2024-03-27

Lokakarya Orientasi Calon Guru Penggerak (CGP) Angkatan 10 Kabupaten Kotawaringin Timur

 


Dalam rangka melanjutkan pelaksanaan Program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 10 yang telah dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Balai Guru Penggerak Provinsi Kalimantan Tengah, melaksanakan Lokakarya Orientasi pada Dinas Pendidikan Kabupaten Blora.

Kegiatan tersebut dilaksanankan secara luring pada hari Rabu, (27/3/2024) yang dilaksanakan di Aula BPG Mini Jl. Jendral Sudirman Sampit dari pukul 07:30 s/d selesai yang dihadiri para CGP (Calon Guru Penggerak), Pengajar peraktek, Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah dan Perwakilan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Kotawaringin Timur untuk berperan aktif sebagai peserta dalam kegiatan Lokakarya Orientasi.

Sebanyak 34 orang calon guru penggerak dari Dinas Pendidikan Kabupaten Kotawarngin Timur. mengikuti kegiatan lokakarya orientasi ini. Peran Guru Penggerak diantaranya :

(1) Menggerakkan komunitas belajar untuk rekan guru di sekolah dan di wilayahnya,

(2) Menjadi Pengajar Praktik bagi rekan guru lain terkait pengembangan pembelajaran di sekolah,

(3) Mendorong peningkatan kepemimpinan murid di sekolah,

(4) Membuka ruang diskusi positif dan ruang kolaborasi antara guru dan pemangku kepentingan di dalam dan luar sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran,

(5) Menjadi pemimpin pembelajaran yang mendorong well-being ekosistem pendidikan di sekolah.

Materi lokakarya PGP kali ini dengan agenda;

 


Agenda kegiatan meliputi :

1. Pembukaan Lokakarya dan Agenda dan Tujuan Lokakarya

2. Perkenalan diri

Peserta kegiatan di minta untuk menggambarkan sesuaitu baik itu berupa mahluk hidup atau pun benda mati. Selanjutnya di lanjutkan dengan game membuat kelompok dengan berkeliling di iringi lagu menambah keseruan permainan ini. Peserta yang tidak memiliki pasangan dalam kelompok yang di tentukan jumlahnya maka dia wajib memperkenalkan diri dan menyampaikan alasan dia menggambar sesuatu.

3. Kesepakatan Kelas

Peserta di berikan kertas stik note untuk menuliskan kesepakatan apa yang akan di buat selama kegiatan berlangsung, dan kertas tersebut di tempelkan pada media di dinding.

4. Harapan dan Kekhawatiran

Membuat harapan dan kekhawitiran selama kegiatan calaon guru penggrak di laksanakan. 2 hal tersebut di tulis pada kertas stik notes yang di berikan pengajar praktik dan selanjutnya akan di tempel pada media di dinding ruangan. Pengajar praktek mengelompokan hal-hal atau maksud yang sama. Akhirnya di minta satu persatu calon guru penggerak membacakan dan menjelaskan alasanya.

5. Pengantar Program PGP & Perjalanan Calon Guru Penggerak

Pemaparan materi ini di sampaikan oleh pengajar praktek secara bergantian. Di lanjutkan dengan mengisi lembar kerja 1 kesepakatan peran CGP dan kepala sekolah (melakukan diskusi langsung antara CPG dengan kepala sekolah. Lembar kerja 2 kompetensi guru penggerak

6. Posisi Diri

Mengisi lembar kerja 3 yang berisi evaluasi diri guru penggerak.

7. Rencana Pengembangan Kompetensi Diri

Mengisi lembar 4 rencana pengembangan kompatensi diri

8. Pengenalan Portofolio digital

Calon guru penggerak di minta untuk membuat portofolio kegiatan dari awal mengikuti kegiatan guru penggerak sampai berakhirnya kegiatan itu. Isi portofolio bisa berupa dokumentasi, video atau artikel yang sudah di susun rapi oleh calon guru penggerak. Portofolio ini di buat menggunakan google sites.

9. Refleksi peserta

Untuk refleksi kami di minta menjawab pertanyaan berupa

  • Apa saja yang di pelajari selama kegiatan lokakarya orientasi ?
  • Manfaat apa yang di dapat selama kegiatan berlangsung?

 

Semoga tujuan lokakarya CGP dapat tercapai dengan baik. Tujuan lokakarya ke 0 CGP diantaranya; Tujuan Lokakarya Orientasi:

  • CGP mengenal ekosistem belajar di program guru penggerak
  • Calon Guru Penggerak (CGP) memahami program Pendidikan Guru Penggerak (alur, peran tim pendukung, kompetensi lulusan)
  • CGP mengidentifikasi posisi diri pada Kompetensi Guru Penggerak
  • CGP dapat membuat rencana pengembangan kompetensi diri Guru Penggerak, berikut dukungan yang diperlukan, dan tantangan yang mungkin terjadi
  • CGP memahami pentingnya membuat portofolio, tahapan dan contoh portofolio sebagai bagian dari pengembangan kompetensi

Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1 (Calon Guru Penggerak Angkatan 10)

 




KESIMPULAN MODUL 1.1 CPG

Ki Hadjar Dewantara, yang nama aslinya adalah Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, adalah seorang tokoh pendidikan Indonesia yang memiliki pemikiran yang mendalam dan revolusioner tentang pendidikan. Berikut adalah beberapa kesimpulan dan penjelasan mengenai pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara:

Pendidikan sebagai Sarana Pembentukan Karakter Bangsa: Salah satu inti dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara adalah bahwa pendidikan tidak hanya tentang pemberian pengetahuan, tetapi juga tentang pembentukan karakter bangsa. Baginya, pendidikan harus menghasilkan individu yang memiliki karakter yang kuat, bermoral, dan mencintai tanah airnya.

Nilai-nilai Budaya Lokal: Ki Hadjar Dewantara sangat menekankan pentingnya memasukkan nilai-nilai budaya lokal dalam pendidikan. Baginya, pendidikan yang efektif harus mencerminkan dan menghormati kekayaan budaya dan tradisi lokal, karena hal ini dapat membantu memperkokoh identitas nasional dan kebangsaan.

Pendidikan Inklusif: Meskipun hidup pada masa kolonial yang penuh dengan ketidaksetaraan dan diskriminasi, Ki Hadjar Dewantara mempromosikan pendidikan inklusif. Baginya, pendidikan harus tersedia bagi semua orang, tanpa memandang latar belakang sosial, ekonomi, atau budaya mereka.

Pendidikan Holistik: Ki Hadjar Dewantara percaya bahwa pendidikan harus mencakup semua aspek kehidupan individu, termasuk aspek fisik, mental, emosional, dan spiritual. Pendidikan yang holistik akan membantu individu untuk berkembang secara menyeluruh dan mencapai potensi maksimalnya.

Peran Guru: Bagi Ki Hadjar Dewantara, guru bukan hanya sebagai penyampai pengetahuan, tetapi juga sebagai pembimbing, teladan, dan penggerak perubahan. Guru harus menjadi agen perubahan positif dalam kehidupan siswa dan masyarakat.

Kemerdekaan Berpikir: Ki Hadjar Dewantara mengadvokasi pentingnya memberikan kebebasan kepada siswa untuk berpikir secara independen dan kritis. Menurutnya, pendidikan seharusnya tidak membatasi kreativitas dan inovasi, tetapi malah mendorong siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri dan analitis.

Pemikiran-pemikiran ini, bersama dengan konsep-konsep lainnya, telah memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia. Ki Hadjar Dewantara diakui sebagai salah satu pemikir pendidikan terkemuka di Indonesia dan warisan pemikirannya masih relevan hingga saat ini.


REFLEKSI MODUL 1.1 CPG

Sebelum saya mempelajari modul Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Ki Hadjar Dewantara, saya percaya bahwa murid dalam kelas adalah penerima pengetahuan yang harus diisi dengan informasi oleh guru. Saya cenderung menggunakan pendekatan pembelajaran yang lebih tradisional, di mana peran guru lebih dominan dan siswa lebih pasif dalam proses pembelajaran. Saya kurang memperhatikan kebutuhan individual siswa dan kurang memasukkan nilai-nilai budaya lokal dalam pembelajaran.

Namun, setelah mempelajari modul ini, pemikiran dan perilaku saya mengalami perubahan signifikan. Saya menyadari pentingnya memandang siswa sebagai individu yang unik dengan kebutuhan dan potensi masing-masing. Saya menyadari bahwa pendidikan bukan hanya tentang pemberian pengetahuan, tetapi juga harus mencakup pembentukan karakter dan pengembangan potensi siswa secara menyeluruh.

Saya mulai mempertimbangkan pendekatan pembelajaran yang lebih inklusif dan kolaboratif, di mana siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Saya juga lebih memperhatikan penggunaan nilai-nilai budaya lokal dalam pembelajaran, sehingga siswa dapat menghargai dan mengidentifikasi diri mereka dengan warisan budaya Indonesia.

Untuk mencerminkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam kelas saya, saya akan segera menerapkan beberapa perubahan. Pertama, saya akan menciptakan suasana kelas yang inklusif dan mendukung, di mana setiap siswa merasa diterima dan dihargai. Saya juga akan memperkenalkan lebih banyak materi tentang budaya lokal dalam pembelajaran, dan mengintegrasikan nilai-nilai budaya tersebut dalam aktivitas pembelajaran.

Selain itu, saya akan memberikan lebih banyak kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, baik melalui diskusi kelompok, proyek kolaboratif, atau presentasi individu. Saya akan memberikan kebebasan kepada siswa untuk berpikir secara kritis dan kreatif, serta mendorong mereka untuk mengembangkan kemandirian dalam belajar.

Dengan menerapkan perubahan-perubahan ini, saya yakin bahwa kelas saya akan lebih mencerminkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan yang inklusif, holistik, dan menghargai nilai-nilai budaya lokal. Saya berharap bahwa dengan pendekatan ini, saya dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih inspiratif dan memberikan dampak positif bagi perkembangan siswa-siswa saya.


2024-03-26

1.1.a.7. Elaborasi Pemahaman (Calon Guru Penggerak Angkatan 10)


Dalam pembelajaran ini, kita akan mengelaborasi pemahaman kita mengenai Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Ki Hadjar Dewantara. Namun sebelum melakukan elaborasi pemahaman bersama instruktur, Anda diminta untuk menuangkan berbagai pertanyaan mengenai materi Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Ki Hadjar Dewantara yang masih ingin digali lebih lanjut pada aktivitas ini. 

Diharapkan Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak dapat mendorong rasa keingintahuannya dalam bentuk pertanyaan mendalam untuk dibahas bersama Instruktur. Jadi, bukan soal seberapa banyak pertanyaan yang disampaikan, namun seberapa pentingkah pertanyaan tersebut bagi Bapak/Ibu dalam menguatkan pemahaman pada Modul 1.1 ini. 

Pertanyaan yang saya buat adalah berikut ini :

Tentu, berikut beberapa pertanyaan yang bisa diajukan untuk menggali lebih dalam pemahaman tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Ki Hadjar Dewantara, dalam modul 1.1 CPG:

  • Bagaimana pemikiran Ki Hadjar Dewantara mengenai integrasi antara pendidikan formal dan pendidikan informal dalam mencapai tujuan pendidikan nasional?
  • Apakah ada perbedaan signifikan antara konsep pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara dengan konsep pendidikan yang dianut oleh para pendidik lain di masanya?
  • Bagaimana Ki Hadjar Dewantara melihat peran teknologi dalam pendidikan? Apakah ada pandangan kritisnya terhadap penggunaan teknologi dalam pembelajaran?
  • Dalam konteks konflik dan perbedaan sosial-politik pada masanya, bagaimana Ki Hadjar Dewantara mempromosikan pendidikan sebagai alat untuk memperkuat persatuan dan solidaritas nasional?
  • Apakah ada dampak dari pandangan Ki Hadjar Dewantara terhadap pendidikan terhadap kebijakan pendidikan nasional yang diterapkan di Indonesia pada masa kini?
  • Bagaimana pendekatan Ki Hadjar Dewantara terhadap inklusi pendidikan, terutama dalam konteks pendidikan anak-anak dari kelompok marginal atau kurang mampu?
  • Bagaimana pandangan Ki Hadjar Dewantara terhadap peran keluarga dalam pendidikan, dan bagaimana pandangan tersebut dapat diaplikasikan dalam konteks masyarakat modern yang mengalami perubahan sosial yang cepat?

2024-03-23

1.1.a.6. Demonstrasi Kontekstual (Calon Guru Penggerak Angkatan 10)

Tujuan Pembelajaran Khusus: Peserta mendesain strategi dalam mewujudkan pemikiran KHD - 'Pendidikan yang Berpihak pada Murid' - sesuai dengan Konteks Diri Murid dan Sosial Budaya di daerah asal (karya demonstrasi kontekstual dalam video, atau infografis atau puisi atau lagu, dll).

Bapak dan Ibu Calon Guru Penggerak (CGP)

Anda mendesain sebuah strategi dalam mewujudkan pemikiran KHD - ‘Pendidikan yang Berpihak pada Murid’ - dalam sebuah karya (video pendek, komik, lagu, puisi, dll) dan mempublikasikan sebagai wujud pemahaman, pemaknaan dan penghayatan yang Anda praktekkan dari pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewantara.  Karya Anda menjadi sebuah demonstrasi kontekstual bagaimana pemikiran Ki Hadjar Dewantara dikembangkan dan diterapkan di kelas dan sekolah asal Anda.

Pengantar

Metafora atau perlambang menjadi salah satu cara yang efektif untuk memahami sebuah konsep yang rumit. Filosofi KHD mengenai asas Tri-Kon dapat dilambangkan sebagai sistem tata surya, di mana murid digambarkan sebagai planet yang mengorbit pada matahari (simbol nilai kemanusiaan) dalam garisnya masing-masing. Setiap planet berevolusi dengan kecepatan yang berbeda-beda, namun tak pernah berhenti bergerak (Syahril, 2018).

Selain metafora, cara lain untuk mengabadikan pemahaman dan pengalaman belajar kita adalah dengan karya seni. Jadi, mengapa kita tidak menciptakan sesuatu yang menarik mengenai filosofi pendidikan KHD? Membuat lagu, puisi, gambar, poster metafora, atau karya apapun tentu akan menyenangkan.

Penugasan

  1. Buatlah satu karya (karikatur, infografis, video pendek, komik, lagu, puisi, dll) untuk menggambarkan pemikiran filosofis KHD sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman baru yang Anda peroleh.
  2. Karya itu merupakan sebuah perumpamaan yang Anda gunakan sebagai wujud kontekstual pemahaman Anda terhadap pemikiran-pemikiran KHD.
Dalam tugas ini saya membuat puisi dengan judul "Terang pendidikan"



2024-03-21

1.1.a.5.1. Ruang Kolaborasi - Presentasi (Calon Guru Penggerak Angkatan 10)

 


Kamis, 21 Maret 2024 pukul 13.00-15.15 WIB di LMS 1.1.a.5.1 Ruang Kolaborasi Modul 1.1 Presentasi yang kembali dibersamai Fasilitator Dalam Meeting Virtual G-Meet.



2024-03-20

1.1.a.5. Ruang Kolaborasi - Penugasan Kelompok (Calon Guru Penggerak Angkatan 10)

Kamis, 20 Maret 2024 pukul 13.00-15.15 WIB di LMS 1.1.a.5.1 Ruang Kolaborasi Modul 1.1 Presentasi yang kembali dibersamai Fasilitator Dalam Meeting Virtual G-Meet.

Tugas 3

Kolaborasi kelompok

1.       Anda membentuk sesuai dengan jumlah CGP yang diampu oleh Fasilitator.

2.       Masing-masing kelompok ditugaskan untuk mendiskusikan

·   Apa kekuatan konteks sosio-kultural di daerah Anda yang sejalan dengan pemikiran KHD?

·    Bagaimana pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuaikan  dengan nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter murid sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks lokal sosial budaya di daerah Anda?

·   Sepakati satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku murid di kelas atau sekolah Anda sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di daerah Anda yang dapat diterapkan.

Jawaban

1.  Apa kekuatan konteks sosio-kultural di daerah Anda yang sejalan dengan pemikiran KHD? 

Banyak terdapat kekuatan yang berakar dari sosio kultural yang ada dimasyarakat Sampit (Kotawaringin Timur) Kalimantan Tengah seperti :

Mandi safar

Budaya mandi Safar di Sampit (Kotawaringin Timur), Kalimantan Tengah, adalah sebuah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat setempat pada bulan Safar dalam penanggalan Islam. Bulan Safar dianggap sebagai bulan yang dihiasi dengan berbagai kepercayaan dan mitos di beberapa budaya, termasuk di Indonesia.

Mandi Safar merupakan praktik spiritual di mana masyarakat percaya bahwa mandi di bulan Safar dapat membersihkan diri dari energi negatif, penyakit, dan membawa keberkahan. Mandi tersebut biasanya dilakukan dengan air dari sumber-sumber alam seperti sungai atau mata air yang dianggap memiliki kekuatan penyembuhan. 

Selain mandi, dalam budaya ini juga sering dilakukan kegiatan seperti berdoa, berpuasa, dan menyantuni yang dianggap dapat meningkatkan keberkahan dan perlindungan dari berbagai masalah

Yang kami ambil adalah

1.   Nilai Spiritualitas

2.   Pentingnya Tradisi Lokal

3.   Kemandirian dan Keberanian

4.   Solidaritas dan Gotong Royong

 

2. Bagaimana pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuaikan  dengan nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter murid sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks lokal sosial budaya di daerah Anda?

 

Pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD) tentang pendidikan holistik yang berpusat pada murid sangatlah relevan untuk dikontekstualisasikan dengan nilai-nilai luhur kearifan lokal di Sampit (Kotawaringin Timur) Kalimantan Tengah.

Kearifan lokal Sampit (Kotawaringin Timur) memiliki banyak nilai yang sejalan dengan pemikiran KHD, seperti gotong royong, kebersamaan, penghormatan terhadap leluhur, dan pelestarian alam.

• Gotong royong: Nilai ini tercermin dalam kegiatan “mandi safar” yang dilakukan masyarakat Sampit untuk menyelesaikan pekerjaan bersama.

• Kebersamaan: Nilai ini terlihat dalam tradisi “melamang” atau “manugal” yang mempererat hubungan antar warga.

• Penghormatan terhadap leluhur: Nilai ini tertanam dalam tradisi “Tiwah” yang dilakukan masyarakat untuk mendoakan leluhur.

• Pelestarian alam: Nilai ini tercermin dalam tradisi “tanah adat” sebagai bentuk rasa syukur kepada alam.

Beberapa kekuatan konteks sosio-kultural di daerah seperti Sampit, Kalimantan Tengah, terkait dengan budaya mandi Safar yang sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara, pendiri pendidikan modern di Indonesia, antara lain:

1. Nilai Spiritualitas: Budaya mandi Safar mengandung nilai-nilai spiritualitas yang kuat, di mana masyarakat memandangnya sebagai praktik untuk membersihkan diri dari energi negatif dan mendapatkan keberkahan. Hal ini sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara yang menekankan pentingnya pendidikan sebagai upaya untuk memperkokoh spiritualitas dan moralitas individu.

2.  Pentingnya Tradisi Lokal: Mandi Safar merupakan bagian dari tradisi lokal yang diwariskan secara turun-temurun. Ki Hajar Dewantara juga menganjurkan pengakuan dan penghargaan terhadap kearifan lokal sebagai bagian integral dari pembangunan budaya dan karakter bangsa.

3. Kemandirian dan Keberanian: Praktik mandi Safar menuntut kemandirian dan keberanian dari individu, terutama dalam menghadapi ketakutan atau kepercayaan negatif terhadap bulan Safar. Ini sejalan dengan gagasan Ki Hajar Dewantara tentang pentingnya pembangunan karakter yang kuat dalam pendidikan, termasuk kemandirian dan keberanian.

4. Solidaritas dan Gotong Royong: Kegiatan mandi Safar sering kali dilakukan secara bersama-sama, memperkuat ikatan sosial dan solidaritas antarwarga. Hal ini sejalan dengan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara yang menekankan pentingnya pendidikan untuk memupuk rasa solidaritas dan gotong royong dalam masyarakat.

Dengan memperhatikan kekuatan konteks sosio-kultural ini, kita dapat melihat bagaimana budaya mandi Safar di Sampit, Kalimantan Tengah, memiliki kesesuaian dengan pemikiran dan nilai-nilai yang dianut oleh Ki Hajar Dewantara dalam pembangunan pendidikan dan karakter bangsa.

 

3. Sepakati satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku murid di kelas atau sekolah Anda sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di daerah Anda yang dapat diterapkan.

Pertimbangan kodrat alam dengan membawa budaya lokal dalam membentuk lingkungan belajar di sekolah akan membuat peserta didik lebih memaknai proses belajarnya, lebih mengenal jati diri budaya lokal dan sekaligus melestarikannya.

Keagamaan dan budaya lokal gotong royong, mandiri, berani  yang diterapkan dalam lingkungan sekolah akan menebalkan karakter dan budi pekerti anak dalam kehidupan sosialnya baik di sekolah, di rumah ataupun di masyarakat.

  

2024-03-19

Modul 1.1.a.3 Mulai Dari Diri dan 1.1.a.4. Eksplorasi Konsep (Calon Guru Penggerak Angkatan 10)


Selasa, 19 Maret 2024 pukul 15.00-16.30 WIB di LMS 1.1.a.4.1 Forum Diskusi Virtual : CGP didampingi PP dan dibersamai Fasilitator (upayakan akses melalui LMS sehingga terekam jejak digital di LMS untuk proses belajar PGP)

Rabu, 20 Maret 2024 pukul 15.00-17.15 WIB di LMS 1.1.a.5 Ruang Kolaborasi Modul 1.1 Diskusi akan dibersamai Fasilitator Dalam Meeting Virtual G-Meet.

CAPAIAN YANG DIHARAPKAN OLEH CGP MODUL 1.1

Capaian Umum Modul 1

Secara umum, profil kompetensi Guru Penggerak yang ingin dicapai dari modul ini adalah:

  1. CGP mampu memahami pemikiran filosofis pendidikan Ki HadjarDewantara dan melakukan refleksi-kritis atas korelasi pemikiran-pemikiran tersebut dengan konteks pendidikan lokal dan nasional pada saat ini.
  2. CGP mampu menjalankan strategi sebagai pemimpin pembelajaran yang mengupayakan terwujudnya sekolah sebagai pusat pengembangan karakter dengan budaya positif.
  3. CGP mampu mengembangkan dan mengkomunikasikan visi sekolah yang berpihak pada murid kepada para guru dan pemangku kepentingan.

Capaian Khusus Modul 1.1

Secara khusus, modul ini diharapkan dapat membantu Calon Guru Penggerak untuk mampu:

  1. Berpikir reflektif dan kritis terhadap pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewantara.
  2. mendemonstrasikan pemahaman terhadap pemikiran filosofis Ki HadjarDewantara dan relevansinya terhadap konteks Pendidikan Indonesia saat ini dengan membandingkan penerapan pendidikan abad ke-21 pada konteks lokal (budaya) di tempat asal mereka.
  3. Membuat perubahan konkret penerapan pemikiran filosofis pendidikan KHD

Ringkasan Alur Belajar MERRDEKA

Tugas 1

Silahkan jawablah pertanyaan panduan berikut sebagai refleksi diri terhadap perjalanan Pendidikan Indonesia sebelum Kemerdekaan dan membandingkannya dengan kondisi pendidikan saat ini pada konteks sekolah Anda.

  1. Apa bagian yang paling menarik bagi saya? Mengapa?
  2. Apa tujuan pendidikan yang dapat dilihat dari video ini pada zaman Kolonial?
  3. Apa persamaan dan perbedaan antara proses pembelajaran pada zaman Kolonial dengan proses pembelajaran saat ini?

Jawaban

1. Menciptakan Taman Siswa, Ki Hadjar Dewantara mengusung gagasan agar semua individu di Indonesia dapat mengakses pendidikan dengan bebas dan merdeka.

2. Pendidikan pada zaman tersebut hanya diarahkan untuk melahirkan calon pegawai yang dapat memperkuat struktur administratif dan mendukung usaha dagang kolonial.

3. Persamaannya terletak pada kenyataan bahwa keduanya dilaksanakan di lembaga pendidikan formal seperti sekolah, serta terdapat pada penerapan budi pekerti.

Tugas 2

Audio atau Video adalah penjelasan pemikiran reflektif kritis Anda dalam memaknai dan menghayati pemikiran KHD setelah menyimak video dan membaca 3 tulisan KHD (terlampir). Dalam audio/video ini, yang paling utama adalah sampaikan pemaknaan dan penghayatan Anda terhadap pemikiran KHD sehingga Anda tidak perlu khawatir dengan aspek keindahan dari video tersebut. Berikan komentar dan umpan balik kepada audio/video yang diunggah oleh rekan Anda.

Berikut ini panduan pertanyaan yang dapat digunakan dalam menjalankan tugas di atas.

1.     Apa intisari pemikiran KHD tentang pendidikan? 

2.    Bagaimana Anda memandang diri Anda sebagai pembelajar (guru) dan pemelajar (murid) jika dikaitkan dengan pemikiran KHD?