1. Ulat Api atau Setora nitens
Pada awalnya, ulat ini akan singgah pada permukaan daun dari
tanaman kelapa sawit. Kemudian, ulat betina bertelur dan dapat
mengumpulkan sebanyak 300 - 400 butir dengan ciri-ciri telur yaitu berwarna
kuning muda dan berbentuk pipih. Proses dari dihasilkannya telur hingga
telur menetas waktu antara 4 hingga 7 hari. Jika sudah menetas, larva ulat
api berwarna hijau kekuningan dan terdapat bagian yang berbulu halus di bagian
kepala dan ekornya.
Ketika larva telah menjadi ulat muda, maka biasanya ulat akan membentuk koloni
dan memulai mendegradasi bagian permukaan bawah daun, perlahan hingga akan
disisakan bagian atas daun. Gigitan ulat akan terlihat jelas berbentuk
memanjang dan hal ini yang menyebabkan daun menjadi kering dan perlahan akan
mati, sehingga siklus atau transportasi nutrisi dari daun mau pun yang akan
menuju ke daun akan terhenti.
Beberapa teknik pengendalian
ulat api yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
-
Pengendalian secara mekanik, yaitu pengutipan ulat ataupun pupa di lapangan
kemudian dimusnahkan
-
Pengendalian secara hayati, dilakukan dengan :
·
penggunaan parasitoid larva seperti Trichogramma sp dan predator
berupa Eocanthecona sp
·
Penggunaan virus seperti Granulosis Baculoviruses, MNPV (Multiple
Nucleo Polyhedro Virus)
·
Penggunaan jamur Bacillus thuringiensis
- Penggunaan insektisida,
dilakukan dengan:
· Penyemprotan (spraying) dilakukan pada tanaman yang berumur 2,5
tahun dengan menggunakan penyemprotan tangan, sedangkan tanaman yang berumur
lebih dari 5 tahun penyemprotan dilakukan dengan mesin penyemprot
· Penyemprotan udara dilakukan apabila dalam suatu keadaan tertentu
luas areal yang terserang sudah meluas yang meliputi daerah dengan berbagai
topografi
2. Tungau Merah atau Oligonychus
Tungau merah memiliki ukuran yang kecil yaitu 0,5
mm. Bagian yang diserang pada tanaman kelapa sawit adalah bagian daun,
terutama tulang daun dengan cara menghisap cairan di dalamnya, sehingga tak
hanya cairan saja namun segala kandungan di dalamnya termasuk klorofil ikut
terhisap dan menyebabkan daun menjadi kering dan berwarna coklat. Tungau
merah perlu diwaspadai apalagi saat musim kemarau karena pertumbuhannya yang
cukup pesat pada musim tersebut.
Pengendalian
terhadap tungau merah ini dapat dilakukan dengan penyemprotan dengan akarisida
yang berbahan aktif tetradion 75,2 gr/lt (Tedion 75 EC) disemprotkan dengan
konsentrasi 0,1-0,2%.
3. Badak Kumbang Tanduk
atau Orycte
Kumbang ini sebenarnya tidak terlalu berbahaya bagi kelapa sawit
yang umurnya cukup tua. Namun, akan sangat berbahaya jika kumbang ini
tumbuh pada tanaman kelapa sawit yang masih muda. Ternyata akibat yang
ditimbulkan adalah dapat menimbulkan penyakit pada tanaman, menyebabkan tanaman
busuk, hingga akhirnya tanaman tidak dapat tumbuh atau mati.
Keberadaan yang dapat dihindari dengan menjaga kebersihan di sekitar tempat
yang ditanaminya kelapa sawit. Tidak hanya itu, dengan menggunakan
jamur Metharrizium anisopliae dan virus oryctes
Baculovirus juga bisa menjadi upaya terhindarnya keberadaan kumbang
tanduk di area perkebunan kelapa sawit.
4. Penggerek Tandan Buah
Penggerek tandan buah atau
nama latinnya yaitu Tirathaba mundella . Seperti
namanya, hama ini menaruh telur pada bagian tandan buah. Jika telur telah
menetas dan mengalami proses perkembangan menjadi ulat, maka akan menyerang
tanaman kelapa sawit yang masih berumur 3 - 4 tahun. Namun seringkali kali
penggerek tandan buah menyerang pohon kelapa sawit tua.
Hama
ini menyerang bagian tandan buah maka akan menyebabkan lubang pada buah bahkan
bisa sampai ke bagian inti, menyebabkan kerontokan atau aborsi, atau buah
menjadi berkembang namun tanpa inti. Selain buah, hama ini juga menyerang
pada bagian bunga, yang mengakibatkan bunga akan gugur dan secara otomatis
menghambat tumbuhnya buah kelapa sawit.
Pengendalian
dapat dilakukan dengan cara:
·
Sanitasi buah busuk dan terserang
· Buah busuk dikumpulkan pada satu lubang yang diaplikasi
insektisida Fipronil dan ditutup dengan tanah
· Aplikasi dengan insektisida sistemik yaitu Fipronil dengan
konsentrasi 7,5 ml/ 15 liter, dengan volume semprot 370-400 liter / ha supaya
buah benar-benar basah tersemprot insektisida. Karena stadia yang ada
bermacam-macam maka perlu aplikasi susulan yaitu 2 minggu setelah aplikasi
pertama. Aplikasi terakhir atau ketiga dilakukan pada 1 bulan setelah aplikasi.
Hal ini dilakukan karena daur hidup hama ini sekitar 1 bulan. Aplikasi semprot
diusahakan jangan bersamaan pada semua kebun diatur supaya tidak ikut mati dan
menurun populasinya.
·
Menurunkan kelembaban dengan pengendalian gulma
· Monitoring serangan hama selalu dilakukan. Monitoring populasi
dilakukan dengan mengamati jumlah dan intensitas serangan pada tandan buah
kelapa sawit, pohon per pohon, setiap sebulan sekali. Pada tanaman kelapa sawit
tua dianjurkan untuk digunakan teropong. Apabila 30% dari tanaman kelapa sawit
dapat dijumpai paling tidak satu tandan buah terserang hama ini sampai 50%
(pada tanaman muda) atau 60% (pada tanaman tua), maka perlu dilakukan tindakan
pengendalian.
Penyakit
yang menyerang pertanaman kelapa sawit diantaranya yaitu penyakit akar,
penyakit busuk pangkal batang, penyakit busuk kuncup, penyakit garis kuning,
anthracnose, dan penyakit tajuk
5. Nematoda Rhadinaphelenchus cocophilus
Hama yang satu ini menyerang bagian vital pada tanaman kelapa sawit yaitu pada
akar. Serangan yang dihasilkan akan menyebabkan daun yang tumbuh tidak
membuka, namun akan menggulung. Selanjutnya, warna daun juga berubah
menjadi kuning juga seperti kekurangan air sehingga terlihat kering.
Selain
daun, tandan bunga juga menutup dan membusuk dan pada akhirnya tidak
menghasilkan buah. Menghindari hama ini bisa dengan mengisolasi atau
menjauhkan tanaman dari area kebun yang kemudian diberi racun natrium arsenit
atau dibakar.
sumber
https://www.corteva.id/berita/Jenis-jenis-Hama-dan-Penyakit-Pada-Tanaman-Kelapa-Sawit.html
https://blog.agromaret.com/2017/10/kenali-5-hama-pada-tanaman-kelapa-sawit
0 komentar:
Posting Komentar