Memenuhi
Kebutuhan Belajar Murid melalui Pembelajaran Berdiferensiasi
Tujuan
Pembelajaran Khusus:
CGP dapat
menunjukkan pemahaman tentang diferensiasi konten, proses, dan produk.
CGP dapat
menyimpulkan apa yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferensiasi dengan
menggunakan Diagram Frayer
“Serupa seperti
para pengukir yang memiliki pengetahuan mendalam tentang keadaan kayu,
jenis-jenisnya, keindahan ukiran, dan cara-cara mengukirnya. Seperti itulah
seorang guru seharusnya memiliki pengetahuan mendalam tentang seni mendidik,
Bedanya, Guru mengukir manusia yang memiliki hidup lahir dan batin.”
(Ki Hajar
Dewantara)
Sebelum Anda memulai pembelajaran di sesi ini, silakan lihat pertanyaan-pertanyaan berikut ini dan cobalah untuk menjawab beberapa dari pertanyaan tersebut, namun tidak perlu ditulis.
- Bagaimana saya dapat mengelola kelas untuk memenuhi kebutuhan murid secara individu?
- Apa yang saya ketahui tentang latar belakang murid saya, pembelajaran sebelumnya, dan perkembangan keterampilan mereka?
- Apa yang saya ketahui tentang minat murid saya (di sekolah dan di luar), motivator, dan tujuan mereka?
- Apa yang saya ketahui tentang profil belajar murid saya? Apa gaya belajar yang disukai oleh mereka?
- Bagaimana saya bisa menggunakan informasi tentang minat, kesiapan dan profil belajar murid saya untuk membantu saya merancang dan melaksanakan pembelajaran secara efektif?
Pengertian
Pembelajaran Berdiferensiasi
Setiap harinya, tanpa disadari, guru dihadapkan oleh keberagaman yang banyak sekali bentuknya. Mereka secara terus menerus menghadapi tantangan yang beragam dan kerap kali harus melakukan dan memutuskan banyak hal dalam satu waktu. Keterampilan ini banyak yang tidak disadari oleh para guru, karena begitu naturalnya hal ini terjadi di kelas dan betapa terbiasanya guru menghadapi tantangan ini. Berbagai usaha mereka lakukan yang tentu saja tujuannya adalah untuk memastikan setiap murid di kelas mereka sukses dalam proses pembelajarannya.
Ibu Renjana
adalah guru kelas 3 SD dengan jumlah murid sebanyak 32 murid. Di antara 32
murid di kelasnya tersebut, Bu Renjana memperhatikan bahwa 3 murid selalu
selesai lebih dahulu saat diberikan tugas menyelesaikan soal-soal perkalian.
Karena dia tidak ingin ketiga anak ini tidak ada pekerjaan dan malah mengganggu
murid lainnya, akhirnya ia berinisiatif untuk menyiapkan lembar kerja tambahan
untuk 3 anak tersebut. Jadi jika anak-anak lain mengerjakan 15 soal perkalian,
maka untuk 3 anak tersebut, Bu Renjana menyiapkan 25 soal perkalian.
1. Menurut Anda, apakah strategi yang
dilakukan oleh Ibu Renjana tepat? jika ya, mengapa? jika tidak mengapa?
Jawab: Menurut
saya strategi yang dilakukan oleh ibu Renjana sangat baik dan saya setuju
dengan strategi yang diambil oleh bu Renjana, karena bu Renjana sudah melakukan
pembelajaran berdiferensiasi, sesuai dengan kemampuan murid-muridnya. Bu
Renjana sudah paham dengan karateristik murid-murid, sehingga menyiapkan
strategi yang akan membuat anak tersebut makin terlatih dan ahli karena sesuai
dengan minat dan bakatnya.
2. Jika anda
adalah ibu Renjana, apakah yang akan anda lakukan? Jelaskan mengapa anda
melakukan hal tersebut?
Jawab : Jika
saya menjadi bu Renjana saya juga akan memberikan latihan yang lebih banyak
(materi pengayaan) untuk anak yang mempunyai kelebihan rata- rata tersebut dan
bila memungkinkan saya akan memberikan tugas ke 3 anak tersebut untuk menjadi
tutor sebaya, membantu temen-temennya yang masih tidak mengerti tentang materi
perkalian, sehingga bisa meringankan tugas kita sebagai guru, dan biasanya
dengan tutor sebaya, materi dapat tersampaikan dengan baik, karena kadang murid
lebih berani bertanya ke teman daripada ke guru. Alasan saya adalah saya
memberikan perlakuan pembel;ajaran khusus sesuai dengan minat dan bakat murid,
tidak menyamakan semua murid karena mereka mempunyai keunikan masing-masing.
Miskonsepsi
tentang Pembelajaran Berdiferensiasi
Menurut
Tomlinson (2001: 45), Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk
menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar
individu setiap murid. Namun demikian, pembelajaran berdiferensiasi bukanlah
berarti bahwa guru harus mengajar dengan 32 cara yang berbeda untuk mengajar 32
orang murid. Bukan pula berarti bahwa guru harus memperbanyak jumlah soal untuk
murid yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain. Pembelajaran
berdiferensiasi juga bukan berarti guru harus mengelompokkan yang pintar dengan
yang pintar dan yang kurang dengan yang kurang. Bukan pula memberikan tugas
yang berbeda untuk setiap anak. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah
proses pembelajaran yang semrawut (chaotic), yang gurunya kemudian harus
membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus, di mana guru harus berlari
ke sana kemari untuk membantu si A, si B atau si C dalam waktu yang bersamaan.
Bukan. Guru tentunya bukanlah malaikat bersayap atau Superman yang bisa ke sana
kemari untuk berada di tempat yang berbeda-beda dalam satu waktu dan memecahkan
semua permasalahan.
Pengertian
Pembelajaran Berdiferensiasi
Pembelajaran
berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang
dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan
yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:
- Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas
- Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya
- Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar
- Manajemen kelas yang efektif.
- Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.
Pembelajaran
berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan
bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut. Dengan demikian, Ibu
Renjana perlu melakukan identifikasi kebutuhan belajar dengan lebih
komprehensif, agar dapat merespon dengan lebih tepat terhadap kebutuhan belajar
murid-muridnya, termasuk ketiga murid tersebut.
Mengidentifikasi
atau Memetakan Kebutuhan Belajar Murid
Ketiga aspek
tersebut adalah:
- Kesiapan belajar (readiness) murid
- Minat murid
- Profil belajar murid
Sebagai guru, kita semua tentu tahu bahwa murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Lalu jika tugas-tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar).
1. KESIAPAN
BELAJAR (READINESS)
Kita bisa
menggunaka analisis diagnostik untuk memetakan kebutuhan belajar berdasarkan
kesiapan belajar.
Kesiapan belajar
(readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang
mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona
nyaman mereka, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang
memadai, mereka tetap dapat menguasai materi baru tersebut.
Ada banyak cara
untuk membedakan kesiapan belajar. Tomlinson (2001: 46) mengatakan bahwa
merancang pembelajaran berdiferensiasi mirip dengan menggunakan tombol
equalizer pada stereo atau pemutar CD.
6 dari beberapa
contoh perspektif kontinum tersebut, dengan mengadaptasi alat yang disebut
Equalizer yang diperkenalkan oleh Tomlinson (Tomlinson, 2001)
1. Bersifat
mendasar- bersifat transformatif
2. Konkret -
abstrak
3. Sederhana -
komplek
4. Terstruktur -
open ended
5. Tergantung
(dependent) - Mandiri (independt)
6. Lambat - cepat
Perlu diingat
bahwa kesiapan belajar murid bukanlah tentang tingkat intelektualitas (IQ). Hal
ini lebih kepada informasi tentang apakah pengetahuan atau keterampilan yang
dimiliki murid saat ini, sesuai dengan keterampilan atau pengetahuan baru yang
akan diajarkan. Adapun tujuan melakukan
identifikasi atau pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan tingkat kesiapan
belajar adalah untuk memodifikasi tingkat kesulitan pada bahan pembelajaran,
sehingga dipastikan murid terpenuhi kebutuhan belajarnya (Joseph, Thomas,
Simonette & Ramsook, 2013: 29).
2. MINAT
MURID
Minat merupakan
suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi
atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri.
Tomlinson (2001:
53), mengatakan bahwa tujuan melakukan pembelajaran yang berbasis minat,
diantaranya adalah sebagai berikut:
- Membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan kecintaan mereka sendiri untuk belajar;
- Mendemonstrasikan keterhubungan antar semua pembelajaran;
- Menggunakan keterampilan atau ide yang dikenal murid sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang dikenal atau baru bagi mereka, dan;
- Meningkatkan motivasi murid untuk belajar.
Minat sebenarnya
dapat kita lihat dalam 2 perspektif. Yang pertama sebagai minat
situasional. Yang kedua, minat juga
dapat dilihat sebagai sebuah kecenderungan individu untuk terlibat dalam jangka
waktu lama dengan objek atau topik tertentu. Minat ini disebut juga dengan
minat individu
Beberapa cara
yang dapat dilakukan oleh guru untuk menarik minat murid diantaranya adalah
dengan:
- Menciptakan situasi pembelajaran yang menarik perhatian murid (misalnya dengan humor, menciptakan kejutan-kejutan, dsb),
- Menciptakan konteks pembelajaran yang dikaitkan dengan minat individu murid,
- Mengkomunikasikan nilai manfaat dari apa yang dipelajari murid,
- Menciptakan kesempatan-kesempatan belajar di mana murid dapat memecahkan persoalan (problem-based learning).
3. PROFIL BELAJAR MURID
Profil Belajar
mengacu pada cara-cara bagaimana kita sebagai individu paling baik belajar.
Tujuan dari mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar murid berdasarkan
profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar
secara natural dan efisien.
Profil belajar
murid terkait dengan banyak faktor. Berikut ini adalah beberapa diantaranya:
- Preferensi terhadap lingkungan belajar, misalnya terkait dengan suhu ruangan, tingkat kebisingan, jumlah cahaya, apakah lingkungan belajarnya terstruktur/tidak terstruktur, dsb. Contohnya: mungkin ada anak yang tidak dapat belajar di ruangan yang terlalu dingin, terlalu bising, terlalu terang, dsb.
- Pengaruh Budaya: santai - terstruktur, pendiam - ekspresif, personal - impersonal.
- Preferensi gaya belajar.
Gaya belajar
adalah bagaimana murid memilih, memperoleh, memproses, dan mengingat informasi
baru. Secara umum gaya belajar ada tiga,
yaitu:
- visual: belajar dengan melihat (misalnya melalui materi yang berupa gambar, menampilkan diagram, power point, catatan, peta, graphic organizer );
- auditori: belajar dengan mendengar (misalnya mendengarkan penjelasan guru, membaca dengan keras, mendengarkan pendapat saat berdiskusi, mendengarkan musik);
- kinestetik: belajar sambil melakukan (misalnya bergerak dan meregangkan tubuh, kegiatan hands on, dsb). Mengingat bahwa murid-murid kita memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, maka penting bagi guru untuk berusaha untuk menggunakan kombinasi gaya mengajar.
- Preferensi berdasarkan kecerdasan majemuk (multiple intelligences): visual-spasial, musical, bodily-kinestetik, interpersonal, intrapersonal, verbal-linguistik, naturalis, logic-matematika.
Contoh cara-cara
yang dapat dilakukan guru untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar murid
mengamati
perilaku murid-murid mereka;
mengidentifikasi
pengetahuan awal yang dimiliki oleh murid terkait dengan topik yang akan dipelajari;
melakukan
penilaian untuk menentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka saat
ini, dan kemudian mencatat kebutuhan yang diungkapkan oleh informasi yang
diperoleh dari proses penilaian tersebut;
- Mendiskusikan kebutuhan murid dengan orang tua atau wali murid;
- Mengamati murid ketika mereka sedang menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas;
- Bertanya atau mendiskusikan permasalahan dengan murid;
- Membaca rapor murid dari kelas mereka sebelumnya untuk melihat komentar dari guru-guru sebelumnya atau melihat pencapaian murid sebelumnya;
- Berbicara dengan guru murid sebelumnya;
- Membandingkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan tingkat pengetahuan atau keterampilan yang ditunjukkan oleh murid saat ini;
- Menggunakan berbagai penilaian penilaian diagnostik untuk memastikan bahwa murid telah berada dalam level yang sesuai;
- Melakukan survey untuk mengetahui kebutuhan belajar murid;
- Mereview dan melakukan refleksi terhadap praktik pengajaran mereka sendiri untuk mengetahui efektivitas pembelajaran mereka; dll.
Refleksi
Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Kita perlu mengindentifikasi kebutuhan belajar murid supaya kita dapat membuat perencanaan pembelajaran berdiferenmsiasi yang tepat sehingga membuat murid merasa bahagia dan memiliki motivasi tinggi untuk belajar, karena sesuai dengan minat dan bakatnya. Sebagai guru, kita semua tentu tahu bahwa murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Lalu jika tugas-tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar).
0 komentar:
Posting Komentar