2024-03-31

1.2.a.3. Mulai dari diri - Modul 1.2 (CGP 10)

 

Tujuan Pembelajaran Khusus

  •  CGP dapat mengidentifikasi nilai-nilai diri sendiri, yang selama ini melekat dalam pribadinya.
  • CGP dapat menjelaskan peran dirinya sebagai seorang Guru di dalam lingkungan sekolahnya masing-masing

Pada kesempatan ini, pembelajaran akan dimulai dengan membuat diagram trapesium usia dan menjawab beberapa pertanyaan mengenai diri Bapak/Ibu. Agar mendapatkan manfaat yang maksimal dari kegiatan ini, hal yang perlu diperhatikan ketika menjawab pertanyaan nanti adalah kejujuran Bapak/Ibu dalam memberikan jawaban. Tidak ada jawaban benar ataupun salah. Apa yang menjadi pertanyaan hanyalah upaya untuk membantu menggali pengalaman serta nilai diri Bapak/Ibu sendiri. Silakan jawab semua jangan sampai terlewat. Ambil waktu khusus agar dapat mengerjakannya dengan tenang. Selamat Mengerjakan!

Kegiatan 1. Trapesium usia

  1. Buatlah garis miring naik ke atas (sisi kiri), tuliskan usia saat Bapak/Ibu menyelesaikan masa sekolah pada ujung garis tersebut.
  2. Lanjutkan dengan membuat garis mendatar (tengah), yang menunjukkan usia kerja. Pada salah satu titik di garis tersebut, tuliskan angka yang menunjukkan usia saat ini.
  3. Buatlah garis miring menurun (sisi kanan) untuk menandakan masa pensiun.
  4. Ingatlah dua peristiwa penting pada masa sekolah; satu peristiwa bernuansa positif dan satu lagi yang negatif yang terkait relasi Bapak/Ibu dengan guru pada rentang usia PAUD sampai sekolah menengah (4-17 tahun).
  5. Pada bagian garis miring naik ke atas (sisi kiri), tulis angka yang menunjukkan pada usia berapa kedua peristiwa tersebut terjadi (misalnya: umur 7 dan 12 tahun).
  6. Hitunglah selisih dari usia Bapak/Ibu sekarang dan usia pada saat kedua peristiwa tersebut terjadi.

Jawaban


Tugas 1. Refleksi

Jika Bapak/Ibu sudah membuat diagram trapesium usia ini, jawablah pertanyaan berikut:

  1.  Apa peristiwa positif dan negatif yang saya tuliskan di sana?
  2. Selain saya, siapa lagi yang terlibat di dalam masing-masing peristiwa tersebut?
  3. Dampak emosi apa saja yang saya rasakan hingga sekarang? (silakan gunakan roda emosi Plutchik di Gambar 2 untuk mengidentifikasi persisnya perasaan Bapak/Ibu di masa itu)
  4. Mengapa momen yang terjadi di masa sekolah masih dapat saya rasakan dan masih dapat memengaruhi diri saya di masa sekarang?
  5. Pelajaran hidup apa yang saya peroleh dari kegiatan trapesium usia dan roda emosi, terkait peran saya sebagai guru terhadap peserta didik saya? 
  6. Bagaimana saya menuliskan nilai-nilai yang saya yakini sebagai seorang Guru, dalam 1 atau 2 kalimat menggunakan kata-kata: "guru", "murid", "belajar", "makna", "peran"?

Jawaban
  1. Peristiwa negatif ketika saya saya berumur 12 tahun kelas 1 SMP, kedua orang tua saya bercerai dan hal itu menggangu aktivitas belajar sehingga saya yang biasa masuk 5 besar peringkat kelas, menjadi ke peringkat 25 dikelas. Peristiwa positif yang saya alami ketika saya berumur 17 tahun kelas 3 SMU. Pada saat itu menjelang EBTA dan EBTANAS, saya berfikir saya tidak akan bisa mengerjakan soal ujian karena sebelum ujian saya mengalami sakit yang lama sehingga tidak hadir disekolah. Teman-teman di kelas membantu saya dlam belajar mengejar ketertinggalan saya selama sakit. Bukan hanya dukungan teman-teman, dari wali kelas banyak juga membantu saya dalam belajar dan menginformasikan tugas-tugas yang harus saya kerjakan. Berkat bantuan semua alhamdulilah saya dapat mengerjakan soal ujian dan lulus dengan nilai baik.
  2. Selain saya yang terlibat dalam kejadian tersebut adalah orang tua, guru dan teman-teman
  3. Peristiwa positif: Dengan bimbingan dari guru (wali kelas), serta bantuan teman-teman saya akhir nya bisa lulus dengan nilai baik. Peristiwa negatif: Saya merasa marah, sedih, dan terpukul akibat perceraian tersebut sehingga saya tidak bisa konsentrasi belajar disekolah
  4. Masa sekolah adalah periode di mana kita mulai membentuk identitas kita. Pengalaman-pengalaman tersebut membantu membentuk nilai-nilai, keyakinan, dan preferensi yang menjadi bagian dari siapa kita. Oleh karena itu, momen-momen penting di masa sekolah sering kali tetap berpengaruh karena mereka membentuk dasar bagi identitas kita
  5. Dari kedua konsep tersebut, seorang guru juga memperoleh pelajaran tentang pentingnya konsistensi dalam memberikan dukungan dan peduli terhadap perkembangan peserta didik. Memahami bahwa setiap anak memiliki pengalaman emosional yang unik, seorang guru harus konsisten dalam memberikan dukungan dan peduli terhadap kebutuhan emosional mereka. Hal ini menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung di mana peserta didik merasa didengar dan dihargai.
  6. Sebagai seorang guru, saya percaya bahwa peran saya adalah membimbing murid-murid dalam proses belajar yang membawa makna, membantu mereka menemukan nilai-nilai penting dalam pendidikan.

Tugas 2. Nilai dan peran guru penggerak menurut saya

  1. Apa nilai-nilai dalam diri saya yang membantu saya menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah saya?
  2. Apa peran yang selama ini saya mainkan dalam menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah saya?

Jawaban

Dalam menjalankan peran sebagai seorang guru yang efektif, terdapat sejumlah nilai-nilai yang mungkin saya miliki yang membantu menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah. Berikut adalah beberapa nilai-nilai tersebut:

Empati: kemampuan untuk memahami dan merasakan perasaan serta pengalaman orang lain. Dengan memiliki empati, saya dapat lebih baik memahami kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh murid-murid, rekan guru, dan anggota komunitas sekolah, sehingga saya  dapat merespon dengan lebih baik.

Keterbukaan: keterbukaan terhadap gagasan dan pandangan dari orang lain. Dengan bersikap terbuka, saya menciptakan lingkungan di mana semua orang merasa didengar dan dihargai, yang dapat mendorong kolaborasi dan pertumbuhan yang positif.

Integritas: konsistensi antara nilai-nilai dan tindakan saya. Dengan memiliki integritas, saya menjadi teladan bagi murid-murid dan mendapatkan kepercayaan dari rekan guru dan komunitas sekolah.

Komitmen terhadap pembelajaran: kesediaan untuk terus belajar dan mengembangkan diri sendiri. Dengan menunjukkan komitmen terhadap pembelajaran, menginspirasi murid-murid untuk mengadopsi sikap yang sama terhadap pendidikan dan pengembangan pribadi.

Kerja Tim: kemampuan untuk bekerja sama dengan rekan guru dan anggota komunitas sekolah lainnya. Dengan bekerja sebagai tim, saya dapat memanfaatkan keahlian dan pengalaman masing-masing untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih efektif dan mendukung.

Kesabaran: kemampuan untuk tetap tenang dan sabar dalam menghadapi tantangan dan kesulitan. Dengan bersikap sabar, dapat memberikan dukungan yang diperlukan kepada murid-murid dan membantu mereka mengatasi hambatan belajar mereka.

Keterlibatan: keterlibatan aktif dalam kegiatan dan inisiatif sekolah. Dengan terlibat,  dapat memberikan contoh bagi murid-murid tentang pentingnya berpartisipasi dalam kehidupan sekolah dan komunitas.

Apa peran yang selama ini saya mainkan dalam menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah saya?

Sebagai seorang guru, saya memiliki peran yang sangat penting dalam menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah saya. Berikut beberapa peran yang mungkin saya telah mainkan:

Pengajar: saya bertanggung jawab untuk memberikan pelajaran kepada murid-murid. Dengan cara ini, saya membentuk fondasi pengetahuan mereka dan membantu mereka mengembangkan keterampilan yang diperlukan.

Inspirator: sebagai guru, saya memiliki kesempatan untuk menginspirasi murid-murid. Melalui pemahaman, dorongan, dan dukungan, saya dapat membantu mereka menemukan minat mereka sendiri dan mendorong mereka untuk mencapai potensi maksimal mereka.

Pendukung: saya berperan sebagai pendukung bagi murid-murid. Ini bisa berupa memberikan bimbingan dalam belajar, memberikan dukungan emosional ketika mereka menghadapi tantangan, dan memastikan bahwa setiap murid merasa didukung dalam perjalanan mereka.

Pengelola kelas: sebagai pengelola kelas, saya bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, teratur, dan merangsang bagi murid-murid. Saya memastikan bahwa setiap murid mendapat kesempatan yang sama untuk belajar dan berkembang.

Pemimpin: saya dapat berperan sebagai pemimpin di antara rekan guru dan komunitas sekolah. Dengan berbagi ide, berkolaborasi dalam pengembangan kurikulum, atau mengorganisir kegiatan ekstrakurikuler, saya membantu memperkuat ikatan antara staf sekolah dan meningkatkan keberhasilan sekolah secara keseluruhan.

Model perilaku: sebagai seorang guru, saya juga berperan sebagai model perilaku bagi murid-murid. Cara saya berinteraksi dengan rekan guru, memecahkan masalah, dan menanggapi tantangan dapat menjadi contoh yang kuat bagi murid-murid.

Mentor: saya mungkin juga telah berperan sebagai mentor bagi rekan guru yang lebih baru atau bagi murid-murid yang membutuhkan bimbingan tambahan. Dengan berbagi pengalaman dan pengetahuan saya, saya dapat membantu orang lain tumbuh dan berkembang dalam profesi mereka.


2024-03-27

Lokakarya Orientasi Calon Guru Penggerak (CGP) Angkatan 10 Kabupaten Kotawaringin Timur

 


Dalam rangka melanjutkan pelaksanaan Program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 10 yang telah dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Balai Guru Penggerak Provinsi Kalimantan Tengah, melaksanakan Lokakarya Orientasi pada Dinas Pendidikan Kabupaten Blora.

Kegiatan tersebut dilaksanankan secara luring pada hari Rabu, (27/3/2024) yang dilaksanakan di Aula BPG Mini Jl. Jendral Sudirman Sampit dari pukul 07:30 s/d selesai yang dihadiri para CGP (Calon Guru Penggerak), Pengajar peraktek, Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah dan Perwakilan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Kotawaringin Timur untuk berperan aktif sebagai peserta dalam kegiatan Lokakarya Orientasi.

Sebanyak 34 orang calon guru penggerak dari Dinas Pendidikan Kabupaten Kotawarngin Timur. mengikuti kegiatan lokakarya orientasi ini. Peran Guru Penggerak diantaranya :

(1) Menggerakkan komunitas belajar untuk rekan guru di sekolah dan di wilayahnya,

(2) Menjadi Pengajar Praktik bagi rekan guru lain terkait pengembangan pembelajaran di sekolah,

(3) Mendorong peningkatan kepemimpinan murid di sekolah,

(4) Membuka ruang diskusi positif dan ruang kolaborasi antara guru dan pemangku kepentingan di dalam dan luar sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran,

(5) Menjadi pemimpin pembelajaran yang mendorong well-being ekosistem pendidikan di sekolah.

Materi lokakarya PGP kali ini dengan agenda;

 


Agenda kegiatan meliputi :

1. Pembukaan Lokakarya dan Agenda dan Tujuan Lokakarya

2. Perkenalan diri

Peserta kegiatan di minta untuk menggambarkan sesuaitu baik itu berupa mahluk hidup atau pun benda mati. Selanjutnya di lanjutkan dengan game membuat kelompok dengan berkeliling di iringi lagu menambah keseruan permainan ini. Peserta yang tidak memiliki pasangan dalam kelompok yang di tentukan jumlahnya maka dia wajib memperkenalkan diri dan menyampaikan alasan dia menggambar sesuatu.

3. Kesepakatan Kelas

Peserta di berikan kertas stik note untuk menuliskan kesepakatan apa yang akan di buat selama kegiatan berlangsung, dan kertas tersebut di tempelkan pada media di dinding.

4. Harapan dan Kekhawatiran

Membuat harapan dan kekhawitiran selama kegiatan calaon guru penggrak di laksanakan. 2 hal tersebut di tulis pada kertas stik notes yang di berikan pengajar praktik dan selanjutnya akan di tempel pada media di dinding ruangan. Pengajar praktek mengelompokan hal-hal atau maksud yang sama. Akhirnya di minta satu persatu calon guru penggerak membacakan dan menjelaskan alasanya.

5. Pengantar Program PGP & Perjalanan Calon Guru Penggerak

Pemaparan materi ini di sampaikan oleh pengajar praktek secara bergantian. Di lanjutkan dengan mengisi lembar kerja 1 kesepakatan peran CGP dan kepala sekolah (melakukan diskusi langsung antara CPG dengan kepala sekolah. Lembar kerja 2 kompetensi guru penggerak

6. Posisi Diri

Mengisi lembar kerja 3 yang berisi evaluasi diri guru penggerak.

7. Rencana Pengembangan Kompetensi Diri

Mengisi lembar 4 rencana pengembangan kompatensi diri

8. Pengenalan Portofolio digital

Calon guru penggerak di minta untuk membuat portofolio kegiatan dari awal mengikuti kegiatan guru penggerak sampai berakhirnya kegiatan itu. Isi portofolio bisa berupa dokumentasi, video atau artikel yang sudah di susun rapi oleh calon guru penggerak. Portofolio ini di buat menggunakan google sites.

9. Refleksi peserta

Untuk refleksi kami di minta menjawab pertanyaan berupa

  • Apa saja yang di pelajari selama kegiatan lokakarya orientasi ?
  • Manfaat apa yang di dapat selama kegiatan berlangsung?

 

Semoga tujuan lokakarya CGP dapat tercapai dengan baik. Tujuan lokakarya ke 0 CGP diantaranya; Tujuan Lokakarya Orientasi:

  • CGP mengenal ekosistem belajar di program guru penggerak
  • Calon Guru Penggerak (CGP) memahami program Pendidikan Guru Penggerak (alur, peran tim pendukung, kompetensi lulusan)
  • CGP mengidentifikasi posisi diri pada Kompetensi Guru Penggerak
  • CGP dapat membuat rencana pengembangan kompetensi diri Guru Penggerak, berikut dukungan yang diperlukan, dan tantangan yang mungkin terjadi
  • CGP memahami pentingnya membuat portofolio, tahapan dan contoh portofolio sebagai bagian dari pengembangan kompetensi

Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1 (Calon Guru Penggerak Angkatan 10)

 




KESIMPULAN MODUL 1.1 CPG

Ki Hadjar Dewantara, yang nama aslinya adalah Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, adalah seorang tokoh pendidikan Indonesia yang memiliki pemikiran yang mendalam dan revolusioner tentang pendidikan. Berikut adalah beberapa kesimpulan dan penjelasan mengenai pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara:

Pendidikan sebagai Sarana Pembentukan Karakter Bangsa: Salah satu inti dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara adalah bahwa pendidikan tidak hanya tentang pemberian pengetahuan, tetapi juga tentang pembentukan karakter bangsa. Baginya, pendidikan harus menghasilkan individu yang memiliki karakter yang kuat, bermoral, dan mencintai tanah airnya.

Nilai-nilai Budaya Lokal: Ki Hadjar Dewantara sangat menekankan pentingnya memasukkan nilai-nilai budaya lokal dalam pendidikan. Baginya, pendidikan yang efektif harus mencerminkan dan menghormati kekayaan budaya dan tradisi lokal, karena hal ini dapat membantu memperkokoh identitas nasional dan kebangsaan.

Pendidikan Inklusif: Meskipun hidup pada masa kolonial yang penuh dengan ketidaksetaraan dan diskriminasi, Ki Hadjar Dewantara mempromosikan pendidikan inklusif. Baginya, pendidikan harus tersedia bagi semua orang, tanpa memandang latar belakang sosial, ekonomi, atau budaya mereka.

Pendidikan Holistik: Ki Hadjar Dewantara percaya bahwa pendidikan harus mencakup semua aspek kehidupan individu, termasuk aspek fisik, mental, emosional, dan spiritual. Pendidikan yang holistik akan membantu individu untuk berkembang secara menyeluruh dan mencapai potensi maksimalnya.

Peran Guru: Bagi Ki Hadjar Dewantara, guru bukan hanya sebagai penyampai pengetahuan, tetapi juga sebagai pembimbing, teladan, dan penggerak perubahan. Guru harus menjadi agen perubahan positif dalam kehidupan siswa dan masyarakat.

Kemerdekaan Berpikir: Ki Hadjar Dewantara mengadvokasi pentingnya memberikan kebebasan kepada siswa untuk berpikir secara independen dan kritis. Menurutnya, pendidikan seharusnya tidak membatasi kreativitas dan inovasi, tetapi malah mendorong siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri dan analitis.

Pemikiran-pemikiran ini, bersama dengan konsep-konsep lainnya, telah memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia. Ki Hadjar Dewantara diakui sebagai salah satu pemikir pendidikan terkemuka di Indonesia dan warisan pemikirannya masih relevan hingga saat ini.


REFLEKSI MODUL 1.1 CPG

Sebelum saya mempelajari modul Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Ki Hadjar Dewantara, saya percaya bahwa murid dalam kelas adalah penerima pengetahuan yang harus diisi dengan informasi oleh guru. Saya cenderung menggunakan pendekatan pembelajaran yang lebih tradisional, di mana peran guru lebih dominan dan siswa lebih pasif dalam proses pembelajaran. Saya kurang memperhatikan kebutuhan individual siswa dan kurang memasukkan nilai-nilai budaya lokal dalam pembelajaran.

Namun, setelah mempelajari modul ini, pemikiran dan perilaku saya mengalami perubahan signifikan. Saya menyadari pentingnya memandang siswa sebagai individu yang unik dengan kebutuhan dan potensi masing-masing. Saya menyadari bahwa pendidikan bukan hanya tentang pemberian pengetahuan, tetapi juga harus mencakup pembentukan karakter dan pengembangan potensi siswa secara menyeluruh.

Saya mulai mempertimbangkan pendekatan pembelajaran yang lebih inklusif dan kolaboratif, di mana siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Saya juga lebih memperhatikan penggunaan nilai-nilai budaya lokal dalam pembelajaran, sehingga siswa dapat menghargai dan mengidentifikasi diri mereka dengan warisan budaya Indonesia.

Untuk mencerminkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam kelas saya, saya akan segera menerapkan beberapa perubahan. Pertama, saya akan menciptakan suasana kelas yang inklusif dan mendukung, di mana setiap siswa merasa diterima dan dihargai. Saya juga akan memperkenalkan lebih banyak materi tentang budaya lokal dalam pembelajaran, dan mengintegrasikan nilai-nilai budaya tersebut dalam aktivitas pembelajaran.

Selain itu, saya akan memberikan lebih banyak kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, baik melalui diskusi kelompok, proyek kolaboratif, atau presentasi individu. Saya akan memberikan kebebasan kepada siswa untuk berpikir secara kritis dan kreatif, serta mendorong mereka untuk mengembangkan kemandirian dalam belajar.

Dengan menerapkan perubahan-perubahan ini, saya yakin bahwa kelas saya akan lebih mencerminkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan yang inklusif, holistik, dan menghargai nilai-nilai budaya lokal. Saya berharap bahwa dengan pendekatan ini, saya dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih inspiratif dan memberikan dampak positif bagi perkembangan siswa-siswa saya.


2024-03-26

1.1.a.7. Elaborasi Pemahaman (Calon Guru Penggerak Angkatan 10)


Dalam pembelajaran ini, kita akan mengelaborasi pemahaman kita mengenai Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Ki Hadjar Dewantara. Namun sebelum melakukan elaborasi pemahaman bersama instruktur, Anda diminta untuk menuangkan berbagai pertanyaan mengenai materi Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Ki Hadjar Dewantara yang masih ingin digali lebih lanjut pada aktivitas ini. 

Diharapkan Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak dapat mendorong rasa keingintahuannya dalam bentuk pertanyaan mendalam untuk dibahas bersama Instruktur. Jadi, bukan soal seberapa banyak pertanyaan yang disampaikan, namun seberapa pentingkah pertanyaan tersebut bagi Bapak/Ibu dalam menguatkan pemahaman pada Modul 1.1 ini. 

Pertanyaan yang saya buat adalah berikut ini :

Tentu, berikut beberapa pertanyaan yang bisa diajukan untuk menggali lebih dalam pemahaman tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Ki Hadjar Dewantara, dalam modul 1.1 CPG:

  • Bagaimana pemikiran Ki Hadjar Dewantara mengenai integrasi antara pendidikan formal dan pendidikan informal dalam mencapai tujuan pendidikan nasional?
  • Apakah ada perbedaan signifikan antara konsep pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara dengan konsep pendidikan yang dianut oleh para pendidik lain di masanya?
  • Bagaimana Ki Hadjar Dewantara melihat peran teknologi dalam pendidikan? Apakah ada pandangan kritisnya terhadap penggunaan teknologi dalam pembelajaran?
  • Dalam konteks konflik dan perbedaan sosial-politik pada masanya, bagaimana Ki Hadjar Dewantara mempromosikan pendidikan sebagai alat untuk memperkuat persatuan dan solidaritas nasional?
  • Apakah ada dampak dari pandangan Ki Hadjar Dewantara terhadap pendidikan terhadap kebijakan pendidikan nasional yang diterapkan di Indonesia pada masa kini?
  • Bagaimana pendekatan Ki Hadjar Dewantara terhadap inklusi pendidikan, terutama dalam konteks pendidikan anak-anak dari kelompok marginal atau kurang mampu?
  • Bagaimana pandangan Ki Hadjar Dewantara terhadap peran keluarga dalam pendidikan, dan bagaimana pandangan tersebut dapat diaplikasikan dalam konteks masyarakat modern yang mengalami perubahan sosial yang cepat?

2024-03-23

1.1.a.6. Demonstrasi Kontekstual (Calon Guru Penggerak Angkatan 10)

Tujuan Pembelajaran Khusus: Peserta mendesain strategi dalam mewujudkan pemikiran KHD - 'Pendidikan yang Berpihak pada Murid' - sesuai dengan Konteks Diri Murid dan Sosial Budaya di daerah asal (karya demonstrasi kontekstual dalam video, atau infografis atau puisi atau lagu, dll).

Bapak dan Ibu Calon Guru Penggerak (CGP)

Anda mendesain sebuah strategi dalam mewujudkan pemikiran KHD - ‘Pendidikan yang Berpihak pada Murid’ - dalam sebuah karya (video pendek, komik, lagu, puisi, dll) dan mempublikasikan sebagai wujud pemahaman, pemaknaan dan penghayatan yang Anda praktekkan dari pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewantara.  Karya Anda menjadi sebuah demonstrasi kontekstual bagaimana pemikiran Ki Hadjar Dewantara dikembangkan dan diterapkan di kelas dan sekolah asal Anda.

Pengantar

Metafora atau perlambang menjadi salah satu cara yang efektif untuk memahami sebuah konsep yang rumit. Filosofi KHD mengenai asas Tri-Kon dapat dilambangkan sebagai sistem tata surya, di mana murid digambarkan sebagai planet yang mengorbit pada matahari (simbol nilai kemanusiaan) dalam garisnya masing-masing. Setiap planet berevolusi dengan kecepatan yang berbeda-beda, namun tak pernah berhenti bergerak (Syahril, 2018).

Selain metafora, cara lain untuk mengabadikan pemahaman dan pengalaman belajar kita adalah dengan karya seni. Jadi, mengapa kita tidak menciptakan sesuatu yang menarik mengenai filosofi pendidikan KHD? Membuat lagu, puisi, gambar, poster metafora, atau karya apapun tentu akan menyenangkan.

Penugasan

  1. Buatlah satu karya (karikatur, infografis, video pendek, komik, lagu, puisi, dll) untuk menggambarkan pemikiran filosofis KHD sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman baru yang Anda peroleh.
  2. Karya itu merupakan sebuah perumpamaan yang Anda gunakan sebagai wujud kontekstual pemahaman Anda terhadap pemikiran-pemikiran KHD.
Dalam tugas ini saya membuat puisi dengan judul "Terang pendidikan"



2024-03-21

1.1.a.5.1. Ruang Kolaborasi - Presentasi (Calon Guru Penggerak Angkatan 10)

 


Kamis, 21 Maret 2024 pukul 13.00-15.15 WIB di LMS 1.1.a.5.1 Ruang Kolaborasi Modul 1.1 Presentasi yang kembali dibersamai Fasilitator Dalam Meeting Virtual G-Meet.



2024-03-20

1.1.a.5. Ruang Kolaborasi - Penugasan Kelompok (Calon Guru Penggerak Angkatan 10)

Kamis, 20 Maret 2024 pukul 13.00-15.15 WIB di LMS 1.1.a.5.1 Ruang Kolaborasi Modul 1.1 Presentasi yang kembali dibersamai Fasilitator Dalam Meeting Virtual G-Meet.

Tugas 3

Kolaborasi kelompok

1.       Anda membentuk sesuai dengan jumlah CGP yang diampu oleh Fasilitator.

2.       Masing-masing kelompok ditugaskan untuk mendiskusikan

·   Apa kekuatan konteks sosio-kultural di daerah Anda yang sejalan dengan pemikiran KHD?

·    Bagaimana pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuaikan  dengan nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter murid sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks lokal sosial budaya di daerah Anda?

·   Sepakati satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku murid di kelas atau sekolah Anda sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di daerah Anda yang dapat diterapkan.

Jawaban

1.  Apa kekuatan konteks sosio-kultural di daerah Anda yang sejalan dengan pemikiran KHD? 

Banyak terdapat kekuatan yang berakar dari sosio kultural yang ada dimasyarakat Sampit (Kotawaringin Timur) Kalimantan Tengah seperti :

Mandi safar

Budaya mandi Safar di Sampit (Kotawaringin Timur), Kalimantan Tengah, adalah sebuah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat setempat pada bulan Safar dalam penanggalan Islam. Bulan Safar dianggap sebagai bulan yang dihiasi dengan berbagai kepercayaan dan mitos di beberapa budaya, termasuk di Indonesia.

Mandi Safar merupakan praktik spiritual di mana masyarakat percaya bahwa mandi di bulan Safar dapat membersihkan diri dari energi negatif, penyakit, dan membawa keberkahan. Mandi tersebut biasanya dilakukan dengan air dari sumber-sumber alam seperti sungai atau mata air yang dianggap memiliki kekuatan penyembuhan. 

Selain mandi, dalam budaya ini juga sering dilakukan kegiatan seperti berdoa, berpuasa, dan menyantuni yang dianggap dapat meningkatkan keberkahan dan perlindungan dari berbagai masalah

Yang kami ambil adalah

1.   Nilai Spiritualitas

2.   Pentingnya Tradisi Lokal

3.   Kemandirian dan Keberanian

4.   Solidaritas dan Gotong Royong

 

2. Bagaimana pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuaikan  dengan nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter murid sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks lokal sosial budaya di daerah Anda?

 

Pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD) tentang pendidikan holistik yang berpusat pada murid sangatlah relevan untuk dikontekstualisasikan dengan nilai-nilai luhur kearifan lokal di Sampit (Kotawaringin Timur) Kalimantan Tengah.

Kearifan lokal Sampit (Kotawaringin Timur) memiliki banyak nilai yang sejalan dengan pemikiran KHD, seperti gotong royong, kebersamaan, penghormatan terhadap leluhur, dan pelestarian alam.

• Gotong royong: Nilai ini tercermin dalam kegiatan “mandi safar” yang dilakukan masyarakat Sampit untuk menyelesaikan pekerjaan bersama.

• Kebersamaan: Nilai ini terlihat dalam tradisi “melamang” atau “manugal” yang mempererat hubungan antar warga.

• Penghormatan terhadap leluhur: Nilai ini tertanam dalam tradisi “Tiwah” yang dilakukan masyarakat untuk mendoakan leluhur.

• Pelestarian alam: Nilai ini tercermin dalam tradisi “tanah adat” sebagai bentuk rasa syukur kepada alam.

Beberapa kekuatan konteks sosio-kultural di daerah seperti Sampit, Kalimantan Tengah, terkait dengan budaya mandi Safar yang sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara, pendiri pendidikan modern di Indonesia, antara lain:

1. Nilai Spiritualitas: Budaya mandi Safar mengandung nilai-nilai spiritualitas yang kuat, di mana masyarakat memandangnya sebagai praktik untuk membersihkan diri dari energi negatif dan mendapatkan keberkahan. Hal ini sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara yang menekankan pentingnya pendidikan sebagai upaya untuk memperkokoh spiritualitas dan moralitas individu.

2.  Pentingnya Tradisi Lokal: Mandi Safar merupakan bagian dari tradisi lokal yang diwariskan secara turun-temurun. Ki Hajar Dewantara juga menganjurkan pengakuan dan penghargaan terhadap kearifan lokal sebagai bagian integral dari pembangunan budaya dan karakter bangsa.

3. Kemandirian dan Keberanian: Praktik mandi Safar menuntut kemandirian dan keberanian dari individu, terutama dalam menghadapi ketakutan atau kepercayaan negatif terhadap bulan Safar. Ini sejalan dengan gagasan Ki Hajar Dewantara tentang pentingnya pembangunan karakter yang kuat dalam pendidikan, termasuk kemandirian dan keberanian.

4. Solidaritas dan Gotong Royong: Kegiatan mandi Safar sering kali dilakukan secara bersama-sama, memperkuat ikatan sosial dan solidaritas antarwarga. Hal ini sejalan dengan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara yang menekankan pentingnya pendidikan untuk memupuk rasa solidaritas dan gotong royong dalam masyarakat.

Dengan memperhatikan kekuatan konteks sosio-kultural ini, kita dapat melihat bagaimana budaya mandi Safar di Sampit, Kalimantan Tengah, memiliki kesesuaian dengan pemikiran dan nilai-nilai yang dianut oleh Ki Hajar Dewantara dalam pembangunan pendidikan dan karakter bangsa.

 

3. Sepakati satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku murid di kelas atau sekolah Anda sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di daerah Anda yang dapat diterapkan.

Pertimbangan kodrat alam dengan membawa budaya lokal dalam membentuk lingkungan belajar di sekolah akan membuat peserta didik lebih memaknai proses belajarnya, lebih mengenal jati diri budaya lokal dan sekaligus melestarikannya.

Keagamaan dan budaya lokal gotong royong, mandiri, berani  yang diterapkan dalam lingkungan sekolah akan menebalkan karakter dan budi pekerti anak dalam kehidupan sosialnya baik di sekolah, di rumah ataupun di masyarakat.

  

2024-03-19

Modul 1.1.a.3 Mulai Dari Diri dan 1.1.a.4. Eksplorasi Konsep (Calon Guru Penggerak Angkatan 10)


Selasa, 19 Maret 2024 pukul 15.00-16.30 WIB di LMS 1.1.a.4.1 Forum Diskusi Virtual : CGP didampingi PP dan dibersamai Fasilitator (upayakan akses melalui LMS sehingga terekam jejak digital di LMS untuk proses belajar PGP)

Rabu, 20 Maret 2024 pukul 15.00-17.15 WIB di LMS 1.1.a.5 Ruang Kolaborasi Modul 1.1 Diskusi akan dibersamai Fasilitator Dalam Meeting Virtual G-Meet.

CAPAIAN YANG DIHARAPKAN OLEH CGP MODUL 1.1

Capaian Umum Modul 1

Secara umum, profil kompetensi Guru Penggerak yang ingin dicapai dari modul ini adalah:

  1. CGP mampu memahami pemikiran filosofis pendidikan Ki HadjarDewantara dan melakukan refleksi-kritis atas korelasi pemikiran-pemikiran tersebut dengan konteks pendidikan lokal dan nasional pada saat ini.
  2. CGP mampu menjalankan strategi sebagai pemimpin pembelajaran yang mengupayakan terwujudnya sekolah sebagai pusat pengembangan karakter dengan budaya positif.
  3. CGP mampu mengembangkan dan mengkomunikasikan visi sekolah yang berpihak pada murid kepada para guru dan pemangku kepentingan.

Capaian Khusus Modul 1.1

Secara khusus, modul ini diharapkan dapat membantu Calon Guru Penggerak untuk mampu:

  1. Berpikir reflektif dan kritis terhadap pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewantara.
  2. mendemonstrasikan pemahaman terhadap pemikiran filosofis Ki HadjarDewantara dan relevansinya terhadap konteks Pendidikan Indonesia saat ini dengan membandingkan penerapan pendidikan abad ke-21 pada konteks lokal (budaya) di tempat asal mereka.
  3. Membuat perubahan konkret penerapan pemikiran filosofis pendidikan KHD

Ringkasan Alur Belajar MERRDEKA

Tugas 1

Silahkan jawablah pertanyaan panduan berikut sebagai refleksi diri terhadap perjalanan Pendidikan Indonesia sebelum Kemerdekaan dan membandingkannya dengan kondisi pendidikan saat ini pada konteks sekolah Anda.

  1. Apa bagian yang paling menarik bagi saya? Mengapa?
  2. Apa tujuan pendidikan yang dapat dilihat dari video ini pada zaman Kolonial?
  3. Apa persamaan dan perbedaan antara proses pembelajaran pada zaman Kolonial dengan proses pembelajaran saat ini?

Jawaban

1. Menciptakan Taman Siswa, Ki Hadjar Dewantara mengusung gagasan agar semua individu di Indonesia dapat mengakses pendidikan dengan bebas dan merdeka.

2. Pendidikan pada zaman tersebut hanya diarahkan untuk melahirkan calon pegawai yang dapat memperkuat struktur administratif dan mendukung usaha dagang kolonial.

3. Persamaannya terletak pada kenyataan bahwa keduanya dilaksanakan di lembaga pendidikan formal seperti sekolah, serta terdapat pada penerapan budi pekerti.

Tugas 2

Audio atau Video adalah penjelasan pemikiran reflektif kritis Anda dalam memaknai dan menghayati pemikiran KHD setelah menyimak video dan membaca 3 tulisan KHD (terlampir). Dalam audio/video ini, yang paling utama adalah sampaikan pemaknaan dan penghayatan Anda terhadap pemikiran KHD sehingga Anda tidak perlu khawatir dengan aspek keindahan dari video tersebut. Berikan komentar dan umpan balik kepada audio/video yang diunggah oleh rekan Anda.

Berikut ini panduan pertanyaan yang dapat digunakan dalam menjalankan tugas di atas.

1.     Apa intisari pemikiran KHD tentang pendidikan? 

2.    Bagaimana Anda memandang diri Anda sebagai pembelajar (guru) dan pemelajar (murid) jika dikaitkan dengan pemikiran KHD?



2024-03-18

Profil CGP Angkatan 10

 

Setiap kunjungan Anda ke laman Portofolio ini membawa rasa terima kasih yang tak terhingga. Di sini, terbentang sebuah perjalanan yang saya dokumentasikan dengan penuh kesungguhan dalam mengikuti Program Pelatihan Calon Guru Penggerak Angkatan 10. Melalui setiap halaman, tersirat cerita dan pencapaian yang menjadi tonggak perjalanan saya menuju pengembangan diri sebagai seorang pendidik yang berdedikasi.

Dalam upaya menampilkan konten, saya telah mengabdikan diri semaksimal mungkin untuk memastikan kesesuaian dengan peraturan yang berlaku. Penghormatan terhadap hak cipta dan penghormatan terhadap pakta integritas Calon Guru Penggerak menjadi landasan utama dalam setiap langkah yang saya ambil. Dengan penuh tanggung jawab, saya memastikan bahwa setiap karya yang disajikan di sini tidak hanya mencerminkan pencapaian pribadi, tetapi juga menjadi inspirasi bagi rekan-rekan sesama pendidik.

Ketulusan hati saya tercermin dalam setiap baris dokumen ini, sebagai bukti komitmen sejati dalam merintis perjalanan menjadi seorang guru yang berkualitas dan beretika. Terima kasih atas kesempatan untuk berbagi momen berharga ini dengan Anda, dan semoga laman ini tidak hanya menjadi saksi bisu perjalanan saya, tetapi juga menjadi sumber inspirasi bagi yang mencari arti sejati dari dedikasi dalam dunia pendidikan.

2024-03-13

SMK Negeri 4 Sampit Sukses Gelar UKK untuk Jurusan Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian



Pada tanggal 06 Februari lalu, SMK Negeri 4 Sampit menggelar Uji Kompetensi Keahlian (UKK) untuk jurusan Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian. Kegiatan ini merupakan salah satu momen penting dalam perjalanan pendidikan siswa, di mana mereka diuji untuk mengukur kemampuan dan keterampilan yang telah mereka pelajari selama masa studi mereka, pelaksanaan kegiatan ini di Lab APHP.

Pada hari pertama, tanggal 06 Februari, siswa-siswa jurusan Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian sebanyak 18 siswa-siswi, diuji melalui ujian tulis dan wawancara. Materi yang diujikan mencakup berbagai aspek terkait dengan bidang agribisnis, mulai dari pengetahuan teoritis hingga aplikasi praktis. Ujian tulis ini diselenggarakan dengan ketat dan teliti untuk memastikan evaluasi yang adil dan akurat terhadap kemampuan siswa.

Para penguji internal dari SMK Negeri 4 Sampit, yakni Heri Susanto, S.ST dan Julianthie Mandasari S.P, bertanggung jawab dalam melaksanakan proses ujian tulis dan wawancara ini. Mereka membimbing siswa-siswa dengan penuh profesionalisme dan memberikan arahan yang jelas untuk memastikan siswa-siswa dapat menunjukkan potensi terbaik mereka.

Pada hari kedua, tanggal 07 Februari, siswa-siswa menghadapi ujian praktek yang menguji kemampuan mereka dalam melakukan proses praktis di lapangan. Ujian praktek ini meliputi dua tugas utama, yakni pembuatan telur asin dan selai dari nenas. Kedua kegiatan ini dipilih karena relevansinya dengan mata pelajaran yang telah dipelajari selama kurikulum program Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian.

Dalam ujian praktek ini, siswa-siswa dituntut untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang mereka pelajari dalam proses pembuatan telur asin dan selai dari nenas. Mereka harus menunjukkan kemampuan dalam mengelola bahan baku, mengikuti prosedur pengolahan yang tepat, serta memastikan kualitas produk akhir yang baik.

Sebagai bagian dari upaya untuk memberikan evaluasi yang komprehensif dan objektif, SMK Negeri 4 Sampit juga mengundang penguji eksternal dari Dunia Usaha/Dunia Industri (DU/DI) untuk mengawasi dan mengevaluasi proses ujian praktek. Kehadiran penguji eksternal ini membantu memastikan bahwa standar evaluasi yang digunakan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan dunia industri yang sebenarnya.

Melalui pelaksanaan UKK untuk jurusan Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian ini, SMK Negeri 4 Sampit telah memberikan platform yang baik bagi siswa-siswa untuk menguji dan mengasah kemampuan serta keterampilan mereka dalam dunia agribisnis. Dengan adanya dukungan dari penguji internal dan eksternal, diharapkan bahwa hasil evaluasi ini dapat memberikan gambaran tentang dunia kerja.



2024-03-06

Lomba Inovasi Teknologi Tepat Guna: SMK Negeri 4 Sampit Raih Prestasi


Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) kembali menggelar Lomba Inovasi Pengembangan dan Penerapan Teknologi Tepat Guna (TTG) tingkat kabupaten. Acara ini diselenggarakan oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kotim sebagai bagian dari agenda tahunan untuk mendorong inovasi dan pengembangan ekonomi produktif serta kreatif berbasis potensi unggulan daerah.

Lomba ini telah menjadi salah satu agenda penting yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Kotim setiap tahunnya. Tujuan utamanya adalah untuk menginspirasi dan mendorong masyarakat dalam mengembangkan potensi inovasi TTG untuk meningkatkan kegiatan ekonomi lokal.

Di tengah semangat inovasi yang menggebu, SMK Negeri 4 Sampit turut serta dalam lomba tersebut. Kali ini, Julianthie Mandasari S.P dan Putri Apriyani S.Pd menjadi perwakilan dari sekolah tersebut. Mereka mempresentasikan inovasi mereka dengan proyek berjudul "Pemanfaatan 3R (Reuse) Staples Rusak Menjadi Alat Sederhana, Serba Guna Rumah Tangga (Alat Pemotong Padi & Sayuran Batang)".

Inovasi yang diusung oleh Julianthie Mandasari dan Putri Apriyani ini merupakan upaya kreatif dalam memanfaatkan bahan yang umumnya dianggap limbah menjadi barang yang bermanfaat. Salah satu bahan yang sering diabaikan adalah staples rusak, yang biasanya hanya dibuang begitu saja. Namun, melalui penelitian dan pengembangan, mereka berhasil mengubahnya menjadi alat serbaguna untuk memotong padi dan sayuran di rumah tangga.


Proyek ini tidak hanya bertujuan untuk memberikan solusi praktis bagi masyarakat dalam aktivitas sehari-hari, tetapi juga untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya memanfaatkan sumber daya lokal yang tersedia. Dengan memanfaatkan inovasi seperti ini, diharapkan dapat memberdayakan masyarakat dalam hal ekonomi lokal dan juga pengelolaan lingkungan.

Keberhasilan Julianthie Mandasari dan Putri Apriyani dalam meraih peringkat ketiga dalam lomba tersebut menjadi bukti nyata akan potensi kreativitas dan inovasi yang dimiliki oleh generasi muda Kotim. Prestasi mereka tidak hanya menjadi kebanggaan bagi sekolah dan daerahnya, tetapi juga menjadi inspirasi bagi generasi muda lainnya untuk terus mengembangkan inovasi dan kreativitas mereka.

Dengan adanya platform seperti Lomba Inovasi TTG, diharapkan akan terus muncul inovasi-inovasi baru yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat serta menjadi wahana untuk mengembangkan potensi kreativitas dan kompetensi lokal. Semoga prestasi ini menjadi awal dari perjalanan panjang dalam mengangkat nama Kabupaten Kotawaringin Timur di tingkat nasional maupun internasional.