2024-05-16

1.4.a.4.1. Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal

Tujuan Pembelajaran Khusus

CGP dapat menjelaskan makna ‘kontrol’ dari paparan Teori Kontrol Dr. William Glasser serta miskonsepsi yang terjadi di kehidupan sehari-hari, serta dapat menjelaskan perubahan paradigma stimulus respon kepada teori kontrol.

CGP dapat menjelaskan makna Disiplin Positif, dan mengamati penerapannya di lingkungannya, serta kaitan Teori Kontrol dengan 3 Motivasi Perilaku Manusia.

CGP menjelaskan pentingnya memilih dan menentukan nilai-nilai kebajikan yang akan diyakini dan disepakati seluruh warga sekolah, sehingga kelak tercipta sebuah budaya positif.

 

psikiater dan pendidik, Dr. William Glasser dalam Control Theory yang kemudian hari berkembang dan dinamakan Choice Theory, meluruskan beberapa miskonsepsi tentang makna ‘kontrol’.

Ilusi guru mengontrol murid. 

Pada dasarnya kita tidak dapat memaksa murid untuk berbuat sesuatu jikalau  murid tersebut memilih untuk tidak melakukannya. Walaupun tampaknya  guru sedang mengontrol perilaku murid, hal demikian terjadi karena murid  sedang mengizinkan dirinya dikontrol. Saat itu bentuk kontrol guru  menjadi kebutuhan dasar yang dipilih murid tersebut. Teori Kontrol  menyatakan bahwa semua perilaku memiliki tujuan, bahkan terhadap  perilaku yang tidak disukai.

Ilusi bahwa semua penguatan positif efektif dan bermanfaat. 

Penguatan positif atau bujukan adalah bentuk-bentuk kontrol. Segala usaha  untuk mempengaruhi murid agar mengulangi suatu perilaku tertentu, adalah  suatu usaha untuk mengontrol murid tersebut. Dalam jangka waktu tertentu,  kemungkinan murid tersebut akan menyadarinya, dan mencoba untuk  menolak bujukan kita atau bisa jadi murid tersebut menjadi tergantung pada pendapat sang guru untuk berusaha.

Ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa bersalah dapat  menguatkan karakter.

Menggunakan kritik dan rasa bersalah untuk mengontrol murid menuju pada  identitas gagal. Mereka belajar untuk merasa buruk tentang diri mereka.  Mereka mengembangkan dialog diri yang negatif. Kadang kala sulit bagi guru  untuk mengidentifikasi bahwa mereka sedang melakukan perilaku ini, karena seringkali guru cukup menggunakan ‘suara halus’ untuk menyampaikan pesan  negatif.

Ilusi bahwa orang dewasa memiliki hak untuk memaksa.

Banyak orang dewasa yang percaya bahwa mereka memiliki tanggung jawab  untuk membuat murid-murid berbuat hal-hal tertentu. Apapun yang  dilakukan dapat diterima, selama ada sebuah kemajuan berdasarkan sebuah  pengukuran kinerja. Pada saat itu pula, orang dewasa akan menyadari  bahwa perilaku memaksa tidak akan efektif untuk jangka waktu panjang,  dan sebuah hubungan permusuhan akan terbentuk.

agaimana seseorang bisa berubah dari paradigma Stimulus-Respon kepada pendekatan teori Kontrol? Stephen R. Covey (Principle-Centered Leadership, 1991)  mengatakan bahwa,

 

“..bila kita ingin membuat kemajuan perlahan, sedikit-sedikit, ubahlah sikap atau  perilaku Anda. Namun bila kita ingin memperbaiki cara-cara utama kita, maka kita  perlu mengubah kerangka acuan kita. Ubahlah bagaimana Anda melihat dunia,  bagaimana Anda berpikir tentang manusia, ubahlah paradigma Anda, skema  pemahaman dan penjelasan aspek-aspek tertentu tentang realitas”.


Ketika mendengar kata “disiplin”, apa yang terbayang di benak Anda? Apa yang terlintas di pikiran Anda? Kebanyakan orang akan menghubungkan kata disiplin dengan tata tertib, teratur, dan kepatuhan pada peraturan.  Kata “disiplin” juga sering dihubungkan dengan hukuman, padahal itu sungguh berbeda, karena belajar tentang disiplin positif tidak harus dengan memberi hukuman, justru itu adalah salah satu alternatif terakhir dan kalau perlu tidak digunakan sama sekali.

Dalam budaya kita, makna kata ‘disiplin’ dimaknai menjadi sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang lain untuk mendapatkan kepatuhan. Kita cenderung menghubungkan kata ‘disiplin’ dengan ketidaknyamanan.

Anda telah mengikuti serangkaian pembahasan tentang makna disiplin positif yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara maupun Diane Gossen, di mana kedua pakar pendidikan mengartikan disiplin sebagai bentuk kontrol diri, yaitu belajar untuk kontrol diri agar dapat mencapai suatu tujuan mulia. Tujuan mulia di sini mengacu pada nilai-nilai atau prinsip-prinsip mulia yang dianut seseorang. Kita namakan nilai-nilai tersebut sebagai nilai-nilai kebajikan (virtues) yang universal.

Nilai-nilai kebajikan universal sendiri telah diperkenalkan di modul 1.2 yang berarti nilai-nilai kebajikan yang disepakati bersama, lepas dari suku bangsa, agama, bahasa maupun latar belakangnya. Nilai-nilai ini merupakan ‘payung besar’ dari sikap dan perilaku kita, atau nilai-nilai ini merupakan fondasi kita berperilaku. Nilai-nilai kebajikan adalah sifat-sifat positif manusia yang merupakan tujuan mulia yang ingin dicapai setiap individu. Seperti yang telah dikemukakan oleh Dr. William Glasser pada Teori Kontrol (1984), menyatakan bahwa setiap perbuatan memiliki suatu tujuan, dan selanjutnya Diane Gossen (1998) mengemukakan bahwa dengan mengaitkan nilai-nilai kebajikan yang diyakini seseorang maka motivasi intrinsiknya akan terbangun, sehingga menggerakkan motivasi dari dalam untuk dapat mencapai tujuan mulia yang diinginkan.

Profil Pelajar Pancasila

·       Beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia.

·       Mandiri

·       Bernalar Kritis

·       Berkebinekaan Global

·       Bergotong royong

·       Kreatif

IBO Primary Years Program (PYP)

Sikap Murid:

·       Toleransi

·       Rasa Hormat

·       Integritas

·       Mandiri

·       Menghargai

·       Antusias

·       Empati

·       Keingintahuan

·       Kreativitas

·       Kerja sama

·       Percaya Diri

·       Komitmen

Sembilan Pilar Karakter (Indonesian Heritage Foundation/IHF)

·       Cinta Tuhan dan segenap ciptaanNYA

·       Kemandirian dan Tanggung jawab

·       Kejujuran (Amanah), Diplomatis

·       Hormat dan Santun

·       Dermawan, Suka Menolong dan Gotong Royong

·       Percaya Diri, Kreatif dan Pekerja Keras

·       Kepemimpinan dan Keadilan

·       Baik dan Rendah Hati

·       Toleransi, Kedamaian dan Kesatuan

 

Petunjuk Seumur Hidup dan Keterampilan Hidup

Keterampilan Hidup

·       Dapat dipercaya

·       Lurus Hati

·       Pendengar yang Aktif

·       Tidak Merendahkan Orang Lain

·       Memberikan yang Terbaik dari Diri

Petunjuk Hidup

·       Peduli

·       Penalaran

·       Bekerja sama

·       Keberanian

·       Keingintahuan

·       Usaha

·       Keluwesan/Fleksibilitas

·       Berorganisasi

·       Kesabaran

·       Keteguhan hati

·       Kehormatan

·       Memiliki Rasa Humor

·       Berinisiatif

·       Integritas

·       Pemecahan Masalah

·       Sumber pengetahuan

·       Tanggung jawab

·       Persahabatan

The Seven Essential Virtues (Building Moral Intelligence,...

·       Empati

·       Suara Hati

·       Kontrol Diri

·       Rasa Hormat

·       Kebaikan

·       Toleransi

·       Keadilan

The Virtues Project (Proyek Nilai-nilai Kebajikan)

Mungkin pada awalnya motivasi Anda mengikuti Program Guru Penggerak ini karena ingin mendapatkan suatu penghargaan tertentu. Namun seiring Anda mengikuti program ini dan kemudian menikmatinya, mungkinkah motivasi Anda berubah menjadi sebuah keinginan untuk menjadi guru dengan nilai-nilai yang Anda yakini? Bila itu terjadi, apa dampaknya untuk diri Anda? Apa yang Anda dapatkan, mengapa hal itu penting untuk Anda?

Saya mengalami hal serupa dalam Program Guru Penggerak, awalnya tertarik oleh penghargaan, tetapi kemudian berubah menjadi keinginan untuk menerapkan nilai-nilai yang saya yakini. Dampaknya signifikan, meningkatkan motivasi, kepuasan pribadi, dan rasa terhubung dengan tujuan dan nilai-nilai pribadi. Saya merasa bangga bisa berkontribusi pada perkembangan karakter siswa dan merasa ini sebagai panggilan hidup saya.

Sebagai seorang pendidik, saat Anda perlu hadir di suatu pelatihan, motivasi apakah yang mendasari tindakan Anda?

·       Apakah Anda hadir karena tidak ingin ditegur oleh pihak panitia atau pengawas Anda, dan mendapatkan surat teguran (menghindari ketidaknyamanan dan hukuman), atau

·       Anda ingin dilihat dan dipuji oleh lingkungan Anda, atau mendapat penghargaan sebagai kepala sekolah berprestasi? (mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain), atau

·       Anda ingin menjadi pemelajar sepanjang hayat, menjadi orang yang berusaha dan bertanggung jawab serta menghargai diri Anda sendiri sebagai teladan bagi murid-murid Anda, guru-guru Anda, serta lingkungan Anda karena Anda percaya, tindakan Anda sebagai pemimpin pembelajaran akan jadi panutan oleh lingkungan Anda (menghargai nilai-nilai kebajikan diri sendiri).

Manakah motivasi yang paling kuat mendasari tindakan Anda, atau adakah suatu proses perubahan motivasi antara dua motivasi?

Sebagai seorang pendidik, motivasi saya dalam hadir di suatu pelatihan dapat bervariasi tergantung pada konteks dan keadaan spesifik. Namun, pada umumnya, motivasi yang paling kuat mendasari tindakan saya adalah keinginan untuk menjadi pemelajar sepanjang hayat dan menjadi teladan bagi murid-murid saya, rekan guru, serta lingkungan saya. Meskipun dalam beberapa situasi mungkin ada pengaruh, seperti menghindari teguran atau mendapatkan penghargaan dari orang lain, namun motivasi untuk menjadi pemelajar yang bertanggung jawab dan teladan yang menghargai nilai-nilai kebajikan diri saya sendiri memiliki dampak yang lebih signifikan.

Bila di sekolah Anda tidak ada aturan yang memberikan surat teguran bagi karyawan yang sering datang terlambat, atau tidak ada atasan yang memberikan Anda penghargaan menjadi karyawan terbaik, karena sering tepat waktu, apakah Anda akan tetap datang tepat waktu untuk mengajar murid-murid Anda? Jelaskan alasan Anda.

Ya, saya akan tetap datang tepat waktu untuk mengajar murid-murid saya, meskipun tidak ada aturan yang memberikan surat teguran atau penghargaan karyawan terbaik. Alasan utama saya adalah komitmen saya terhadap tugas dan tanggung jawab sebagai seorang pendidik. Saya percaya bahwa datang tepat waktu adalah bagian dari profesionalisme dan integritas sebagai seorang guru.

Menurut Anda, dari ketiga jenis motivasi yang disebutkan pada pertanyaan sebelumnya, motivasi manakah yang saat ini paling banyak mendasari perilaku murid-murid Anda di sekolah? Jelaskan.

ke 3 motitivasi ada semua, mendasari perilaku murid-murid Anda di sekolah. menghindari hukuman atau mencari penghargaan dari orang lain, mungkin dapat memberikan dorongan sementara untuk berperilaku tertentu, tetapi seringkali tidak bertahan lama atau tidak memiliki dampak yang signifikan pada pembelajaran dan perkembangan pribadi. Dalam konteks kepemimpinan pendidikan, menjadi teladan yang menghargai nilai-nilai kebajikan diri sendiri dapat memberikan contoh yang kuat bagi murid-murid, rekan guru, dan lingkungan sekolah secara keseluruhan. Ini dapat menciptakan budaya sekolah yang positif, memotivasi siswa untuk meraih prestasi, dan membangun komunitas belajar yang berpusat pada nilai-nilai yang dihargai dan dipraktikkan bersama.

Strategi apa yang selama ini Anda terapkan untuk menanamkan disiplin positif pada murid-murid Anda, bagaimana hasilnya pada perilaku murid-murid Anda?

Mendirikan aturan dan ekspektasi yang jelas: Saya telah bekerja sama dengan murid-murid untuk menyusun aturan kelas bersama yang mencerminkan nilai-nilai kebajikan dan norma-norma perilaku yang diharapkan dalam lingkungan belajar. Memberikan penguatan positif: Saya secara konsisten memberikan pujian, penghargaan, dan pengakuan kepada murid-murid yang menunjukkan perilaku yang sesuai dengan aturan dan ekspektasi kelas. Membangun hubungan yang positif: Saya berusaha untuk membangun hubungan yang akrab dan saling percaya dengan setiap murid. Menyediakan pembelajaran yang relevan dan menarik: Saya merancang pembelajaran yang menarik dan bermakna, yang sesuai dengan minat dan kebutuhan individual murid Hasil dari penerapan strategi-strategi ini telah menghasilkan perubahan yang positif dalam perilaku murid-murid saya. Mereka lebih sadar akan aturan dan ekspektasi kelas, lebih termotivasi untuk berpartisipasi dalam pembelajaran, dan lebih mampu menyelesaikan konflik secara damai.

Nilai-nilai kebajikan apa yang Anda rasakan penting saat ini untuk ditanamkan pada murid-murid Anda di kelas/sekolah Anda? Mengapa?

Empati: Kemampuan untuk memahami dan merasakan perasaan orang lain merupakan kunci untuk membangun hubungan yang baik, memecahkan konflik, dan menciptakan lingkungan yang inklusif. Tanggung jawab: Memiliki kesadaran atas tugas dan kewajiban yang dimiliki dalam lingkungan sekolah dan masyarakat adalah landasan dari kemandirian dan integritas. Keterbukaan dan keberagaman: Memahami dan menghargai perbedaan antara individu, termasuk perbedaan budaya, agama, dan latar belakang, penting dalam menciptakan lingkungan yang inklusif dan hormat. Ketulusan: Nilai ketulusan atau kejujuran adalah fondasi dari integritas dan kepercayaan Keberanian: Dalam menghadapi tantangan dan perubahan, memiliki keberanian untuk mengambil risiko dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini merupakan kunci untuk pertumbuhan pribadi dan kemajuan. Nilai-nilai kebajikan ini penting karena mereka membantu membentuk karakter, moral, dan etika murid-murid. 

0 komentar:

Posting Komentar