2024-05-18

1.4.a.4.2. Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi

 


Tujuan Pembelajaran

CGP dapat menjelaskan dan menganalisis Teori Motivasi dan Motivasi Intrinsik yang dituju, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari di lingkungannya.

CGP dapat menjelaskan konsep hukuman dan penghargaan, dan  konsep pendekatan restitusi.

CGP dapat melakukan pengamatan dan peninjauan atas praktik penerapan konsep-konsep tersebut di lingkungannya sendiri.

 

Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, menyatakan ada 3 motivasi perilaku manusia:

Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman

Ini adalah tingkat terendah dari motivasi perilaku manusia. Biasanya orang yang motivasi perilakunya untuk menghindari hukuman atau ketidaknyamanan, akan bertanya, apa yang akan terjadi apabila saya tidak melakukannya? Sebenarnya mereka sedang menghindari permasalahan yang mungkin muncul dan berpengaruh pada mereka secara fisik, psikologis, maupun tidak terpenuhinya kebutuhan mereka, bila mereka tidak melakukan tindakan tersebut. Motivasi ini bersifat eksternal.

Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain.

Satu tingkat di atas motivasi yang pertama, disini orang berperilaku untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. Orang dengan motivasi ini akan bertanya, apa yang akan saya dapatkan apabila saya melakukannya? Mereka melakukan sebuah tindakan untuk mendapatkan pujian dari orang lain yang menurut mereka penting dan mereka letakkan dalam dunia berkualitas mereka. Mereka juga melakukan sesuatu untuk mendapatkan hadiah, pengakuan, atau imbalan. Motivasi ini juga bersifat eksternal.

Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya.

Orang dengan motivasi ini akan bertanya, akan menjadi orang yang seperti apabila saya melakukannya? Mereka melakukan sesuatu karena nilai-nilai yang mereka yakini dan hargai, dan mereka melakukannya karena mereka ingin menjadi orang yang melakukan nilai-nilai yang mereka yakini tersebut. Ini adalah motivasi yang akan membuat seseorang memiliki disiplin positif karena motivasi berperilakunya bersifat internal, bukan eksternal.

Tujuan dari disiplin positif adalah menanamkan motivasi yang ketiga pada murid-murid kita yaitu untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Ketika murid-murid kita memiliki motivasi tersebut, mereka telah memiliki motivasi intrinsik yang berdampak jangka panjang, motivasi yang tidak akan terpengaruh pada adanya hukuman atau hadiah. Mereka akan tetap berperilaku baik dan berlandaskan nilai-nilai kebajikan karena mereka ingin menjadi orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai yang mereka hargai.

Sekarang, mari pikirkan tentang diri Anda sendiri. Anda sekarang mengikuti Program. Guru Penggerak, mengapa Anda mengikuti program ini? Apakah bila Anda tidak mengikuti program ini, akan ada hal yang menyakitkan yang akan terjadi pada Anda? Apakah ada hadiah atau penghargaan setelah Anda mengikuti program ini? Atau apakah Anda mengikuti program ini karena Anda ingin menjadi seorang guru dengan nilai-nilai yang Anda yakini, misalnya menjadi seorang guru pemelajar? Apa dampak ketiga motivasi tersebut pada diri Anda sebagai calon guru penggerak? Yang mana motivasi yang paling akan berdampak jangka panjang dan membuat Anda terus bersemangat secara internal?

Mungkin pada awalnya motivasi Anda mengikuti program ini karena ingin mendapat penghargaan. Namun seiring Anda mengikuti program ini dan kemudian menikmatinya, mungkinkah motivasi Anda akan berubah menjadi sebuah pemahaman untuk menjadi guru dengan nilai-nilai yang Anda yakini? Bila itu terjadi, dampaknya pada diri Anda?

Pada tahap ini, saya merasa bahwa motivasi saya telah berubah menjadi sebuah pemahaman yang lebih dalam tentang pentingnya menjadi seorang guru dengan nilai-nilai yang saya yakini. Saya mulai melihat pendidikan sebagai alat untuk membentuk karakter, membangun masa depan, dan memberikan dampak positif bagi masyarakat. Hal ini membuat saya lebih termotivasi untuk terus belajar, berkembang, dan berkontribusi sebagai seorang pendidik yang berdedikasi. Dampak dari perubahan motivasi ini pada diri saya adalah perubahan sikap dan perilaku. Saya mulai mengambil pendekatan yang lebih holistik terhadap pendidikan, fokus pada pembentukan karakter dan nilai-nilai positif, serta memprioritaskan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Hal ini juga memengaruhi cara saya berinteraksi dengan siswa, rekan kerja, dan komunitas sekolah secara keseluruhan.

Sebagai seorang guru, saat Anda hadir mengajar di kelas tepat waktu, motivasi apakah yang mendasari tindakan Anda? Apakah Anda datang tepat waktu karena tidak ingin ditegur oleh atasan Anda  dan kemudian mendapat surat peringatan (menghindari ketidaknyamanan dan hukuman) atau Anda ingin mendapatkan pujian dari atasan Anda dan mendapat penghargaan sebagai karyawan atau guru berprestasi? (mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain), atau Anda ingin menjadi orang yang menghargai waktu, menghargai diri Anda sendiri sebagai teladan bagi murid-murid Anda karena Anda percaya, tindakan Anda sebagai guru akan dicontoh oleh murid-murid Anda (menghargai nilai-nilai diri sendiri). Manakah motivasi yang paling kuat mendasari tindakan Anda? Atau bahkan kombinasi dari dua motivasi, atau bahkan ketiga-tiganya?

Pertama, ketakutan akan konsekuensi atau hukuman dari atasan atau sekolah mungkin menjadi faktor yang mempengaruhi. Tidak ingin mendapatkan teguran atau surat peringatan karena terlambat adalah suatu dorongan yang bisa mendorong kehadiran tepat waktu. Kedua, keinginan untuk mendapatkan pujian atau penghargaan dari atasan atau rekan kerja juga bisa menjadi motivasi. Merasa diakui dan dihargai atas ketepatan waktu dan dedikasi dalam pekerjaan adalah hal yang dapat memotivasi seseorang untuk terus berusaha tampil maksimal. Ketiga, nilai-nilai diri sendiri dan kesadaran akan pentingnya menghargai waktu bisa menjadi motivasi intrinsik yang kuat. Sebagai seorang guru, saya mungkin merasa tanggung jawab untuk memberikan teladan yang baik bagi murid-murid saya, dan menghormati waktu adalah bagian dari nilai-nilai yang ingin saya tanamkan pada mereka. Kombinasi dari dua atau bahkan ketiga motivasi ini mungkin memengaruhi tindakan saya untuk hadir mengajar tepat waktu.

Bila di sekolah Anda tidak ada peraturan yang mengharuskan guru datang tepat waktu dan tidak ada surat teguran bagi guru yang datang terlambat, dan tidak ada atasan yang memuji Anda, apakah Anda akan tetap datang tepat waktu untuk mengajar murid-murid Anda?  Jelaskan alasan Anda.

Meskipun tidak ada peraturan yang mengharuskan atau mengatur tentang keterlambatan guru di sekolah saya, dan tidak ada surat teguran atau penghargaan yang ditetapkan terkait kehadiran tepat waktu, saya masih akan berusaha datang tepat waktu untuk mengajar murid-murid saya. Alasannya adalah karena saya melihat keterlambatan sebagai sesuatu yang tidak hanya mempengaruhi saya sendiri, tetapi juga dapat berdampak negatif pada pengalaman belajar siswa.

Menurut Anda, dari ketiga jenis motivasi tadi, motivasi manakah yang saat ini paling banyak mendasari perilaku murid-murid Anda di sekolah? Jelaskan!

Motivasi untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. hal ini terjadi karena sering kali menjadi pendorong awal bagi perilaku siswa, terutama jika ada sistem penghargaan atau pengakuan yang diterapkan di sekolah. Siswa termotivasi untuk mencapai prestasi atau perilaku yang diinginkan karena mereka ingin mendapatkan penghargaan, pujian, atau pengakuan dari guru, teman sekelas, atau orang tua. Ini bisa berupa poin positif, sertifikat penghargaan, atau pujian langsung.

Strategi apa yang selama ini Anda terapkan untuk menanamkan disiplin positif pada murid-murid anda, bagaimana hasilnya pada perilaku murid-murid Anda?

Untuk menanamkan disiplin positif pada murid-murid, saya telah menerapkan berbagai strategi, di antaranya: Konsistensi dalam Aturan: Saya memastikan bahwa aturan dan konsekuensi yang ditetapkan di kelas sangat jelas dan konsisten. Pemberian Contoh: Saya berusaha menjadi teladan bagi murid-murid dengan menunjukkan sikap dan perilaku yang diinginkan.. Pembinaan Hubungan Positif: Saya menghabiskan waktu untuk membangun hubungan yang baik dengan setiap murid. Menggunakan Penguatan Positif: Saya aktif memberikan pujian dan pengakuan kepada murid-murid yang menunjukkan perilaku positif dan mematuhi aturan. Hasil dari penerapan strategi ini pada perilaku murid-murid saya telah beragam. Banyak murid menunjukkan peningkatan dalam ketaatan terhadap aturan, lebihnya keterlibatan dalam pembelajaran, dan pengembangan keterampilan sosial yang lebih baik.

Nilai-nilai kebajikan apa yang Anda berusaha tanamkan pada murid-murid Anda di kelas dan sekolah Anda?

Saat saya mengajar, saya berusaha untuk menanamkan sejumlah nilai-nilai kebajikan pada murid-murid saya, yang saya anggap penting untuk pembentukan karakter mereka. Beberapa dari nilai-nilai kebajikan tersebut antara lain: menghormati, tulus, disiplin, Kerjasama, empati, ketekunan, kepedulian, toleransi dan kemandirian Dengan menanamkan nilai-nilai kebajikan ini, saya berharap dapat membantu murid-murid saya menjadi individu yang bertanggung jawab, berempati, dan bermoral tinggi, yang siap menghadapi tantangan dunia dengan sikap yang positif dan penuh integritas.

Iva kurang menguasai pelajaran Matematika, sehingga pada saat pelajaran tersebut berlangsung, dia lebih banyak berdiam diri atau menggambar di buku pelajarannya. Pada saat guru Matematikanya, Pak Seno, menanyakan pertanyaan Iva menjadi gugup, dan tak sengaja menjatuhkan tasnya dari kursi, serta tiba-tiba menjadi gagap pada saat berupaya menjawab. Seluruh kelas pun tertawa melihat perilaku Iva yang bicara tergagap dan terkejut tersebut. Pak Seno pada saat itu membiarkan teman-teman Iva menertawakan Iva yang tergagap dan malu luar biasa, dan malahan minta Iva untuk maju ke depan dan berdiri di depan kelas sambil menunjuk hidungnya karena tidak bisa menjawab pertanyaan Pak Seno. Kelas makin gaduh, dan anak-anak pun tertawa melihat Iva di depan kelas memegang ujung hidungnya.

Jawablah kedua pertanyaan ini, dan berilah minimal 2 tanggapan terhadap jawaban rekan Anda.

Apakah Anda setuju dengan tindakan pak Seno terhadap Iva? Mengapa?

Menurut Anda, tindakan Pak Seno terhadap Iva adalah sebuah hukuman atau konsekuensi? Mengapa?

1. Tindakan Pak Seno terhadap Iva adalah tidak pantas dan tidak mendukung perkembangan siswa. Meminta Iva untuk berdiri di depan kelas sambil menunjuk hidungnya karena tidak bisa menjawab pertanyaan tidak hanya menghina dan mempermalukan Iva, tetapi juga merendahkan martabatnya di depan teman-temannya. Tindakan tersebut dapat berdampak negatif pada kepercayaan diri dan kesejahteraan emosional Iva.

2. Tindakan Pak Seno terhadap Iva dapat dikategorikan sebagai sebuah hukuman. Hukuman adalah tindakan yang diberikan sebagai akibat dari perilaku yang dianggap melanggar aturan atau norma tertentu. Dalam hal ini, Pak Seno memberikan hukuman berupa mempermalukan Iva di depan kelas karena tidak bisa menjawab pertanyaan dengan baik. Namun, penting untuk dicatat bahwa hukuman yang diberikan oleh Pak Seno terhadap Iva tidaklah sesuai dengan pendekatan pembinaan yang seharusnya dilakukan oleh seorang pendidik.

 

Hukuman, Konsekuensi dan Restitusi

Dalam menjalankan peraturan ataupun keyakinan kelas/sekolah, bilamana ada suatu pelanggaran, tentunya sesuatu harus terjadi. Untuk itu kita perlu meninjau ulang tindakan penegakan peraturan atau keyakinan kelas/sekolah kita selama ini. Tindakan terhadap suatu pelanggaran pada umumnya berbentuk hukuman atau konsekuensi. Dalam modul ini akan diperkenalkan program disiplin positif yang dinamakan Restitusi. 

Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004). Restitusi juga merupakan proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah mereka, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996).

Setelah membaca bagan tentang perbedaan Hukuman, Konsekuensi dan Restitusi, maka isilah bagan di bawah ini, kira-kira bila seorang guru/orang tua melakukan tindakan yang dinyatakan di kolom sisi kiri, apakah tindakan tersebut berupa sebuah hukuman, konsekuensi?

·       Mencatat 100 kali di dalam buku kalimat, "Saya tidak akan terlambat lagi", adalah Hukuman

·       Lari mengelilingi lapangan basket 2 kali karena terlambat hadir di sekolah adalah Hukuman

·       Membersihkan coretan yang dibuatnya di meja tulis adalah konsekuensi

·       Murid diminta untuk 'push up' 15 kali karena tidak menggunakan masker ke sekolah adalah Hukuman

·       Menggantikan kertas tugas teman yang telah dicoret-coret adalah Konsekuensi

·       Berjemur di lapangan basket pukul 12:00 siang karena mengobrol dengan teman adalah hukuman

·       Murid diminta bertelanjang kaki sepanjang hari karena tidak menggunakan sepatu warna hitam sesuai peraturan sekolah.adalah hukuman

·       Berdiri di depan kelas sambil mengangkat kaki satu, karena tidak bisa menjawab pertanyaan adalah hukuman

·       Membersihkan tumpahan air di meja tulis karena tersenggol pada saat belajar.adalah konsekuensi

·       Kehilangan 10 menit jam istirahat untuk mengerjakan tugas, karena terlambat datang dan tertinggal pelajaran selama 10 menit.adalah konsekuensi.

·       Duduk di bangku di pinggir lapangan pada jam istirahat, tidak diizinkan bermain oleh guru piket, karena mencederai teman saat bermain di lapangan.adalah konsekuensi

·       Terlambat hadir di pembelajaran daring 15 menit, dan diminta untuk tinggal 15 menit sesudah kelas usai untuk membahas ketertinggalan pembelajaran. Adalah konsekuensi

·       Lari mengelilingi lapangan basket 2 kali karena terlambat 10 menit untuk pelajaran PJOK.adalah konsekuensi.

·       Berjemur di lapangan basket pukul 12:00 siang karena mengobrol dengan teman adalah hukuman

·       Membersihkan WC sekolah karena mematahkan pensil kawannya.adalah hukuman

 

Ibu Anas guru kelas 2 SD, mendapatkan masalah. Murid-muridnya tidak bisa tertib berdiri antri di depan pintu kelas, dan selalu berebutan masuk ke dalam kelas setelah jam istirahat usai. Ini tentunya sangat mengganggu proses pembelajaran dimana kelas tidak dapat mulai tepat waktu karena Ibu Anas sibuk menenangkan murid-muridnya untuk waktu cukup lama. Akhirnya Bu Anas berpikir cepat, dan mengandalkan stiker bintang. Setiap murid-muridnya akan masuk kelas usai jam istirahat, Bu Anas akan mengiming-imingi murid-muridnya dengan stiker bintang. “Siapa yang dapat berdiri lurus dan berbaris rapi antri di depan pintu, dapat bintang dari Bu Anas!” Sebagian besar murid-muridnya menyambut tantangan tersebut, dan langsung berdiri rapi di depan pintu agar mendapatkan stiker bintang. Hal ini terus dilakukan Bu Anas selama beberapa minggu, karena cukup berhasil membuat murid-muridnya berdiri rapi antri di depan pintu. Sampai pada suatu saat Bu Anas sakit, dan terpaksa digantikan Pak Heru. Pak Heru tidak mengetahui tentang stiker bintang, dan benar saja, pada saat mau masuk ke kelas usai jam istirahat murid-murid kelas 2 kembali berebutan masuk kelas. Apa yang terjadi, mengapa?

Jawablah ketiga pertanyaan ini, dan berilah minimal 2 tanggapan terhadap jawaban rekan Anda.

Berdasarkan teori motivasi yang telah Anda pelajari pada pembelajaran sebelumnya, kira-kira apa motivasi murid-murid kelas 2 untuk bersedia berdiri antri sebelum masuk kelas?

Adakah cara lain agar murid-murid kelas 2 bersedia antri di depan kelas tanpa diberi penghargaan stiker bintang? Jelaskan.

1. Motivasinya adalah mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. Mereka tertarik untuk berdiri rapi dan berbaris antri di depan pintu kelas karena dijanjikan stiker bintang sebagai imbalan.

2. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan membangun motivasi yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri individu. Guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang mendukung perilaku tertib tanpa harus tergantung pada hadiah. Misalnya, guru dapat memberikan penjelasan yang jelas tentang pentingnya antrian dan kedisiplinan dalam proses pembelajaran, serta memberikan pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai seperti kerjasama, tanggung jawab, dan kesopanan.

 

“Saat kita berulang kali menjanjikan hadiah kepada anak-anak agar berperilaku bertanggung jawab, atau kepada seorang murid agar mempelajari sesuatu yang baru, atau kepada seorang karyawan agar melakukan pekerjaan yang berkualitas,kita sedang berasumsi mereka tidak dapat melakukannya,  atau mereka tidak akan memilih untuk melakukannya.”

(Alfie Kohn)

Alfie Kohn (Punished by Rewards, 1993, Wawancara ASCD Annual Conference, Maret 1995) mengemukakan baik penghargaan maupun hukuman, adalah cara-cara mengontrol perilaku seseorang yang menghancurkan potensi untuk pembelajaran yang sesungguhnya. Menurut Kohn, secara ideal tindakan belajar itu sendiri adalah penghargaan sesungguhnya.

Kohn selanjutnya  juga mengemukakan beberapa pernyataan dari hasil pengamatannya selama ini tentang tindakan memberikan penghargaan yang nilainya sama dengan menghukum seseorang.

 

Pilihlah dua kotak yang berisi pernyataan atau hasil penelitian yang paling menarik atau menantang untuk Anda. Tuliskan tanggapan Anda terhadap pernyataan/hasil penelitian yang Anda pilih tersebut, kemudian berilah minimal 2 tanggapan atas jawaban/tanggapan rekan Anda.

1. Pengaruh Jangka Pendek dan Jangka Panjang point ke 2. Penggunaan penghargaan sebagai insentif dalam menggerakkan perilaku memerlukan perhatian khusus agar tidak berdampak negatif. Meskipun penghargaan bisa efektif, penggunaan berlebihan atau berulang dapat menyebabkan ketergantungan pada penghargaan tersebut. Seiring berjalannya waktu, individu mungkin kehilangan motivasi intrinsik mereka karena lebih fokus pada hadiah daripada pada kepuasan melakukan tugas atau mencapai tujuan. 2. Penghargaan Tidak efektif point ke 4, Hal menyoroti kompleksitas dalam memahami motivasi dan perilaku manusia. Kadang-kadang, memberikan penghargaan tidak selalu efektif dalam mengubah perilaku yang kompleks seperti kebiasaan merokok atau pola makan yang tidak sehat. Ada banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam mengubah perilaku tersebut, termasuk motivasi intrinsik, dukungan sosial, dan kesiapan individu untuk berubah.

Lokasi: Sampit, Mentawa Baru Hulu, Kec. Mentawa Baru Ketapang, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar