2020-12-26

Pemanenan Kelapa Sawit


Sistem panen

Standar panen yang digunakan antara satu perusahaan dan perusahaan lain kemungkinan berbeda. Tandan buah matang harus mempuyai pagar 1 brondolan di piringan sebagai tanda buah tersebut siap di panen Pelepah yang dipotong dan disusun rapi pada gawangan mati

Rotasi panen di pertahankan pada interval 7-10 hari TBS dan brondolan sudah disusun rapi di TPH (tempat pemungutan hasil) untuk pengangkutan ke pabrik Tangkai buah dipotong dan seluruh kotoran tandan (tbs) di bersihkan sebelum pengangkutan Tingkat ekstraksi minyak> 22% dan kandungan ABL Tingkat ekstraksi minyak> 22% dan kandungan ABL <2%



PEMANENAN PERSIAPAN

  1. Persiapan Pemanenan

Pelaksanaan panen buah perlu memperhatikan: Kondisi areal, Penyediaan tenaga kerja pemotong buah, pembagian seksi potong buah, dan penyediaan alat alat kerja.

Seksi potong buah harus di susun sehingga rupa blok yang akan dipanen setiap hari akan terkonsentrasi (tidak terpencar-pencar), selain itu juga harus dihindari adanya potongan potongan ancak panen, agar satu seksi selesai pada satu hari.

Semua tenaga kerja panen harus tiba diancak panen sedini dan sepagi mungkin, untuk meningkatkan produktifitas dan out put tenaga kerja pemanen. Pemanen harus menjaga peralatannya dalam keadaan baik, dan tajam.

  1. Pemanen

Pemanen mencari buah yang masak, dan melihat buah yang brondol di tanah. Jika pengambilan buah tidak dapat dilakukan tanpa memotong pelepah yang dibawahnya, maka pelepah ini harus dipotong terlebih dahulu dan dirumpuk, di ini harus dipotong terlebih dahulu dan dirumpuk di gawangan. Potong buahnya, potong tangkai buah sependek mungkin.

Tunas yang dibuang harus seminimal mungkin dan seperlunya jika mungkin dengan mengikuti aturan dengan ketentuan meninggalkan 2 (dua) pelepah dibawah buah.

Pelepah yang ditunas harus disebar di gawangan, laporan untuk tidak menutup pasar pikul, piringan dan parit. Tidak ada buah masak yang tertinggal karena ini akan terlalu masak pada rotasi berikutnya. Ketika memotong pelepah pemanen harus memotong

rapat pada batang. Jangan memanen buah mentah karena akan mengakibatkan hilangnya minyak dan kernel. Semua brondolan harus dikutip, termasuk yang masuk ke ketiak pelepah kelapa.

 

Usahakan jangan terlalu banyak memindahkan buah hasil pemanenan karena akan mengakibatkan kenaikan FFA. Gagang tangkai buah harus pendek, karena gagang yang panjang akan mengganggu pengangkutan dan menyerap banyak minyak pada fase proses awal menyerap banyak minyak pada fase proses awal pengolahan. Keluarkan brondolan dari buah busuk, atau terlalu masak dan janjang kosongnya jangan di bawa ke pabrik.

Buah tidak tercampur pasir dan sampah terutama sewaktu mengutip brondolan, karena ini menyebabkan kerusakan pada mesin-mesin pabrik. Usahakan mencegah pengiriman buah ke pabrik.

Buah dengan bagian gagang dibawah, disusun 5 atau 10 baris, untuk memudahkan penghitungan dan pemeriksaan kematangan buah. Jika rotasi panen dapat dipertahankan akan mengurangi pengutipan brondolan.

 

  1. Kebutuhan Pemanen dan Pembrondol

Pada aktual jumlah pemanen dan pembrondol diperhitungkan 1: 1, pada periode produksi rendah (tanaman rendah) jumlah pembrondol bisa lebih sedikit dari jumlah pemanen. Pemanen dan pembrondol agar diupayakan sebagai karyawan (SKU). Kebutuhan

pemanen dihitung.

Untuk perencanaan jumlah pemanen pada areal baru yang belum diketahui produktivitas secara rata-rata, maka perkiraan perkiraan kebutuhan pemanen dihitung:

Areal datar yang di panen dengan dodos - 0,04 hk / ha. Areal gambut / bukit yang dipanen dengan dodos - 0,06 hk / ha

TATA LAKSANA PANEN / PRODUKSI

  1. Angka Kerapatan Panen

Manfaatnya: untuk membina kebutuhan tenaga pemanen yang menyediakan sarana transportasi. Pohon contoh: sebanyak 100 pohon per blok (16-25 ha). Diambil dari baris no .5,15,35,45 masing-masing sebanyak 20 pohon. Hitung tandan yang sudah bisa dipanen keesokan harinya, misalnya 24 tandan. Kerapatan panen (KP) = 24/100 = 0,24 atau 1: 4 artinya dari setiap 4 pohon akan dipanen 1 tandan matang. Bila berat rata-rata 1 tandan = 12 kg. Maka prakiraan panen: 0,24 x 2.240 x 12 kg = 6.451 kg

Bila kapasitas (PN = Prestasi Normal) 1 orang tenaga panen = 800 kg diperlukan 8 orang pemanen. Truk / kendaraan sesuaikan dengan produksi tersebut.

 

  1. Rotasi Panen

Rotasi adalah: waktu yg di butuhkan antara panen terahir dengan panen berikutnya pada tempat yg sama. Perkebunan kelapa sawit pada umumnya menggunakan rotasi panen 7 hari yaitu satu areal harus dimasuki oleh pemanen tiap 7 hari Rotari panen di anggap baik bila buah tidak terlalu Rotasi panen di anggap baik bila buah tidak terlalu matang, yaitu dengan menggunakan sistem 5/7 artinya dalam satu minggu ada 5 hari 2 hari untuk sisa pemeliharaan alat panen dan masing-masing ancak panen diulang 7 hari berikutnya. Rotasi panen di afdelling / kebun diatur dan tak terkalahkan dengan hari kerja pabrik yakni sebagai berikut: 6/7: 6 hari memanen dengan rotasi 7 hari (Senin -

Sabtu) (biasanya hanya pada waktu musim panen puncak 5/7: 5 hari memanen dengan rotasi 7 hari (Senin - Jumat)

 

  1. Kapveld

Kapveld yaitu luas areal panen harian, sebagai Contoh: (Untuk Senin-Kamis @ 170 ha atau 11 blok / hari sedangkan pada hari jumat panen hari pendek hanya 6 blok)

 

  1. Sistem panen

Untuk memudahkan pelaksanaan panen dan memastikan produktifitas panen yang tinggi mandor menentukan sistem ancak / petak. Satu ancak terdiri dari 2-4 baris tanaman yang tergantung pada kerapatan buah masak. Area panen harus di bagi menjadi 5- / 6 bagian tergantung dari berapa hari kerja. Sistem pengancakan terdiri dari 3 sistem yaitu: pengancakan terdiri dari 3 sistem yaitu: · ancak giring murni · ancak giring tetap · ancak tetap

a. Sistem ancak giring

Pada sistem ancak giring setiap pemanen melaksanakan panen pada ancak panen yang

ditentukan setiap hari panen oleh mandor panen bagian areal panen selalu berubah di sesuaikan dengan kerapatan panen dan kehadiran tenaga kerja pemanen. Pada sistem ini berlalu suatu ancak telah selesai dipanen pemanen pindah ke ancak berikutnya

ancak berikutnya bersafat tetap dan bersifat tidak tetap begitu dikenal dengan sistem ancak giring murni (tdk tetap) dan sistem giring tetap. Pada sistem ini pemanen secara bersama-sama memanen di I blok. Setelah selesai pindah ke blok lain. Satu orang

pemanen memanen tiap 2 baris (1 gawangan). Kemudian berpindah kebaris yang belum dipanen, dan seterusnya sampai selesai 1 blok dan pindah ke blok lain.

Sistem ancak giring murni cocok untuk areal tanaman (tanaman muda) jumlah pemanen yang cukup banyak per mandor memudahkan transportasi buah dan kemungkinan ancak tertinggal kecil. Kelemahan dari sistem ancak giring murni adalah kurang tanggung jawab

jawabnya pemanen terhadap kondisi ancak karena ancaknya selalu berubah dari waktu ke waktu sulit ancaknya selalu berubah dari waktu ke waktu sulit ditelusuri pemanen yang melakukan kesalahan, produkifitas pemanen rendah karena kehilangan waktu akibat pindah dari ancak 1 ke ancak lainnya. Sebagai perbaikan dari ancak giring murni ini di kembangkan sistem ancak giring tetap pada sistem ini pemanen pindah dari ancak 1 ke ancak lainnya dengan ancak yang tetap.

Cara berpindahnya:

Ancak giring orang tetap: pemanen pertama mengambil gawangan pertama pada berikutnya. Ancak giring orang tidak tetap: gawangan pertama pada berikutnya yang dikerjakan oleh siapa saja / pemanen yang terlebih dahulu selesai. Keuntungan sistem ancak giring: buah dapat segera diangkut ke pabrik dan kontrol oleh mandor lebih mudah. Secara skematis, sistem panen ancak giring dapat terlihat.

b. Sistem ancak panen tetap

Pada sistem ini pemanen melaksanakan panen pada areal yang sama dikerjakan secara rutin bertanggung jawab menyelesaikan ancak sesuai dengan tanggung jawab yang ditentukan telah setiap hari tanpa ada yang tertinggal, pemanen tidak bekerja maka mandor harus mencari pekerja, sistem ini cocok di terapkan pada areal yang tofografi terbuka / cocok di terapkan pada areal yang tofografi terbuka / curam dan dengan tanam yang berbeda. Pada sistem pemanen di beri ancak dengan luasan tertentu dan tidak berpindah-pindah hal tsbt membantu di perolehnya TBS dengan kematangan yang optimal, rendeman minyak yang di hasilkan tinggi namun kelemahan sistem ini buah lebih lambat keluar sehingga lambat pula sampai ke pabrik. Sebagai

contoh Blok A = 16 ha, ada 50 baris dipanen oleh 5 orang. Orang ke I memanen baris 1-10, orang ke II baris ke 11 - 20 dan seterusnya.

 

  1. Organisasi Panen

Persiapan kebutuhan tenaga Dasar Luasan = Luas areal yang dipanen / kemampuan

pemanen. Pelaksan ketentuan panen: pemanen diawasi oleh seorang mandor. Tiap mandor panenan 15-50 pemanen (luasan 50-60). Kebutuhan tenaga kerja

Pada aktual jumlah pemanen dan pembrondol yang dibutuhkan 1: 1 pada daerah tertentu pembrondol lebih sedikit. Pemanen dan pembromdol ini digunakan sebagai pegawai tetap perusahaan karena bila digunakan sebagai buruh tetap harian maka mandor akan sulit mendapatkan pemanen yang terampil dalam jumlah yang sesuai untuk pemanen suatu luasan areal tertentu, sehingga tandan yang tidak dapat terpanen pada waktu yang tepat tidak akan Dapat terpanen pada waktu yang tepat akn

menurun kualitasnya. Dalam menentukan kebutuhan tenaga kerja pemanen berdasarkan berbagai faktor antara lain: topografi, jenis alat angkut yg di gunakan, umur pekerja, norma kerja, sistem panen dan faktor lainnya.

 

  1. Cara Panen
  • Pelepah yang menyangga (songgo) buah matang dipotong
  • Tandan matang dipotong tangkainya
  • Brondolan yang ada diketiak pelepah diambil / dikorek
  • Tandan dibawa ke jalan pikul, brondolan di piringan dikumpulkan
  • Pelepah disusun digawangan dan dipotong menjadi 3 bagian.
  • Setelah selesai pindah ke pohon berikutnya.

 

  1. Pengumpulan ke TPH (Tempat Pengumpulan Hasil)
  • Buah diangkut dengan goni / pikulan atau kereta sorong ke TPH setelah selesai memanen 2 jam
  • TPH 1: 6, 1 TPH tiap 6 gawangan
  • Tangkai tandan dipotong mepet atau bentuk huruf V (cangkem / mulut kodok)
  • Tandan disusun tiap 10 tandan (tandan kecil) atau 5 (bila tandan besar)
  • Nomor pemanen ditulis pada tangkai tandan

 

  1. Prestasi Panen

Kapasitas Panen / Basis Tugas / Prestasi Normal: Jumlah kg tandan yang harus dibutuhkan dalam 1 hari kerja oleh tiap-tiap pemanen Basis Borong / Basis Premi: Jumlah kg TBS dalam basis tugas yang tidak dapat preminya / hanya upah standar

Besaran panen dan basis borong ditentukan oleh umur tanaman, keadaan buah (kerapatan panen), topografi areal, semakin sulit pelaksanaan panen berdasarkan borongnya diturunkan.

Contoh basis borong (BB)

Keterangan: pada umur 3-4 tahun dengan produksi 8 ton TBS / ha / thn dan berat rata-rata tandan 4 kg per pemanen harus memanen 250/4 = 62 tandan tiap hari untuk mencapai nilai minimum / basis borong. Untuk hasil panen yang lebih dari 62 tandan maka tentang kelebihannya yang diberikan premi

Sumber

http://ptpn1.co.id/artikel/standar-panen-kelapa-sawit#:~:text=Langsa%2C%2021%2D11%2D2018,pabrik%20Kelapa%20Sawit%20(PKS).

 

 

 

 

 

Lokasi: Wonosari, Parenggean, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar