2024-05-29

1.4.a.7. Elaborasi Pemahaman - Modul 1.4

 


Pada hari Rabu, tanggal 29 Mei 2024, sesi Elaborasi Pemahaman Modul 1.4 diselenggarakan secara virtual melalui Google Meet. Acara ini merupakan bagian dari Pelatihan calon Guru Penggerak dan berlangsung dari pukul 15:30 hingga 17:00 WIB. Grup 2 yang mengikuti sesi ini dipandu oleh instruktur berpengalaman, Bapak Faisal Bahar dari Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kab. Pamekasan

Tujuan utama dari sesi ini adalah untuk mengelaborasi pemahaman peserta mengenai budaya positif di lingkungan pendidikan. Sebelum memulai diskusi mendalam bersama instruktur, para peserta diminta untuk mengajukan berbagai pertanyaan terkait materi Budaya Positif yang ingin mereka gali lebih lanjut. Ini bertujuan untuk memastikan bahwa diskusi dapat menjawab kebutuhan dan kekhawatiran spesifik peserta. 

Berikut adalah beberapa poin kunci yang dibahas dalam sesi tersebut: 

Penghargaan dan Apresiasi dalam Pendidikan

Apresiasi Pribadi:

Penghargaan sebaiknya diberikan secara pribadi kepada siswa yang berprestasi, tanpa diumumkan ke teman-teman mereka. Hal ini untuk menjaga perasaan siswa lain dan menghindari rasa iri.

Konsistensi dalam Penghargaan:

Apresiasi harus diberikan secara konsisten dan fokus pada proses belajar, bukan hanya hasil akhir. Ini membantu siswa memahami bahwa usaha mereka dihargai, tidak hanya hasil yang dicapai.

Perbedaan Hukuman dan Konsekuensi

Konsekuensi:

Konsekuensi berasal dari tindakan yang dilakukan oleh guru yang sesuai dengan bidangnya. Misalnya, guru olahraga memberikan latihan fisik sebagai konsekuensi yang relevan dengan pelajaran.

Hukuman:

Hukuman terjadi ketika guru dari bidang lain memberikan sanksi yang tidak berhubungan langsung dengan mata pelajaran yang diajarkan, yang dapat dianggap tidak adil oleh siswa.

Keyakinan Kelas

Transisi dari Peraturan ke Keyakinan:

Aturan awalnya digunakan sebagai panduan. Seiring waktu, aturan tersebut harus berkembang menjadi keyakinan yang diinternalisasi oleh siswa. Contohnya adalah penggunaan helm yang awalnya dipaksakan namun sekarang menjadi kebutuhan.

Restitusi dan Disiplin:

Disiplin harus diterapkan melalui konsekuensi yang bersifat edukatif, bukan hukuman.

Guru harus bertindak sebagai manajer yang mengarahkan dan memantau perilaku siswa, bukan sebagai penghukum.

Langkah restitusi meliputi:

  • Menstabilkan identitas siswa.
  • Melakukan validasi tindakan.
  • Menanyakan keyakinan siswa untuk memastikan langkah yang tepat.

Motivasi Intrinsik

Memahami Kondisi Siswa:

Penting untuk mencari tahu alasan siswa sering bolos, terutama jika terkait kebutuhan ekonomi keluarga. Guru diharapkan dapat memahami dan membantu mengatasi masalah yang dihadapi siswa untuk membangun motivasi intrinsik.

Pendekatan Personal:

Melakukan pendekatan personal dan memberikan perhatian lebih untuk memastikan motivasi belajar siswa tetap terjaga. Ini mencakup interaksi yang lebih dekat dan pemahaman yang mendalam tentang kondisi dan kebutuhan siswa.

Sesi Elaborasi Pemahaman Modul 1.4 ini berhasil memberikan wawasan yang lebih mendalam kepada para peserta tentang pentingnya budaya positif di sekolah. Dengan mengutamakan apresiasi yang tepat, menerapkan konsekuensi yang relevan, mengembangkan keyakinan kelas, dan membangun motivasi intrinsik, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik dan mendukung perkembangan siswa secara holistik.



2024-05-28

1.4.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.4

Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP dapat mempraktikan pemahaman mereka tentang penerapan segitiga restitusi dengan murid di sekolahnya.

Setelah mempelajari konsep-konsep inti dalam modul ini, sekarang saatnya Anda mendemonstrasikan pemahaman Anda secara kontekstual atau di ranah sekolah Anda.

Pada tahap demonstrasi kontekstual ini, Anda akan melaksanakan praktik segitiga restitusi terhadap satu murid di sekolah Anda dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

  1. Buatlah skenario lengkap untuk melaksanakan praktik segitiga restitusi terhadap dua (2) kasus mengenai murid yang melanggar peraturan di sekolah Anda.
  2. Ajaklah satu murid Anda untuk melakukan praktik segitiga restitusi tersebut.
  3. Lakukan praktik segitiga restitusi. Minta tanggapan murid Anda mengenai perasaan mereka ketika Anda melakukan praktik segitiga restitusi itu.
  4. Rekamlah praktik segitiga restitusi sesuai dengan skenario yang telah dibuat beserta tanggapan dari murid Anda dalam bentuk video.
  5. Unggah video praktik segitiga restitusi ke kanal YouTube/Google Drive Anda dan sematkan tautannya pada LMS.
  6. Perhatikan rubrik penilaian untuk demonstrasi kontekstual yang telah disediakan dibawah.




1.4.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 1.4

Sebagai seorang guru, peran saya dalam menciptakan budaya positif di sekolah sangatlah vital. Penerapan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, dan segitiga restitusi sangat diperlukan untuk membentuk lingkungan belajar yang kondusif. Ini berkaitan erat dengan Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara yang menekankan pada pendidikan yang humanis dan berpusat pada siswa, nilai dan peran Guru Penggerak, serta visi Guru Penggerak untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang berkelanjutan dan inklusif.

Disiplin Positif mengajak kita untuk fokus pada pembinaan dan pemberdayaan siswa daripada hukuman. Hal ini sejalan dengan visi Ki Hadjar Dewantara yang mengutamakan pendidikan yang mendidik karakter, bukan sekadar pengetahuan akademis. Teori Motivasi yang melibatkan penghargaan dan hukuman harus diterapkan dengan hati-hati agar tidak menciptakan ketergantungan pada hadiah atau ketakutan akan hukuman, melainkan mendorong nilai-nilai positif.

Posisi Kontrol Restitusi dan Segitiga Restitusi membantu dalam mengatasi konflik dengan cara yang konstruktif. Daripada memusatkan perhatian pada pelanggaran dan hukuman, pendekatan ini mendorong siswa untuk memahami dampak dari tindakan mereka dan mencari solusi yang mengembalikan hubungan yang rusak. Ini sangat penting dalam membangun kepercayaan dan rasa tanggung jawab.

Keyakinan Kelas memainkan peran penting dalam menciptakan budaya yang positif dengan menetapkan norma-norma dan nilai-nilai yang disepakati bersama oleh seluruh anggota kelas. Ini sejalan dengan nilai-nilai yang diajarkan oleh Guru Penggerak yang menekankan pentingnya kolaborasi dan partisipasi aktif dari seluruh anggota komunitas sekolah.

Pemahaman tentang Konsep-konsep Inti

Disiplin Positif, Teori Kontrol, Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Posisi Kontrol Guru, Kebutuhan Dasar Manusia, Keyakinan Kelas, dan Segitiga Restitusi:

  1. Disiplin Positif: Pendekatan yang berfokus pada penguatan perilaku positif daripada menghukum perilaku negatif. Hal ini melibatkan pemberian dukungan dan dorongan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan emosional.
  2. Teori Kontrol: Memahami bahwa guru harus memiliki kendali yang seimbang dalam kelas. Guru perlu memberikan arahan yang jelas namun tetap memberikan ruang bagi siswa untuk mengembangkan otonomi dan tanggung jawab.
  3. Teori Motivasi (Hukuman dan Penghargaan): Menggunakan penghargaan untuk memperkuat perilaku positif dan hukuman sebagai alat pembelajaran, bukan sebagai bentuk balasan yang menyakitkan.
  4. Posisi Kontrol Guru: Memahami berbagai posisi kontrol mulai dari otoritatif hingga permisif, dan pentingnya menggunakan pendekatan yang seimbang untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
  5. Kebutuhan Dasar Manusia: Memahami bahwa kebutuhan dasar seperti rasa aman, rasa dihargai, dan rasa memiliki harus dipenuhi untuk menciptakan lingkungan belajar yang positif.
  6. Keyakinan Kelas: Membangun keyakinan bersama di kelas yang mendukung nilai-nilai positif dan saling menghormati.
  7. Segitiga Restitusi: Proses pemulihan yang melibatkan mengidentifikasi kesalahan, memahami dampaknya, dan memperbaiki hubungan yang rusak.

Perubahan dalam Cara Berpikir

Setelah mempelajari modul ini, saya mengalami perubahan signifikan dalam cara berpikir tentang menciptakan budaya positif di kelas dan sekolah. Saya menyadari pentingnya pendekatan yang lebih berpusat pada siswa, memberikan mereka ruang untuk bertanggung jawab atas perilaku mereka, dan mendorong mereka untuk belajar dari kesalahan melalui proses restitusi.

Pengalaman Penerapan Konsep-konsep Inti

Pengalaman dan Perasaan:

Saya pernah menerapkan beberapa konsep ini dalam kelas, seperti disiplin positif dan penghargaan. Misalnya, saya sering memberikan pujian kepada siswa yang menunjukkan perilaku baik, dan ini berdampak positif terhadap motivasi dan suasana kelas. Ketika menghadapi permasalahan, saya mencoba menggunakan pendekatan restitusi untuk membantu siswa memahami dampak dari tindakan mereka dan mencari cara untuk memperbaikinya. Perasaan saya sangat positif saat melihat siswa belajar dan tumbuh dari pengalaman ini.

Evaluasi Penerapan:

Hal yang sudah baik adalah kemampuan saya untuk membangun hubungan yang kuat dengan siswa melalui pendekatan yang positif dan mendukung. Namun, ada beberapa area yang perlu diperbaiki, seperti konsistensi dalam menerapkan restitusi dan memastikan bahwa setiap siswa benar-benar memahami dan merasakan manfaat dari pendekatan ini.

Perubahan Posisi Kontrol

Sebelum dan Sesudah Mempelajari Modul:

Sebelum mempelajari modul ini, saya hanya menggunakan posisi kontrol sebagai penghukum. Saya merasa harus selalu mengendalikan setiap aspek dalam kelas. Namun, setelah mempelajari modul ini, sedikit demi sedikit saya mulai imbangi ke posisi teman, pembuat rasa bersalah serta pemantau. Perasaan saya saat ini lebih positif, karena saya melihat siswa lebih termotivasi dan bertanggung jawab.

Penerapan Segitiga Restitusi

Sebelum Mempelajari Modul:

Sebelum mempelajari modul ini, saya jarang menggunakan segitiga restitusi secara formal. Saya mungkin melakukan beberapa tahap seperti memahami kesalahan, tetapi tidak secara terstruktur. Sekarang, saya lebih memahami pentingnya setiap tahap dalam segitiga restitusi dan mencoba menerapkannya secara konsisten.

Hal Lain yang Penting Dipelajari

Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini, penting juga untuk mempelajari strategi komunikasi efektif dan teknik-teknik mediasi konflik. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik dan menyelesaikan konflik secara konstruktif sangat penting dalam menciptakan budaya positif di lingkungan kelas dan sekolah.


Secara keseluruhan, pemahaman dan penerapan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif ini sangat penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung dan positif. Perubahan dalam cara berpikir dan pendekatan yang lebih seimbang dalam posisi kontrol, serta penerapan disiplin positif dan segitiga restitusi, telah membantu saya untuk lebih efektif dalam membangun budaya positif di sekolah. Dengan terus belajar dan beradaptasi, saya yakin dapat terus meningkatkan lingkungan belajar yang positif bagi semua siswa. 

(Artikel ini merupakan tugas dari 1.4.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 1.4 CGP Angkatan 10)

Assignment

1.3.a.9. Aksi Nyata - Modul 1.3

 


Tujuan Pembelajaran: CGP mampu mengimplementasikan rencana manajemen perubahan yang telah dibuat.
Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak, pada tahapan akhir dari siklus pembelajaran MERDEKA kali ini akan mendapat tugas merevisi (karena mungkin visi Bapak/Ibu sudah menjadi makin kuat di tahap Koneksi Antarmateri) dan mengeksekusi rancangan BAGJA untuk prakarsa perubahan diri Bapak/Ibu yang sudah dibuat pada tahap Demonstrasi Kontekstual. Ingatlah bahwa penerapan Aksi Nyata ini bukan semata penugasan modul Program Pendidikan Guru Penggerak, melainkan sebuah praktik dalam pengembangan profesi berkelanjutan.



2024-05-22

1.4.a.5.1 Ruang Kolaborasi Modul 1.4 - Presentasi dan Diskusi


 

Pada sesi dua di ruang kolaborasi ini, CGP akan berdiskusi secara virtual bersama fasilitator dengan ketentuan sebagai berikut:

  • Setiap kelompok akan menyajikan hasil analisis studi kasus yang telah didiskusikan dalam kerja kelompok sebelumnya.
  • Setiap kelompok penyaji akan mendapatkan satu kelompok hadirin yang bertugas memberikan tanggapan atau masukan konstruktif atas presentasi kelompok penyaji. Tentunya setelahnya kelompok lain dipersilakan memberikan tanggapan mereka juga.
  • Perhatikan rubrik penilaian forum diskusi pada Rubrik Penilaian Ruang Kolaborasi.

Kegiatan di laksanakan pada hari kamis tanggal 23 Mei 2024, via google meet.


2024-05-20

1.4.a.5. Ruang Kolaborasi Modul 1.4 - Kerja Kelompok

 


Pada hari selasa tanggal 21 mei 2024 jam 10:00 sampai dengan selesai. Para CPG bertemu kembali dalam ruang virtual kegi dengan menggunakan gmeet. Pada modul 1.4 membahas tetang budaya positif.

Dalam tahapan ini, CGP diharapkan mampu melakukan analisis mendalam terhadap kasus-kasus yang disediakan berdasarkan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif. Selain itu, mereka diharapkan dapat mempresentasikan hasil analisis studi kasus tersebut.

Bayangkan sebuah ruang virtual yang ramai dengan sinergi intelektual dari para pendidik masa depan, bersatu dalam pencarian pengetahuan dan pertumbuhan. Di sinilah, dalam Ruang Kolaborasi, anggota CPG berkumpul untuk memanfaatkan kebijaksanaan dan wawasan kolektif. Tujuan utamanya jelas: untuk membedah dan memahami rumitnya berbagai studi kasus yang disajikan dalam modul 1.4.

Dalam kelompok masing-masing, anggota CPG tenggelam dalam eksplorasi studi kasus. Narasi-narasi ini menjadi sarana untuk memahami nuansa budaya positif dalam konteks pendidikan. Dengan semangat tanya dan kolaborasi, anggota memulai perjalanan analisis, mengupas lapisan-lapisan setiap kasus untuk mengungkap tantangan, dinamika, dan peluang pertumbuhan yang mendasarinya.

Saat Ruang Kolaborasi bergema dengan suara-suaranya, anggota CPG menunjukkan semangat menjadi pendidik masa depan yang berpengaruh. Melalui kolaborasi, mereka membangun fondasi yang kuat untuk menciptakan perubahan positif dalam pendidikan, meyakinkan bahwa sinergi adalah kunci untuk meraih masa depan yang cerah.



Perpisahan Siswa SMK negeri 4 Sampit 2024



Pada hari Selasa, 14 Mei 2024, SMK Negeri 4 Sampit menggelar acara perpisahan untuk siswa kelas XII di Gedung Serbaguna Sampit. Acara yang bertema "Menembus Batas, Meraih Gemilang Cita-Cita" ini menjadi momen penuh haru dan kebanggaan bagi siswa, guru, dan orang tua.

Acara dimulai dengan sambutan dari perwakilan orang tua siswa kelas XII. Mereka mengungkapkan rasa terima kasih kepada para guru yang telah membimbing anak-anak mereka serta harapan besar untuk masa depan para lulusan. Ketua panitia kemudian memberikan penjelasan tentang rangkaian acara, menekankan tujuan perpisahan ini untuk merayakan pencapaian siswa sekaligus memotivasi mereka dalam mengejar cita-cita.



1.4.a.4.6. Restitusi - Segitiga Restitusi


Tujuan Pembelajaran Khusus

CGP menjelaskan restitusi sebagai salah satu cara menanamkan disiplin positif pada murid sebagai bagian dari budaya positif di sekolah.

CGP dapat menerapkan restitusi dalam membimbing murid berdisiplin positif agar menjadi murid merdeka.

CGP dapat menganalisis dengan sikap reflektif dan kritis penerapan disiplin positif di lingkungannya

Proses tiga tahapan tersebut didasarkan pada prinsip-prinsip utama dari Teori Kontrol, yaitu:

 


Ketiga strategi tersebut direpresentasikan dalam 3 sisi segitiga restitusi. Langkah-langkah tersebut tidak harus dilakukan satu persatu secara kaku. Banyak guru yang sudah menggunakannya dalam berbagai versi menurut gaya mereka masing-masing bahkan tanpa mengetahui tentang teori restitusi.

Ada tiga langkah dalam Segititiga Restitusi yaitu:

1 . Menstabilkan identitas, contoh kalimatnya

  • ·       Berbuat salah itü tidak apa-apa.
  • ·       Tidak ada manusia yang sempurna
  • ·       Saya juga pernah melakukan kesalahan seperti itu.
  • ·       Kita bisa menyelesaikan ini.
  • ·  Bapak/lbu tidak tertarik mencari siapa yang salah, tapi Bapak/lbu ingin mencari solusi dari permasalahan ini.
  • ·       Kamu berhak merasa begitu.
  • ·       Apakah kamu sedang menjadi teman yang baik buat dirimu sendiri?

2. Validasi tindakan yang salah, contoh kalimatnya

  • ·       "Padahal kamu bisa melakukan yang lebih buruk dari ini ya?”
  • ·       "Kamu pasti punya alasan mengapa melakukan hal itu”
  • ·   "Kamu patut bangga pada dirimu sendiri karena kamu telah melindungi sesuatu yang penting buatmu".
  • ·       "Kamu boleh mempertahankan sikap itu, tapi kamu harus menambahkan sikap yang baru.”

3. Menanyakan keyakinan. contoh kalimatnya

  • ·       Apa yang kita percaya sebagai kelas atau keluarga?
  • ·       Apa nilai-nilai umum yang kita telah sepakati?
  • ·       Apa bayangan kita tentang kelas yang ideal?
  • ·       Kamu mau jadi orang yang seperti apa?

Langkah restitusi

1. Langkah pertama pada bagian dasar segitiga adalah menstabilkan identitas.

Jika anak berbuat salah maka ada kebutuhan dasar mereka yang tidak terpenuhi. Bagian dasar segitiga restitusi memiliki tujuan untuk merubah orang yang gagal karena telah berbuat kesalahan menjadi orang yang sukses.

Kita harus mampu meyakinkan mereka dengan mengatakan kalimat seperti :

  • ·       tidak ada manusa yang sempurna;
  • ·       saya juga pernah melakukan kesalahan seperti itu.

Ketika seseorang dalam kondisi emosional maka Otak tidak akan mampu berpikir rasional, saat inilah kita menstabilkan identitas anak. Anak kita bantu untuk tenang dan mencari solusi untuk menyelesaikan permasalahan.

2. Langkah kedua adalah memvalidasi tindakan yang salah.

Pada langkah kedua ini, kita harus memahami dan menemukan kebutuhan dasar yang mendasari tindakan anak berbuat kesalahan. Menurut Teori Kontrol semua tindakan manusia, baik atau buruk, pasti memiliki maksud/tujuan tertentu.

Ketika kita menolak anak yang berbuat salah, dia akan tetap dalam masalah. Yang diperlukan adalah kita memahami alasan melakukan hal tersebut sehingga anak merasa dipahami.

3. Langkah ketiga yaitu menanyakan keyakinan.

Teori kontrol menyatakan bahwa kita pada dasarnya termotivasi secara internal. Ketika langkah 1 dan Langkah 2 sukses dilakukan, maka anak akan siap untuk dihubungkan dengan nilai-nilai yang dia percaya, dan berpindah menjadi orang yang dia inginkan. Penting menanyakan ke anak tentang kehidupan kedepan yang dia inginkan.

Ketika mereka sudah menemukan gambaran masa depannya, guru dapat membantu mereka untuk tetap fokus pada gambarannya. Melalui segitiga restitusi kita dapat mewujudkan mereka menjadi murid yang merdeka. Mereka mampu menyelesaikan masalah dengan motivasi internal dan bertanggung jawab terhadap pilihannya.

Tugas 1

Mario dan Adi merupakan murid kelas 8 di SMP Tunas. Pada jam istirahat makan siang, saat semua anak lain bermain di luar kelas, mereka diajak bicara oleh guru wali kelas mereka, Bapak Joko, di ruang kelas.

Dari 5 posisi kontrol, posisi mana yang dipraktikkan oleh guru? Jelaskan!

Jawaban

guru mempraktikkan posisi kontrol yang disebut sebagai "penyelesaian masalah bersama". Guru tidak mengambil posisi otoriter atau menyalahkan murid-muridnya, namun bersama-sama mencari solusi atas masalah yang terjadi. Guru mengajak murid-muridnya untuk berpikir secara kritis tentang tindakan mereka, mengingatkan mereka pada nilai-nilai yang telah disepakati bersama dalam kelas, dan memfasilitasi proses untuk memperbaiki situasi tersebut. Dengan demikian, guru berada dalam posisi yang berempati, mendukung, dan memandu murid-muridnya menuju penyelesaian masalah secara bersama-sama. (Pak Joko yaitu pada posisi kontrol manager, pak Joko melakukan tiga tahapan dalam segitiga restitusi yaitu: 1. menstabilkan keadaan; 2. validasi tindakan yang benar; 3. Keyakinan kelas.)

Tugas 2

Mario dan Adi merupakan murid kelas 8 di SMP Tunas. Pada jam istirahat makan siang, saat semua anak lain bermain di luar kelas, mereka diajak bicara oleh guru wali kelas mereka, Bapak Joko, di ruang kelas.

Kebutuhan apa yang berusaha dipenuhi oleh Mario dan Adi?

Jawaban

Mario dan Adi mencoba memenuhi kebutuhan untuk bersenang-senang dan merasa senang dengan bermain lempar-lemparan makanan di kantin. Namun, pada saat yang sama, mereka juga memiliki kebutuhan untuk diakui dan dihormati oleh teman-teman mereka, serta mempertahankan hubungan baik dengan lingkungan sekitar, termasuk dengan Ibu Dina, kepala sekolah mereka. Meskipun awalnya mereka merasa senang, mereka menyadari bahwa tindakan mereka telah merugikan orang lain dan merusak lingkungan sekolah, yang pada akhirnya membuat mereka merasa bersalah dan menyesal. Oleh karena itu, mereka membutuhkan pemahaman dan arahan dari Pak Joko untuk menyelesaikan masalah ini dengan cara yang sesuai dengan nilai-nilai kelas dan sekolah mereka

Tugas 3

Mario dan Adi merupakan murid kelas 8 di SMP Tunas. Pada jam istirahat makan siang, saat semua anak lain bermain di luar kelas, mereka diajak bicara oleh guru wali kelas mereka, Bapak Joko, di ruang kelas.

Apa yang dikatakan guru dalam tahap Menstabilkan Identitas, Validasi Tindakan, dan Mencari Keyakinan?

Jawaban

Dalam tahap Menstabilkan Identitas, guru memberikan pengakuan atas situasi yang dialami oleh Mario dan Adi, dengan mengkonfirmasi bahwa mereka berada dalam masalah. Guru juga menunjukkan bahwa dia ada di sana untuk membantu mencari solusi bersama, bukan untuk menyalahkan siapa pun. Dalam tahap Validasi Tindakan, guru mengakui bahwa Mario dan Adi mungkin merasa senang saat melakukan lempar-lemparan makanan di kantin, namun dia juga menyoroti bahwa tindakan tersebut merugikan orang lain, khususnya Ibu Dina, kepala sekolah. Ini membantu mengakui perasaan mereka tetapi juga menegaskan konsekuensi dari perilaku mereka. Dalam tahap Mencari Keyakinan, guru kembali ke nilai-nilai kelas dan sekolah, menekankan pentingnya menghormati orang lain dan lingkungan, serta mempertanyakan apakah perilaku mereka sejalan dengan nilai-nilai tersebut. Guru memberikan arahan kepada Mario dan Adi untuk bertindak lebih baik di masa mendatang, menegaskan bahwa mereka harus selalu mengindahkan keyakinan kelas mereka.

Tugas 4

Mario dan Adi merupakan murid kelas 8 di SMP Tunas. Pada jam istirahat makan siang, saat semua anak lain bermain di luar kelas, mereka diajak bicara oleh guru wali kelas mereka, Bapak Joko, di ruang kelas.

Kira-kira sesuai prinsip restitusi, apa yang akan dilakukan Mario dan Adi untuk memperbaiki kesalahan mereka pada Ibu Dina?

Jawaban

Sesuai dengan prinsip restitusi, Mario dan Adi kemungkinan akan melakukan beberapa langkah untuk memperbaiki kesalahan mereka terhadap Ibu Dina yaitu mengakui kesalahan mereka dengan jujur kepada Ibu Dina dan meminta maaf secara tulus atas tindakan mereka yang tidak sengaja menyakiti beliau.

1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol

 


Tujuan Pembelajaran Khusus

CGP dapat melakukan refleksi atas praktik disiplin yang dijalankan selama ini dan dampaknya untuk murid-muridnya.

CGP dapat menerapkan disiplin restitusi di posisi Manajer, minimal pemantau agar dapat menghasilkan murid yang bertanggung jawab, mandiri dan merdeka.

CGP dapat menganalisis secara kritis,  reflektif, dan terbuka atas penemuan diri yang didapatkan dari mempelajari 5 posisi kontrol.

 

Bacalah kasus-kasus di bawah ini, dan cobalah jawab pertanyaan-pertanyaan yang tersedia:

·       Tisa dan Hana dipanggil masuk ke ruangan Ibu Dewi, kepala sekolah SMA Makmur. Ibu Dewi baru saja mendapatkan pengaduan dari ibunda Tisa, bahwa Hana menggunakan kata-kata kasar, dan merendah-rendahkan Tisa di sosial media.

·       Anto jarang sekali hadir di pembelajaran jarak jauh, dan pada saat hadir pun, Anto seringkali menggunakan kata-kata kasar di kolom chat mengejek teman-temannya. Hal ini sudah sangat mengganggu dan beberapa orang tua murid yang mengikuti pembelajaran daring mengeluhkan tentang perilaku Anto di pembelajaran jarak jauh.

Bila Anda adalah seorang kepala sekolah, penerapan disiplin apakah yang akan Anda lakukan untuk kasus Hana dan kasus Anto? Mengapa?

Jawaban

Untuk kasus Hana yang menggunakan kata-kata kasar dan merendahkan Tisa di media sosial, tindakan disiplin yang bisa dilakukan adalah mengingatkan Hana tentang aturan sekolah terkait perilaku etika dan norma sosial. Hana perlu menjalani sesi konseling untuk belajar mengelola emosi serta konflik dengan cara yang lebih positif. Selain itu, bisa diberlakukan sanksi disiplin sesuai kebijakan sekolah, seperti teguran tertulis. Untuk kasus Anto yang jarang hadir dan sering menggunakan kata-kata kasar di pembelajaran jarak jauh, langkah-langkah disiplin yang bisa diambil adalah memberikan peringatan resmi terkait absennya yang tidak teratur dan perilaku kurang sopan di platform pembelajaran daring. Anto juga perlu mendapat bimbingan. Penting melibatkan orang tua Anto dalam proses penyelesaian masalah ini agar mereka dapat mendukung perubahan perilaku yang diinginkan dari Anto.

5 Posisi Kontrol

Diane Gossen dalam bukunya Restitution-Restructuring School Discipline (1998) mengemukakan bahwa guru perlu meninjau kembali penerapan disiplin di dalam ruang-ruang kelas mereka selama ini. Apakah telah efektif, apakah berpusat, memerdekakan, dan memandirikan murid, bagaimana dan mengapa? Melalui serangkaian riset dan berdasarkan pada teori Kontrol Dr. William Glasser, Gossen berkesimpulan ada 5 posisi kontrol yang diterapkan seorang guru, orang tua ataupun atasan dalam melakukan kontrol. Kelima posisi kontrol tersebut adalah Penghukum, Pembuat Rasa Bersalah, Teman, Pemantau dan Manajer.

Mari kita tinjau lebih dalam kelima posisi kontrol ini. Dibagian bawahnya adalah contoh peragaan yang dikutip dari Yayasan Pendidikan Luhur (2007) di mana ada seorang murid yang melanggar suatu peraturan sekolah. Selanjutnya ada dialog antara seorang guru dengan murid tersebut, serta bagaimana guru tersebut menjalankan disiplin dengan menggunakan kelima posisi kontrol untuk kasus yang sama.

Penghukum

Karakteristik: Menegakkan aturan dengan keras, memberikan hukuman langsung tanpa mempertimbangkan konteks atau alternatif penyelesaian.

Pembuat Rasa Bersalah

Karakteristik: Menggunakan rasa bersalah sebagai alat kontrol, membuat individu merasa bersalah atas kesalahan mereka.

Teman

Karakteristik: Berusaha terlalu bersahabat dan kurang menegakkan aturan, mengutamakan hubungan daripada disiplin.

Pemantau

Karakteristik: Mengamati dan memastikan aturan diikuti, tetapi cenderung pasif dan tidak mengambil tindakan tegas.

Manajer

Karakteristik: Menerapkan aturan dengan adil, mempertimbangkan situasi dan konteks, serta mencari solusi yang konstruktif dan restoratif.

5 Posisi Kontrol Restitusi

posisi kontrol menyoroti pentingnya pemahaman tentang bagaimana individu menghadapi tantangan dan konflik dalam kehidupan mereka. Dari posisi kontrol internal yang penuh tanggung jawab hingga posisi kontrol eksternal yang lebih cenderung mengalihkan tanggung jawab kepada faktor eksternal, setiap posisi memiliki dampak yang berbeda pada cara individu merespons situasi. Melalui pemahaman yang mendalam tentang posisi kontrol, seseorang dapat mengembangkan kesadaran diri yang lebih baik, memperkuat rasa tanggung jawab, dan memilih respon yang lebih adaptif terhadap tantangan yang dihadapi. Dengan demikian, memahami dan merespons 5 posisi kontrol secara kritis, reflektif, dan terbuka merupakan langkah penting dalam pengembangan pribadi dan interaksi yang lebih efektif dengan lingkungan sekitar.

Tugas Mandiri


2024-05-19

Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.3

 

Pada minggu ini (jurnal refleksi dwi mingguan ke 3), saya mengikuti kegiatan calon guru penggerak yang membahas modul 1.3 dengan topik "Visi Guru Penggerak". Saya merasa bahwa banyak hal baik yang saya alami dalam proses tersebut. Saya juga dapat berdiskusi dengan rekan-rekan sejawat dan bertukar pengalaman dalam menerapkan nilai dan peran guru penggerak.

Dalam menulis jurnal refleksi ini saya menggunakan model 1 yaitu model 4F (Fact, Feeling, Findings, dan Future, yang diprakarsai oleh Dr. Roger Greenaway. 4F dapat diterjemahkan menjadi 4P yakni : Peristiwa; Perasaan; Pembelajaran; dan Penerapan.

 

1.       Fact (Peristiwa)

Dalam Modul 1.3, kami mulai mempelajari Visi Guru Penggerak dengan penuh semangat, dimulai dari proses pembelajaran mandiri yang menuntun kami untuk mengeksplorasi konsep tersebut dari sudut pandang pribadi. Di sini, kami diajak untuk merumuskan visi kami sebagai guru penggerak yang berpihak pada prinsip Pancasila, yang mengutamakan kesejahteraan murid sesuai dengan filosofi pendidikan KHD.

Proses pembelajaran mandiri kami dilanjutkan dengan Ruang Kolaborasi, di mana kami berdiskusi tatap maya dengan fasilitator tentang "Pernyataan Prakarsa Perubahan dan Langkah-langkah BAGJA". Bersama dengan kelompok kami, kami berusaha merumuskan visi guru penggerak kami dan merinci pernyataan prakarsa perubahan dengan menggunakan instrumen A-T-A-P.

Selanjutnya, kami menyajikan hasil diskusi kelompok kami pada pertemuan berikutnya dalam ruang kolaborasi, di mana kami menerima masukan dan saran dari sesama peserta dan fasilitator. Kami juga mengikuti lokaraya 1, yang melibatkan diskusi tentang Komunitas Praktisi dan peran Guru Penggerak dalam menggerakkan komunitas tersebut.

Setelah menyelesaikan penugasan demonstrasi kontekstual, kami mengikuti Elaborasi Pemahaman bersama instruktur untuk memperdalam pemahaman kami tentang materi Modul 1.3. Di sini, kami belajar menentukan kalimat visi yang sesuai dengan profil pelajar Pancasila, merumuskan prakarsa perubahan yang relevan, dan membuat tahapan BAGJA untuk rencana perubahan di lingkungan kami. Setelah itu, kami diberikan penugasan untuk membuat koneksi antara materi yang telah kami pelajari.

 

2.       Perasaan (Feeling)

Setelah mempelajari Modul 1.3 tentang Visi Guru Penggerak, saya merasa lebih bersemangat dan termotivasi untuk menerapkan pendidikan guru penggerak. Semangat saya juga kian berkobar-kobar dalam merencanakan dan melaksanakan visi serta strategi perubahan yang telah saya susun. Keyakinan dan motivasi yang saya miliki ini akan menciptakan suasana yang penuh semangat dalam menjalankan inisiatif perubahan saya, sehingga visi saya akan menjadi kenyataan. Materi dalam Modul 1.3 telah membuka wawasan baru bagi saya dalam merancang visi yang menggambarkan masa depan yang cerah bagi para murid yang memiliki karakter unggul.

 

3.       Pembelajaran (Findings)

Dalam menyusun sebuah Visi yang akan memberikan perubahan positif harus berlandaskan paradigma Inkuiri Apresiatif (IA). Setelah menemukan kesepakatan mengenai visi dilanjutkan dengan merumuskan kalimat-kalimat Prakarsa Perubahan dengan menggunakan instrumen A-T-A-P (Aset, Tantangan, Aksi, Pelajaran/Perubahan).

Setelah menyusun kalimat-kalimat pernyataan prakarsa perubahan, dilanjutkan dengan menyusun tahapan pelaksanaan kalimat-kalimat tersebut menggunakan instrumen BAGJA. Tahapan BAGJA merupakan model manajemen perubahan yang merupakan akronim dari Buat pertanyaan utama,Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana dan Atur eksekusi sebagai terjemahan bebas yang diadopsi dari model 5D sebagai bagian dari inkuiri apresiatif (Define, Discover, Dream, Design, Deliver).

Disini saya belajar melalui paradigma Inkuiri Apresiatif (IA) dalam melakukan dan meningkatkan perubahan positif di sebuah komunitas atau sekolah, kita hanya berfokus pada aset/kekuatan yang dimiliki dan mengabaikan kelemahan. Dengan berfokuskan pada aset/kekuatan maka kelemahan tersebut akan tertutup dan terselesaikan dengan sendirinya.

 

4.       Penerapan (Future)

Setelah mempelajari modul 1.3 ini yaitu tentang visi guru penggerak maka saya akan berusaha menerapkan dan mewujudkan visi yaitu “Mewujudkan Generasi Yang Sesuai Dengan Profil Pelajar Pancasila”. Kalimat prakarsa perubahan yang saya rumuskan yaitu “Kegiatan Sekolah yang Berdasarkan IMTAQ dan IPTEK”.

Visi dan kalimat prakarsa perubahan ini saya implementasikan dalam aksi nyata saya. Saya melakukan aksi nyata dengan 3 kegiatan, kegiatan pertama adalah menumbuhkan sikap 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan dan Santun) . Kegiatan yang kedua adalah mengimplementasi kegiatan jumat berkah di sekolah. Dan Kegiatan ke tiga menggunakan media pembel;ajaran digital saat melaksanakan pembelajaran dikelas.

 

1.4.a.4.4. Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas

 


Tujuan Pembelajaran Khusus

CGP dapat menjelaskan kebutuhan dasar yang menjadi motif dari tindakan manusia baik murid maupun guru

CGP dapat menganalisis dampak tidak terpenuhinya kebutuhan dasar terhadap pelanggaran peraturan dan tindakan yang tidak sesuai dengan nilai kebajikan

CGP dapat mengidentifikasi peran dan sekolah guru dalam upayanya menciptakan lingkungan belajar dan pemenuhan kebutuhan anak yang beragam.

5 Kebutuhan Dasar Manusia menurut Dr. William Glasser dalam “Choice Theory”

Pertanyaan Pemantik:

Ibu Ambar, guru wali kelas kelas 2A di SD Pelita Hati, sedang bingung menghadapi ulah salah satu murid di kelasnya, Doni.  Beberapa anak di kelas 2A telah datang padanya dan mengeluhkan Doni yang seringkali meminta bekal makan siang mereka dengan paksa. Jika Anda menghadapi situasi seperti Ibu Ambar, apa yang akan anda lakukan? Menurut anda, kira-kira apa alasan Doni melakukan hal itu?

Jawab

Pertama, saya akan bicara dengan Doni sendiri untuk tahu kenapa dia minta bekal teman-temannya. Saya akan dengar dengan baik tanpa marah-marah. Doni bisa minta bekal karena lapar atau tak punya bekal sendiri. Atau mungkin ada masalah di rumahnya. Kalau saya sudah tahu masalahnya, saya akan cari solusinya. Misalnya, saya bisa bicara sama orang tua Doni buat tahu lebih banyak tentang masalahnya. Saya juga akan ajak Doni bicara tentang pentingnya berbicara dengan baik dan minta tolong kalau dia susah. Saya juga akan libatkan semua anak di kelas. Saya akan jelaskan bahwa memaksa minta bekal itu salah, tapi juga penting buat saling bantu kalau ada yang susah.

Manusia memiliki lima kebutuhan dasar: bertahan hidup, kasih sayang dan diterima, penguasaan, kebebasan, dan kesenangan. Kebutuhan bertahan hidup adalah untuk kesehatan, tempat tinggal, dan makanan. Kasih sayang dan diterima melibatkan hubungan sosial dan menjadi bagian dari kelompok. Kebutuhan akan penguasaan mencakup prestasi dan diakui atas kemampuan. Kebebasan adalah tentang memiliki pilihan dan kendali atas hidup. Kesenangan adalah tentang mencari kesenangan, bermain, dan tertawa. Semua kebutuhan ini penting untuk kesejahteraan manusia, dan perilaku manusia sering kali bertujuan memenuhi salah satu atau lebih dari kebutuhan ini.

Konsep 5 kebutuhan dasar manusia tidak hanya berlaku bagi anak-anak atau murid-murid, namun juga bagi manusia dewasa, dalam setting sekolah adalah para tenaga pendidik dan kependidikan. Lihatlah para guru di sekolah Anda. Dapatkan Anda memprediksi kira-kira guru mana yang memiliki kebutuhan dasar yang tinggi akan penguasaan, kebebasan, kesenangan, atau kasih sayang dan rasa diterima? Kebutuhan dasar mana yang sedang berusaha dipenuhi oleh guru  ketika mereka melakukan sebuah tindakan tertentu?  Kalau begitu,  apa yang dapat dilakukan oleh seorang pemimpin sekolah berdasarkan konsep 5 kebutuhan dasar ini dalam rangka mewujudkan lingkungan dan budaya sekolah yang positif?

Glasser menyatakan bahwa kapasitas untuk berubah ada di dalam diri kita. Jika kita dapat mengidentifikasi kebutuhan apa yang mendorong perilaku kita, maka perubahan perilaku positif dapat dimulai dengan mencari solusi untuk memenuhi kebutuhan tertentu dengan cara yang positif.

Tugas Mandiri

 jawaban


 

Dunia Berkualitas

Dunia Berkualitas Anda adalah tempat khusus dalam pikiran Anda, tempat Anda menyimpan gambaran representasi dari semua yang Anda inginkan: bisa berisi orang-orang, hal-hal dan apa saja yang terbaik dalam hidup Anda dan membuat Anda merasa bahagia dan terpenuhi kebutuhan dasar Anda. Dr. William Glasser menyebutnya seperti semacam album foto sehingga isinya tidak akan terlalu banyak, hanya akan terdiri dari beberapa hal saja yang sangat signifikan dan benar-benar terbaik dalam hidup Anda yang membuat hidup Anda menjadi lebih bermakna. Kebutuhan dasar bersifat lebih umum dan universal, sedangkan dunia berkualitas lebih unik dan personal.

Orang, tempat, benda, nilai-nilai, dan kepercayaan yang penting bagi Anda akan termasuk di sana. Untuk masuk ke dunia berkualitas, syaratnya adalah bahwa sesuatu itu harus terasa sangat baik bagi Anda dan memenuhi setidaknya satu atau lebih kebutuhan dasar Anda. Dalam menentukan segala sesuatu yang masuk dalam dunia berkualitas, tidak perlu kita terlalu mempertimbangkan standar masyarakat tentang apa saja yang penting dan yang tidak. Gambaran dunia berkualitas adalah unik dan spesifik untuk setiap orang. Jika Anda bisa hidup di dunia berkualitas Anda, hidup akan sempurna buat Anda, tapi sayangnya, Anda tidak bisa tinggal di sana.

Murid kita juga mempunyai gambaran dunia berkualitas mereka. Tentunya sebagai guru kita ingin mereka memasukkan hal-hal yang bermakna dan nilai-nilai kebajikan yang hakiki ke dalam dunia berkualitas mereka. Bila guru dapat membangun interaksi yang memberdayakan dan memerdekakan murid, maka murid akan meletakkan dirinya sendiri sebagai individu yang positif dalam dunia berkualitas karena mereka menghargai nilai-nilai kebajikan.

Untuk membantu Anda, jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini: 

·       Siapakah orang-orang yang paling penting dalam hidup Anda?

·       Nilai-nilai kebajikan apa yang terpenting dalam hidup Anda?

·       Kalau Anda menjadi orang yang ideal, karakter atau sifat apa yang Anda paling inginkan ada pada diri Anda?

·       Apa pencapaian Anda yang Anda sangat banggakan?

·       Apa pekerjaan ideal bagi Anda?

·       Ceritakan bagian perjalanan hidup Anda, dimana Anda merasa itulah titik puncak hidup Anda?

·       Apa yang paling bermakna dalam hidup Anda?    

Jawaban

Orang yang paling berarti dalam hidup saya adalah keluarga: orang tua, suami dan anak-anak. Bagi saya, nilai kebajikan tertinggi adalah bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kejujuran, dan empati terhadap sesama. Karakter yang saya harapkan untuk diri saya adalah sabar, tangguh, dan selalu bersyukur. Pencapaian yang paling membanggakan bagi saya adalah menjadi PPPK. Pekerjaan yang saya idamkan adalah menjadi seorang guru. Perjalanan hidup yang saya anggap sebagai titik puncak adalah saat saya berhasil hidup mandiri, dapat berbagi dengan orang lain, dan selalu bersyukur. Momen paling bermakna dalam hidup saya adalah ketika saya menyadari bahwa perjalanan hidup yang penuh tantangan dapat diatasi dengan usaha, syukur, dan keyakinan kepada Kuasa Tuhan Yang Maha Esa. Jika saya menjadi seorang pemimpin, saya akan menciptakan budaya positif yang membuat setiap peristiwa dan kegiatan berkesan, serta meningkatkan kualitas hidup.

 

1.4.a.4.3. Keyakinan Kelas


Tujuan Pembelajaran Khusus

CGP dapat menganalisis pentingnya memiliki keyakinan sekolah/kelas sebagai fondasi dan arah tujuan sebuah sekolah/kelas, yang akan menjadi landasan dalam memecahkan konflik atau permasalahan di dalam sebuah sekolah/kelas.

CGP dapat menjelaskan proses pembentukan dari peraturan-peraturan beralih ke keyakinan kelas.

CGP akan dapat berpikir kritis, kreatif, reflektif, dan terbuka dalam menggali nilai-nilai yang dituju pada peraturan yang ada di sekolah mereka masing-masing.

Nilai-nilai keselamatan atau kesehatan inilah yang kita sebut sebagai suatu ‘keyakinan’, yaitu nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati secara tersirat dan tersurat, lepas dari latar belakang suku, negara, bahasa maupun agama. Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya pada pembelajaran 2.1 tentang Nilai-nilai Kebajikan bahwa menekankan pada keyakinan seseorang akan lebih memotivasi seseorang dari dalam. Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan tertulis tanpa makna. Murid-murid pun demikian, mereka perlu mendengarkan dan memahami arti sesungguhnya tentang peraturan-peraturan yang diberikan, apa nilai-nilai kebajikan dibalik peraturan tersebut, apa tujuan utamanya, dan menjadi tidak tertarik, atau takut sehingga hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan-peraturan yang mengatur mereka tanpa memahami tujuan mulianya.

Pada pembelajaran Disiplin dan Nilai-nilai Kebajikan Universal, kita telah mempelajari tentang nilai-nilai kebajikan yang dapat menjadi landasan kita dalam membuat suatu keyakinan sekolah atau menentukan visi dan misi atau tujuan dari sebuah institusi/sekolah.

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:

1.       Mengapa kita memiliki peraturan tentang penggunaan helm pada saat mengendarai kendaraan roda dua/motor?(Kemungkinan jawaban Anda adalah untuk ‘keselamatan’).

2.       Mengapa kita memiliki peraturan tentang penggunaan masker dan mencuci tangan setiap saat? (Kemungkinan jawaban Anda adalah ‘untuk kesehatan dan/atau keselamatan’). 

1. Kita memiliki peraturan tentang penggunaan helm saat mengendarai kendaraan roda dua/motor untuk keselamatan. Helm berfungsi sebagai perlindungan bagi kepala pengendara dalam hal terjadinya kecelakaan atau benturan yang bisa menyebabkan cedera kepala serius.

2. Penggunaan masker membantu mencegah penyebaran penyakit menular, terutama dalam konteks pandemi seperti COVID-19, sementara mencuci tangan secara teratur adalah langkah penting untuk menghindari penularan infeksi dan menjaga kesehatan diri serta orang lain.

Tahapan menciptakan Program Kebajikan

Lihat daftar kebajikan yang telah disusun bersama (contoh pada pembelajaran 2.1).

Tentukan nilai-nilai kebajikan yang ingin dijadikan perhatian utama di sekolah Anda. Curah pendapat dalam kelompok.

Sempurnakan beberapa daftar nilai-nilai kebajikan yang utama, bahas kembali dalam kelompok utama.

Buatlah poster atau muat di sosial media keyakinan sekolah/kelas Anda.

jawaban

https://www.facebook.com/share/p/xBdHtxGTRtNWL76S/?mibextid=oFDknk

Pembentukan Keyakinan Sekolah/Kelas

1.       Keyakinan kelas bersifat lebih ‘abstrak’ daripada peraturan, yang lebih rinci dan konkrit.

2.       Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal.

3.       Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif.

4.   Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat dan dipahami oleh semua warga kelas.

5.       Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan tersebut.

6.  Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan keyakinan kelas lewat kegiatan curah pendapat.

7.       Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu.

Lihatlah daftar peraturan di bawah ini kemudian tuliskan keyakinan kelas atau nilai kebajikan yang dituju dari peraturan tersebut. Adapun nilai-nilai kebajikan yang diterima secara universal lepas dari latar belakang budaya, bahasa, suku bangsa, maupun agama berupa hal-hal seperti keadilan, kehormatan, peduli, integritas, kejujuran, pelayanan, keamanan, kesabaran, tanggung jawab, mandiri, berprinsip, keselamatan, kesehatan, dan masih banyak lagi nilai-nilai kebajikan universal. Peraturan-peraturan yang tercantum di sisi kiri tidak terbatas pada peraturan yang ditemui di kelas atau sekolah, namun peraturan yang biasa kita temui di sekeliling kita.

·       Kembalikan barang ke tempatnya….. (Bertanggung jawab)

·       Dilarang Mengganggu Orang Lain…. (Saling Menghormati)

·       Hadir di sekolah 15 menit sebelum pembelajaran dimulai…. (Menghormati Orang Lain, Komitmen)

·       Dilarang Melakukan Kekerasan Keamanan…. (Saling Menghormati)

·       Dilarang Menggunakan Narkoba ….(Kesehatan)

·       Bergantian atau menunggu giliran…. (Menghormati Orang Lain, Berempati)

·       Dilarang Merokok Kesehatan,….. (Menghormati Orang Lain)

·       Gunakan masker Kesehatan,….. (Keamanan)

·       Berjalan di kelas dan koridor Keamanan, ….(Keselamatan)

Prosedur Pembentukan Keyakinan Sekolah/Kelas

1. Usulan/ Pendapat: Mempersilakan warga sekolah atau murid-murid di sekolah/kelas untuk berpendapat tentang nilai-nilai yang perlu disepakati di sekolah/kelas.

2. Pencatatan Masukan: Mencatat semua masukan dari para murid/warga sekolah di papan tulis atau kertas besar yang dapat dilihat semua anggota kelas/warga sekolah.

3. Penyusunan Keyakinan Positif: Mengubah kalimat-kalimat negatif menjadi positif.

4. Penemuan Nilai Kebajikan: Menganalisis daftar curah pendapat untuk menemukan nilai kebajikan atau keyakinan yang terdapat di balik peraturan tersebut.

5. Peninjauan Bersama: Tinjau kembali Keyakinan Sekolah/Kelas bersama-sama dan seleksi keyakinan yang paling relevan.

6. Persetujuan dan Penandatanganan: Setelah keyakinan sekolah/kelas dibuat, semua warga kelas, termasuk guru dan murid, dipersilakan meninjau dan menyetujuinya dengan menandatanganinya. 7. Pemajangan dan Pendalaman: Keyakinan Sekolah/Kelas dapat dipajang di dinding kelas agar mudah dilihat oleh semua warga kelas.

 Kegiatan-kegiatan Pendalaman Keyakinan Kelas (1)

1. Kegiatan Tampak Seperti/Tidak Tampak Seperti

Anggota kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, dan setiap kelompok diberikan kertas. Salah satu anggota kelompok membuat huruf T kapital yang besar (Tabel T). Guru memberikan salah satu ‘keyakinan kelas’ kepada setiap kelompok. Dua kelompok bisa mendapatkan keyakinan yang sama bila ada 10 kelompok. Selanjutnya setiap kelompok diminta untuk bercurah pendapat tentang keyakinan tersebut, tampak seperti apa, tampak tidak seperti apa. Kemudian hasil curah pendapat  setiap kelompok dipresentasikan pada kelompok besar, dan kertasnya ditempel di sekeliling dinding kelas untuk dapat dilihat setiap warga kelas agar menguatkan pemahaman.

2.  Kegiatan Tugas Saya-Tugas Kamu (Tugas Guru-Tugas Murid)

Salah satu kegiatan lain yang dapat dilakukan untuk memperdalam keyakinan kelas, adalah mempelajari tanggung jawab setiap warga kelas. Keyakinan bertanggung jawab serta hak seseorang adalah sesuatu yang diungkapkan oleh Ki Hadjar Dewantara tentang menumbuhkan murid yang merdeka:

“...beratlah kemerdekaan itu! bukan hanya tidak terperintah saja, akan tetapi harus juga dapat menegakkan dirinya dan mengatur perikehidupannya dengan tertib. dalam hal ini termasuklah juga mengatur tertibnya perhubungan dengan kemerdekaan orang lain (Ki Hadjar Dewantara, buku kuning, hal.4.)

Pada pekan pendalaman Keyakinan Kelas, maka murid-murid dapat diajak berdiskusi tentang tanggung jawab dan hak masing-masing warga kelas, yaitu apa Tugas Guru dan Bukan Tugas Guru serta Apa Tugas Murid atau Bukan Tugas Murid. Berikut adalah langkah yang dapat dilakukan dalam mendiskusikan hal tersebut:

Tugas mandiri

1. Kegiatan Tampak Seperti/Tidak Tampak Seperti

Sekarang tugas mandiri Anda adalah, silahkan coba melakukan pemetaan seperti kegiatan sebelumnya.

Tersedia 2 butir Keyakinan Kelas 5 (lihat contoh) yang disediakan dalam bentuk Tabel T. Tuliskan gagasan-gagasan Anda tentang contoh perwujudan dari 2 keyakinan tersebut, tampak seperti apa dan tidak tampak seperti apa? Selanjutnya isilah bagaimana perwujudan dari Keyakinan Kelas 1 berikut: "setiap anggota kelas melakukan tugas". Tuliskan apa yang ingin Anda dengar, lihat, dan lakukan dalam format Tabel Y

2. Kegiatan Tugas Saya-Tugas Kamu (Tugas Guru-Tugas Murid)

 

Coba Anda lakukan kegiatan Tugas Saya-Tugas Kamu dengan murid-murid di sekolah Anda, atau bisa juga dilakukan dengan anak-anak Anda di rumah (menjadi: Tugas Orang Tua-Tugas Anak). Bercurah pendapat tentang tugas masing-masing warga kelas atau rumah untuk membangun lingkungan positif yang aman dan nyaman, yang selanjutnya menjadi suatu budaya positif.