum (Maximum Tillage).

5.   Pengolahan secara intensif seluruh areal pertanahan menjadi gembur dan permukaan tanah rata.Disebut juga pengolahan lahan secara sempurna yaitu pengolahan lahan yang meliputi seluruh kegiatan pengolahan lahan. Dimulai dari awal pembukaan lahan hingga lahan siap untuk ditanami, meliputi pembajakan, rotary, pembedengan atau pembuatan saluran draynase, dan pemupukan dasar.







0 komentar:

Posting Komentar