2024-07-31

2.3.a.6. Demonstrasi Kontekstual - Modul 2.3

 


Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP dapat melakukan praktik coaching dengan CGP lain untuk membantu mengembangkan area kompetensi coaching pada konteks pembelajaran atau keseharian CGP

Ibu/Bapak calon guru penggerak,

Saat ini Anda sudah pada langkah demonstrasi kontekstual, yaitu saatnya Anda berlatih mempraktikkan percakapan coaching secara triad (3 orang) yang terdiri dari 3 (tiga) siklus. Praktik percakapan ini menggunakan alur supervisi akademik untuk pengembangan kompetensi coaching. Tujuan dari praktik ini adalah untuk melihat, bagaimana seorang CGP bisa mengembangkan kompetensi coachingnya ketika menjadi coach. Simak gambar-gambar berikut beserta penjelasannya untuk membantu Anda memahami langkah-langkah yang perlu dilakukan.

Tahap 1

  1. Supervisor (CGP A) melakukan percakapan pra supervisi, melakukan supervisi, dan pasca-supervisi kepada supevisee/coach (CGP B).
  2. Supervisor (CGP A) akan melakukan percakapan pra supervisi mengenai kompetensi inti coaching (presence, mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot) kepada coach dengan menggunakan Tabel 5. Rubrik Penilaian Sesi Ruang Kolaborasi sebagai acuan. Contoh pertanyaan yang dapat diajukan pada tahap ini adalah sebagai berikut.
    • Bapak/Ibu ingin saya membantu mengembangkan kompetensi yang mana?
    • Bagian mana yang nanti Bapak/Ibu inginkan untuk saya amati?
    • Bagaimana penilaian Bapak/Ibu sendiri terhadap apa yang akan kita kembangkan ini?
    • Apa harapan dari observasi yang akan kita lakukan bersama ini?
  3. Supervisor (CGP A) melakukan observasi terhadap proses percakapan coaching yang dilakukan antara supervisee/coach (CGP B) dan coachee (CGP C), serta mencatat hal-hal yang diamati.

Tahap 2

  1. Coach (CGP B) melakukan percakapan coaching kepada coachee (CGP C).
  2. Dalam melakukan percakapan coaching, Coach (CGP B) dapat menjadikan TIRTA, RASA, dan kompetensi coaching sebagai acuan, sementara coachee (CGP C) dapat menyampaikan topik terkait target pribadi.

Tahap 3

  1. Supervisor (CGP A) melakukan percakapan pasca-supervisi dengan memberikan umpan balik berbasis coaching kepada supevisee/coach (CGP B) berupa pertanyaan-pertanyaan mengenai pengembangan kompetensi coaching berdasarkan data sesuai hasil pengamatan. Supervisor dapat mengajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut.
    • “Bagaimana Bapak/Ibu menilai sendiri performa dalam kompetensi tadi?” 
    • “Apa yang membuat Bapak/Ibu menilai demikian?” 
    • ”Boleh saya menyampaikan hasil pengamatan saya?”
    • “Saya mengamati tadi pada saat….. Bapak/Ibu melakukan…. Itu sudah sesuai dari/lebih tinggi dari standar yang kita rujuk.”
    • “Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mendengar ini?”
    • Lanjutkan dengan pengamatan yang belum sesuai. Katakan, “Namun demikian, saya juga melihat hal-hal yang masih bisa dikembangkan. Misalnya tadi saat... saya mengamati Bapak/Ibu melakukan …………., yang sebetulnya kalau merujuk ke standar seharusnya…. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu?”
    • Ajak membicarakan rencana tindakan untuk selanjutnya. 
    • Tanyakan lebih lanjut, ”Dari diskusi kita ini, apa yang sudah terbayang akan Bapak/Ibu lakukan untuk meningkatkan lagi performa di area ini?” (Bisa dilanjutkan dengan kapan, di mana, siapa yang bisa bantu)
    • Lalu sampaikan bagaimana hasil pengamatan tersebut dicatatkan ke dalam form Supervisi Akademik
    • Sebagai penutup, minta supervisee menyatakan apa yang ia dapat dari proses ini.
  2. Setelah siklus 1 praktik supervisi akademik selesai, CGP berganti peran dan melakukan rangkaian praktik supervisi akademik mengikuti ketiga tahap tsb untuk siklus kedua sampai siklus ketiga. Pergantian peran masing-masing CGP dapat digambarkan sebagai berikut.
  3. Rangkaian percakapan coaching ini direkam. Rekaman yang akan diunggah adalah rekaman saat CGP berperan sebagai Supervisor/pengamat karena CGP akan dinilai saat berperan sebagai Supervisor. 
  4. Fasilitator akan menilai rekaman dengan menggunakan “Rubrik Penilaian Sesi Demonstrasi Kontekstual.” Fasilitator menilai CGP yang berperan sebagai Supervisor.



2.3.a.5.1. Ruang Kolaborasi Modul 2.3

 


Tujuan Pembelajaran KhususCGP dapat mempraktikkan alur percakapan coaching TIRTA dan melakukan refleksi terhadap praktik percakapan coaching yang telah dilakukan dengan sesama rekan CGP

Ibu/Bapak calon guru penggerak,

Setelah Anda berlatih dengan rekan Anda, sekarang saatnya untuk mempraktikkan percakapan coaching dan memberikan refleksi mengenai praktik percakapan coaching yang telah dilakukan di dalam kelompok bersama fasilitator. Pastikan Anda sudah berlatih dengan baik. Praktik percakapan coaching ini akan diamati oleh sesama CGP lainnya dan fasilitator. Harapannya, setelah masing-masing pasangan CGP mempraktikkan percakapan coaching dan memberikan refleksinya masing-masing, CGP lain dan fasilitator dapat memberikan umpan balik berdasarkan data dan refleksi mengenai praktik CGP tersebut. Praktik ini juga akan dinilai oleh fasilitator dengan menggunakan rubrik penilaian.

Jadwal Rukol Sesi 1

Hari, tanggal : Senin, 15 Juli 2024

Waktu           : Pukul 12.15 - 15.15 WIB


Jadwal Rukol Sesi 2 

Hari, tanggal  : Selasa, 16 Juli 2024

Waktu            : Pukul 15.00 - 16.30 WIB


Hasil dari kegiatan 
Rukol Sesi 2 (praktek)




2.3.a.4.1.Eksplorasi Konsep Modul 2.3

 


Salam dan Bahagia bapak dan ibu guru hebat seluruh Indonesia. Kali ini Eksplorasi Konsep Modul 2.3-2.1 mengajak kita untuk mendalami Konsep Coaching secara Umum dan Konsep Coaching dalam Konteks Pendidikan. Artikel ini merupakan catatan tugas saya yang di Upload pada LMS PGP.

Tujuan Pembelajaran Khusus:

CGP dapat menjelaskan konsep coaching secara umum.

CGP dapat membedakan coaching dengan pengembangan diri lainnya, yaitu mentoring, konseling, fasilitasi dan training

·       CGP dapat menjelaskan konsep coaching dalam konteks pendidikan sebagai pendekatan pengembangan kompetensi diri dan orang lain (rekan sejawat)

1. Pengantar

Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). Sedangkan Whitmore (2003) mendefinisikan coaching sebagai kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya. Sejalan dengan pendapat para ahli tersebut, International Coach Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai"...bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.

 

2. Supervisi Akademik

Supervisi akademik adalah proses sistematis untuk membantu guru mengembangkan kemampuannya dalam mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Supervisi akademik dapat dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas sekolah, atau tenaga ahli pendidikan lainnya. supervisi akademik juga bertujuan untuk pengembangan kompetensi diri dalam setiap pendidik di sekolah. sebagaimana tertuang dalam standar tenaga kependidikan pada Standar Nasional Pendidikan pasal 20 ayat 2: Kriteria minimal kompetensi pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Rangkaian supervisi akademik ini digunakan kepala sekolah untuk mendorong ruang perbaikan dan pengembangan diri guru di sekolahnya. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah Coaching.

 

3. 2.1.1 Konsep Coaching secara Umum

  • Elemen penting adalah: * Kolaboratif: Coaching adalah proses yang dilakukan secara kolaboratif antara coach dan coachee. Coach tidak memberikan instruksi atau solusi, melainkan membantu coachee untuk menemukan solusinya sendiri. * Berpusat pada coachee: Coaching berfokus pada coachee dan kebutuhannya. * Berfokus pada masa depan: Coaching berfokus pada masa depan dan bagaimana coachee dapat mencapai tujuannya. 
  • Ya, saya pernah melakukannya yaitu pada siswa pada saat pembelajaran, saya memberikan kesempatan kepada murid untuk bertanya dan berdiskusi. Pada rekan sejawat misalnya saat perencanaan dan pengisian nilai dierapor atau saat penginputan soal di LMS

 

4. Dari beberapa definisi yang telah disebutkan, untuk menyelami perbedaan peran coaching dengan metode-metode pengembangan diri tersebut, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

Setelah membaca definisi-definisi mengenai mentoring, konseling, fasilitasi dan training, tuliskan yang Anda ketahui mengenai mentoring, coaching, konseling, training dan fasilitasi.

Dalam berinteraksi di sekolah, ceritakan pengalaman Anda ketika berperan sebagai coach, mentor, konselor, fasilitator, dan trainer.

 

Jawaban:

Metode Pengembangan Diri

Mentoring adalah proses pendampingan yang dilakukan oleh seorang mentor kepada seorang mentee. Mentor adalah seseorang yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang lebih luas dari mentee Coaching adalah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). Konseling adalah Gibson dan Mitchell (2003) menyatakan bahwa konseling adalah hubungan bantuan antara konselor dan klien yang difokuskan pada pertumbuhan pribadi dan penyesuaian diri serta pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Training adalah proses pemberian pelatihan kepada seseorang atau sekelompok orang Fasilitasi adalah proses membantu sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama. 2. Saya sudah berperan sebagai coach, mentor, konselor, fasilitator dan trainer baik kepada

 

5. Tabel Perbedaan antara Coaching, Mentoring, Konseling, Fasilitasi dan Training

Coaching tujuannya menuntun coachee untuk menemukan ide baru/cara untuk mengatasi tantangan. Hubungannya membangun kemitraan yang setara. Tujuan Mentoring adalah membagikan mengetahuan keterampilan dan pengalamannya un mengembangkan untuk membantu mentee mengembangkan dirinya. Hubungannya antara orang yang berpengalaman dengan yang belum berpengalaman. Tujuan Konseling Fokus pada pembenahan masa lalu, hubungannya antara seorang konselor dengan orang yang membutuhkan terapi psikologis. Fasilitasi tujuannya membantu suatu kelompok dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah dan membuat keputusan untuk meningkatkan efektifitas kelompoknya. Hubungannya sesorang yang berada diluar kelompok membantu mengidentifikasi kelompok tersebut. Training tujuannya mengembangkan pengetahuan dan keterampilan trainee, hubungannya antara seorang ahli dan kelompok ditingkatkan pengetahuan dan keterampilannya.

 

6. 2.1.2 Coaching dalam Konteks Pendidikan

Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan itu 'menuntun' tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. Oleh sebab itu keterampilan coaching perlu dimiliki para pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Proses coaching sebagai komunikasi pembelajaran antara guru dan murid, murid diberikan ruang kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya dan peran pendidik sebagai 'pamong' dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya.

 

7. Paradigma berpikir Among

Proses coaching juga merupakan proses untuk mengaktivasi kerja otak coach dan coachee. Pertanyaan-pertanyaan reflektif dalam dapat membuat coachee melakukan metakognisi, juga mendorong coachee berpikir secara kritis dan mendalam yang bermuara pada coachee dapat menemukan kekuatan diri dan potensinya untuk terus dikembangkan secara berkesinambungan atau menjadi seorang pembelajar sepanjang hayat. Pengembangan kekuatan dan potensi diri inilah yang menjadi tugas seorang coach (pendidik/pamong). Apakah pengembangan diri seorang coachee cepat, perlahan-lahan atau bahkan berhenti adalah tanggung jawab seorang coachee. Pengembangan diri baik seorang coach atau coachee dapat dimaksimalkan dengan proses coaching. Proses coaching yang berhasil akan menghasilkan kekuatan bagi coach dan coachee untuk mengembangkan diri secara berkesinambungan.


8. Materi 2.1

Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya. Sejalan dengan pendapat para ahli tersebut, International Coach Federation mendefinisikan coaching sebagai"...bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.

 

9. Penutup

Coaching merupakan proses kolaborasi yang efektif yang mengutamakan solusi dalam supervisi akademik yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan dan perkembangan guru agar pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan berpusat pada peserta didik.

 

Semoga bermanfaat 

Salam guru penggerak: tergerak,bergerak dan menggerakkan

 

2024-07-24

Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.3

 


Pada minggu ini (jurnal refleksi dwi mingguan), saya mengikuti kegiatan calon guru penggerak yang membahas modul 2.3 dengan topik " Coaching Untuk Supervisi Akademik". Saya merasa bahwa banyak hal baik yang saya alami dalam proses tersebut. Saya juga dapat berdiskusi dengan rekan-rekan sejawat dan bertukar pengalaman dalam menerapkan nilai dan peran guru penggerak.

Dalam menulis jurnal refleksi ini saya menggunakan model 1 yaitu model 4F (Fact, Feeling, Findings, dan Future, yang diprakarsai oleh Dr. Roger Greenaway. 4F dapat diterjemahkan menjadi 4P yakni : Peristiwa; Perasaan; Pembelajaran; dan Penerapan.

 

  1. Fact (Peristiwa)

Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada  solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya.

Sejalan dengan pendapat para ahli tersebut, International Coach Federation mendefinisikan coaching sebagai”bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.” Berbagai tugas dalam Sub Pembelajaran memberikan pengalaman yang berharga bagi saya dalam memahami coaching.  Tugas Ruang Kolaborasi yang terdiri dari latihan dan praktik coaching memberikan pengalaman yang menarik bagi saya dalam melakukan coaching. Memberikan pengalaman kepada saya bagaimana berperan sebagai coach dan juga bagaimana saya berperan sebagai coachee.

Untuk menambah pemahaman kami dalam mendalami modul tentang pembelajaran coaching untuk supervisi akademik, kami juga melakukan tatap maya dengan fasilitator dalam ruang kolaborasi yang terbagi atas 2 sesi, yaitu sesi latihan dan sesi praktek. Pada hari senin tanggal 15 Juli 2024, Bapak Bapak AKHID AHDIANNUR selaku fasilitator kami memberikan pemantapan tentang modul serta melakukan latihan,  saya akan bekerjasama dengan dua CGP lainnya (karena ganjil kelompok saya ada 3 org CGP) untuk berlatih percakapan coaching dengan alur TIRTA. Pada hari berikutnya, 16 Juli 2024 kami mempraktikkan percakapan coaching dan memberikan refleksi mengenai praktik percakapan coaching yang telah dilakukan di dalam kelompok bersama fasilitator (kegiatan ini direkam) dan rekaman tersebut di kirim ke LMS.

      2. Perasaan (Feeling)

Selama mempelajari modul 2.3 tentang Coaching Untuk Supervisi Akademik yang kami lakukan selama dua minggu ini. Saya merasa senang, lega dan termotivasi untuk melakukan coaching ini untuk perencanaan, untuk mencari solusi dalam berbagai permasalahan yang saya hadapi mauapun yang dihadapai rekan sejawat di sekolah,  untuk berefleksi, dan untuk kalibrasi.

 

  1. Pembelajaran (Findings)

Dari modul 2.3 tentang Coaching Untuk Supervisi Akademik banyak pelajaran yang saya dapatkan dari materi di Modul 2.3 ini. Supervisi akademik dilakukan untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada murid dan untuk pengembangan kompetensi diri dalam setiap pendidik di sekolah. Dalam relasi guru dengan guru, seorang coach dapat membantu seorang coachee untuk menemukan kekuatan  dirinya dalam pembelajaran. Pendekatan komunikasi dengan proses coaching merupakan sebuah dialog antara seorang coach dan coachee yang terjadi secara emansipatif dalam sebuah ruang perjumpaan yang penuh kasih dan persaudaraan.

Paradigma berpikir coaching  terdiri dari fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan, bersikap terbuka dan ingin tahu, memiliki kesadaran diri yang kuat, mampu melihat peluang baru dan masa depan. Prinsip coaching yaitu “kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi”. Kompetensi Inti Coaching meliputi kehadiran penuh/Presence, mendengarkan aktif, mengajukan pertanyaan berbobot. Percakapan Berbasis Coaching dengan Alur TIRTA : Percakapan untuk perencanaan, Percakapan untuk pemecahan masalah, Percakapan untuk berefleksi, Percakapan untuk kalibrasi.

Umpan Balik berbasis Coaching terdiri dari Umpan Balik dengan Pertanyaan Reflektif, Umpan Balik menggunakan data yang valid.

Supervisi akademik merupakan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk memberikan dampak secara langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran mereka di kelas. Dalam pelaksanaannya ada dua paradigma utama yang menjadi landasan kita   menjalankan proses supervisi akademik yang memberdayakan, yakni paradigma  pengembangan kompetensi yang berkelanjutan dan optimalisasi potensi setiap individu.

 

  1. Penerapan (Future)

Dari pendalaman materi Coaching Untuk Supervisi Akademik pada modul 2.3. Saya bertekad untuk mempraktikkan tiga kompetensi inti coaching, presence, mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot dalam percakapan coaching. Membuat rencana, melakukan refleksi, memecahkan masalah, dan melakukan kalibrasi. Memberikan umpan balik dengan paradigma berpikir dan prinsip coaching. Mempraktikkan rangkaian supervisi akademik yang berdasarkan  paradigma berpikir coaching. Selalu berusaha mingkatkan kemampuan diri dalam melakukan coaching dengan berlatih dan sering malakukan praktik coaching dengan rekan sejawat dan murid.

2024-07-20

2.3.a.8. Koneksi Antarmateri - Modul 2.3

Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak,

Pada fase ini Anda diajak untuk meninjau ulang keseluruhan materi pembelajaran  di Paket Modul 2: Pembelajaran yang berpihak pada murid dan membuat sebuah koneksi  antar materi belajar yang sudah Anda lakukan. berikut adalah instruksinya:

    Instruksi Penugasan
      1. Buatlah sebuah kesimpulan dan refleksi yang disajikan dalam bentuk media  informasi. Format media dapat disesuaikan dengan minat dan kreativitas  Anda. Contoh media yang dapat dibuat: artikel, ilustrasi, grafik, video, rekaman  audio,  screencast presentasi, artikel dalam blog, dan lainnya.
      2. Bacalah pertanyaan-pertanyaan ini untuk membantu Anda membuat kaitan tersebut:
        • Bagaimana peran Anda sebagai seorang coach di sekolah dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya di paket modul 2 yaitu pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosi?
        • Bagaimana keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin  pembelajaran?
      3. Unggahlah tautan media informasi pada laman LMS.

       

      Kaitan Peran sebagai Coach di Sekolah dengan Pembelajaran Berdiferensiasi dan Pembelajaran Sosial Emosional

      Peran Sebagai Coach di Sekolah

      Sebagai seorang coach di sekolah, saya berfokus pada pembimbingan siswa dalam mengembangkan keterampilan sosial dan emosional mereka, selain mendukung mereka dalam mencapai potensi akademis maksimal. Coaching tidak hanya berpusat pada aspek akademis, tetapi juga pada pengembangan karakter dan keterampilan interpersonal.

      Keterkaitan dengan Pembelajaran Berdiferensiasi

      Pembelajaran berdiferensiasi mengakui dan menghargai perbedaan individu dalam kemampuan, minat, dan gaya belajar. Dalam peran saya sebagai coach, saya menerapkan prinsip-prinsip ini melalui cara-cara berikut:

      • Personalisasi Coaching: Menyesuaikan pendekatan coaching berdasarkan kebutuhan masing-masing siswa, memastikan setiap siswa menerima bimbingan yang sesuai dengan potensi dan tantangan mereka.
      • Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan: Menggunakan asesmen dan observasi untuk memahami kekuatan dan kelemahan setiap siswa, lalu merancang intervensi yang sesuai untuk mendukung perkembangan mereka.
      • Pendekatan Fleksibel: Menggunakan berbagai teknik dan strategi untuk mengakomodasi beragam gaya belajar dan kebutuhan emosional siswa.

      Keterkaitan dengan Pembelajaran Sosial dan Emosi

      Pembelajaran Sosial dan Emosi adalah proses di mana siswa mengembangkan keterampilan untuk mengelola emosi, menetapkan tujuan positif, menunjukkan empati, membangun hubungan yang sehat, dan membuat keputusan yang bertanggung jawab. Sebagai coach, peran saya sangat terkait dengan PSE melalui:

      • Pengembangan Sosial dan Emosi: Membantu siswa mengembangkan keterampilan pengelolaan emosi, empati, dan komunikasi efektif melalui berbagai aktivitas dan refleksi.
      • Lingkungan Dukungan: Menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung di mana siswa merasa dihargai dan didengar, yang mendorong mereka untuk belajar dan berkembang secara emosional.
      • Model Perilaku Positif: Menjadi contoh perilaku sosial dan emosi yang positif, menunjukkan cara mengatasi konflik, berkomunikasi dengan baik, dan membangun hubungan yang sehat.

      Keterkaitan Keterampilan Coaching dengan Pengembangan Kompetensi sebagai Pemimpin Pembelajaran

      Keterampilan Coaching

      Keterampilan coaching mencakup kemampuan mendengarkan aktif, memberikan umpan balik konstruktif, dan mendukung pengembangan individu. Keterampilan ini sangat penting dalam konteks pendidikan karena membantu dalam:

      • Meningkatkan Keterlibatan Siswa: Melalui coaching, siswa merasa lebih terlibat dan termotivasi untuk belajar karena mereka menerima perhatian dan bimbingan yang lebih personal.
      • Membangun Kepercayaan Diri: Coaching membantu siswa membangun kepercayaan diri mereka dengan memberikan dukungan dan dorongan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan mereka.
      • Memecahkan Masalah: Membantu siswa mengembangkan keterampilan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang efektif.

      Pengembangan Kompetensi sebagai Pemimpin Pembelajaran

      Sebagai pemimpin pembelajaran, kemampuan coaching memperkuat kompetensi dalam beberapa cara:

      • Pembinaan Guru: Memberikan bimbingan dan dukungan kepada rekan-rekan guru untuk mengembangkan praktik pengajaran yang lebih efektif dan inovatif.
      • Pengelolaan Kelas yang Efektif: Menggunakan keterampilan coaching untuk menciptakan lingkungan kelas yang lebih inklusif dan suportif, di mana setiap siswa merasa dihargai dan didukung.
      • Kolaborasi Tim: Menggunakan pendekatan coaching untuk memfasilitasi kolaborasi yang lebih baik di antara anggota tim, baik sesama guru maupun dengan staf sekolah lainnya.
      • Pengambilan Keputusan yang Bijaksana: Membantu dalam membuat keputusan yang lebih bijaksana dan reflektif dengan melibatkan semua pihak dalam proses pengambilan keputusan, mendengarkan berbagai perspektif, dan mempertimbangkan kebutuhan individu.

      Dengan demikian, keterampilan coaching tidak hanya meningkatkan efektivitas dalam mengajar dan mendukung siswa tetapi juga memperkuat peran sebagai pemimpin pembelajaran yang mampu mempengaruhi dan meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan.

      2.2.a.9. Aksi Nyata - Modul 2.2


      Selamat Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak! 

      Akhirnya Anda telah tiba di sesi pembelajaran terakhir dari Modul Pembelajaran  Kompetensi Sosial dan Emosional. Aksi Nyata dalam modul ini mensyaratkan Anda untuk membagikan pemahaman tentang implementasi pembelajaran sosial emosional yang  telah Anda lakukan selama ini.  Silahkan lihat kembali proses implementasi yang sudah Anda lakukan. 

      Setelah Anda membagikan implementasi Anda kepada rekan sejawat atau komunitas Anda, refleksikan pengalaman tersebut dengan menggunakan  kerangka 4P (Peristiwa - Perasaan - Pembelajaran - Penerapan). Refleksi ini dapat diunggah ke situs portofolio digital Anda. 

      Berikut adalah pertanyaan panduan yang dapat Bapak/Ibu gunakan: 

      1. Apa yang  Bapak/Ibu lihat dalam proses tersebut?  (Peristiwa)
      2. Apa yang Bapak/Ibu rasakan sehubungan dengan proses yang Anda alami? (Perasaan)
      3. Apa  hal yang bermanfaat dari proses tersebut? (Pembelajaran)
      4. Apa umpan balik yang Anda dapatkan? (Pembelajaran)
      5. Apa yang ingin Anda perbaiki atau tingkatkan agar ini berdampak lebih luas? (Penerapan)

      Refleksi Implementasi Pembelajaran Sosial Emosional Menggunakan Kerangka 4P

      Peristiwa

      Dalam upaya mengimplementasikan pembelajaran sosial emosional, saya mulai dengan merancang kurikulum yang mencakup elemen-elemen penting seperti empati, pengelolaan emosi, dan keterampilan komunikasi. Untuk mengembangkan keterampilan ini, saya melibatkan siswa dalam berbagai kegiatan seperti diskusi kelompok, permainan peran, dan proyek kolaboratif.

      Selama proses pelaksanaan, saya menyaksikan peningkatan signifikan pada kemampuan siswa dalam mengenali dan mengelola emosi mereka, serta berinteraksi dengan lebih baik dengan teman-teman mereka. Siswa yang sebelumnya sering terlibat konflik mulai menunjukkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah dengan lebih tenang dan bijaksana.

      Perasaan

      Saya merasa sangat terinspirasi dan termotivasi oleh perubahan positif yang saya lihat pada siswa. Ada rasa bangga melihat mereka tumbuh menjadi individu yang lebih empati dan mampu mengendalikan emosi mereka dengan lebih baik. Meski terkadang merasa kewalahan dengan tantangan yang muncul, terutama dalam menjaga konsistensi dan motivasi siswa, secara keseluruhan, pengalaman ini sangat memuaskan.

      Pembelajaran

      Proses ini memberikan banyak pembelajaran berharga bagi saya. Salah satunya adalah pentingnya memberikan ruang bagi siswa untuk mengekspresikan diri dan mendengarkan satu sama lain. Saya belajar bahwa dengan menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung, siswa lebih terbuka untuk belajar dan mengembangkan keterampilan sosial dan emosional mereka.

      Umpan balik dari siswa dan rekan sejawat sangat bermanfaat. Siswa merasa lebih dipahami dan lebih siap menghadapi tantangan sosial di sekolah. Rekan sejawat juga memberikan masukan konstruktif mengenai metode yang digunakan dan bagaimana pendekatan tersebut dapat disempurnakan.

      Penerapan

      Untuk meningkatkan dampak dari implementasi ini, saya berencana untuk memperbaiki beberapa aspek, seperti:

      1. Konsistensi dalam Pelaksanaan: Meningkatkan frekuensi dan intensitas kegiatan pembelajaran sosial emosional untuk memastikan siswa mendapatkan manfaat maksimal.
      2. Kolaborasi dengan Orang Tua: Melibatkan orang tua lebih dalam proses ini agar mereka dapat mendukung perkembangan sosial emosional anak di rumah.
      3. Evaluasi dan Penilaian Berkelanjutan: Mengembangkan alat evaluasi yang lebih baik untuk mengukur perkembangan siswa secara berkala dan memberikan umpan balik yang lebih tepat guna.

      Dengan melakukan perbaikan ini, saya berharap dapat memberikan dampak yang lebih luas dan mendalam pada perkembangan sosial emosional siswa. Saya juga berencana untuk terus berbagi praktik terbaik ini dengan komunitas pendidikan yang lebih luas agar lebih banyak siswa dapat merasakan manfaat dari pendekatan ini.

      2024-07-14

      Lokakarya 3 "Peran Pemimpin dalam Pembelajaran"

       


      Pada hari Sabtu, 13 Juli 2024, Aula BPG Mini di Jalan Jendral Sudirman, Sampit, menjadi saksi berlangsungnya Lokakarya 3 bagi calon Guru Penggerak angkatan 10. Lokakarya ini mengusung tema "Peran Pemimpin dalam Pembelajaran" dan dihadiri oleh para calon Guru Penggerak yang penuh semangat untuk mengembangkan kemampuan mereka dalam memimpin proses pembelajaran. Kegiatan ini dibuka dengan sambutan dari Kepala Dinas Pendidikan setempat, yang menekankan pentingnya peran guru sebagai pemimpin dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan inspiratif.
      Salah satu fokus utama dalam lokakarya ini adalah simulasi mengajar dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berdiferensiasi serta RPP yang sudah memiliki Komponen Sekolah Efektif (KSE). Dalam sesi ini, para peserta diberikan kesempatan untuk mempraktikkan teknik mengajar yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan siswa. Melalui simulasi ini, para calon Guru Penggerak dapat memahami pentingnya diferensiasi dalam pengajaran, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan belajar setiap siswa secara individual. Selain itu, mereka juga belajar bagaimana mengimplementasikan KSE untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran di kelas.
      Kegiatan ini tidak hanya memberikan pengetahuan teoretis, tetapi juga melibatkan peserta dalam berbagai aktivitas praktis yang menantang dan memperkaya keterampilan mereka. Dengan adanya lokakarya ini, diharapkan para calon Guru Penggerak mampu mengintegrasikan peran kepemimpinan dalam setiap aspek pembelajaran, sehingga dapat menciptakan generasi siswa yang lebih kreatif, kritis, dan berdaya saing tinggi. Lokakarya ini merupakan langkah nyata dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia, dengan menyiapkan guru-guru yang kompeten dan siap menjadi pemimpin dalam dunia pendidikan.


      2024-07-09

      Pendampingan Individu Ke-3, Implementasi Pembelajaran yang Berpihak Kepada Murid

       


      Program Pendidikan Calon Guru Penggerak Angkatan 8 sudah berlangsung hampir tiga bulan. Dari kegiatan  pendidikan Calon Guru Penggerak (CGP) tersebut saya sebagai salah satu peserta banyak mendapatkan pengetahuan baru terutama dalam melakukan proses pembelajaran di kelas dan sekolah. Tidak saja pengetahuan baru, bahkan semenjak mengikuti pendidikan Guru Penggerak baik secara daring maupun luring, saya pula mendapatkan keterampilan baru atau kecakapan menggunakan perangkat digital untuk menunjang kegiatan pendidikan.

      Hingga hari ini program pendidikan guru penggerak angkatan delapan telah memasuki Pendampingan Individu ke-3 oleh Pengajar Praktik (PP). Pada kegiatan Pendampingan Individu ke-3 ini mengangkat tema Implementasi Pembelajaran yang Berpihak Kepada Murid. Alhamdulillah PP saya, Bapak Matius Karengke selalu memberikan yang terbaik buat saya ketika beliau melakukan pendampingan dan mengunjungi sekolah tempat saya bertugas. Banyak bimbingan dan arahan yang diberikan saat proses praktik lapangan berlangsung. Beberapa kegiatan yang kami laksanakan dalam Pendampingan Individu ke-3 sebagimana agenda PP antara lain; tindak lanjut hasil analisis dan refleksi umpan balik dari PI ke-2, rencana penerapan pembelajaran sosial emosional, hasil lokakarya 2 terkait keterlaksanaan BAGJA di sekolah CGP, dan persiapan tugas CGP untuk PI ke-4 tentang Pembuatan RPP Pembelajaran Diferensiasi, Senin (08/07/2024) seperti berikut ini:

      Refleksi dan Umpan Balik

      Refleksi dan umpan balik yang sudah kami lakukan dalam proses pembelajaran terkait apa yang telah dipelajari dalam pendidikan guru penggerak adalah proses pembelajaran diferensiasi selama ini memang telah kami jalankan.

      Bahkan sebelum program pendidikan guru penggerak ada seperti saat ini, dan selama menjadi CGP baru saya memahami apa yang kami pelajari di dalam pendidikan guru penggerak ternyata saya sudah lakukan berbagai hal dalam proses pembelajaran tapi prosesnya.  Kendati demikian memang masih secara umum, belum spesifik dan belum terstruktur dengan baik.  Dengan adanya program pendidikan guru penggerak ini, maka semakin mempertajam model pembelajaran diferensiasi baik dari segi modul maupun dalam proses. Dan ini sangat memotivasi kami saat implementasi (ekskusi). Artinya Implementasi pembelajaran yang berpihak kepada murid melibatkan pendekatan dan strategi yang berfokus pada kebutuhan, minat, dan perkembangan individual siswa telah berlangsung di dalam pembelajaran yang kami laksanakan.

      Tujuan implementasi pembelajaran yang berpihak pada murid

      Tujuannya adalah untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang memungkinkan setiap murid untuk berkembang secara optimal. Pertimbangkan gaya belajar yang berbeda-beda dan kemampuan murid dalam kelas.

      Sehingga kita harus menggunakan beragam metode, materi, dan alat pembelajaran untuk mengakomodasi keberagaman ini.  Kita harus ingat bahwa setiap murid unik, jadi pendekatan yang berpihak kepada murid haruslah bersifat fleksibel dan responsif terhadap kebutuhan murid.

      Rencana Pembelajaran Kompetensi Sosial dan Emosional atau Disingkat KSE. 

      Apa yang akan kita lakukan kedepan tentang pembelajaran Kompetensi Sosial Emosional ini?

      Adapun yang akan saya lakukan kedepan dalam pebelajaran ini adalah lebih kepada membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam mengelola emosi untuk membangun hubungan yang sehat dan menetapkan tujuan yang baik dalam mengambil segala keputusan. Sebagimana kita ketahui lima unsur Kompetensi Sosial Emosional (KSE) Guru Penggerak yaitu kesadaran diri, pengelolaan diri (manajemen diri), kemudian keterampilan sosial serta pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.

      Apa yang harus diperbaiki kedepan?

      Dari hasil analsis dan pengalaman sebelumnya bahwa hal yang harus segera saya perbaiki kedepannya adalah lebih menekankan pada aspek kerjasama antar siswa, teman sejawat dan warga sekolah.  Kita harus sama-sama memahami dan menerapkan pembelajaran KSE tersebut sehingga guru dapat mengajak siswanya untuk menyadari, melihat, mendengar, merasakan apa yang terjadi di sekelilingnya.  Sehingga siswa dapat tumbuh dan berkembang sesuai minat dan bakatnya dalam hal pengetahuan, keterampilan dan sikap, juga dalam pembiasaan positif yang ada di kelas dan di lingkungan sekolah. Refleksi dan umpan balik tentang BAGJA yang sudah CGP kerjakan di LMS (Learning Management System). Bagaimana implimentasinya di sekolah? Dari setiap langkah BAGJA di bagian mana yang ada kendalanya?

      Pada langkah eksekusi yang saya rasakan ada kendalanya karena kita perlu bekerjasama dengan manajemen sekolah dan wali siswa supaya tahap ini bisa berjalan sesuai seperti yang kita harapkan. Meskipun prosesnya tetap ada seiring tahap-tahap itu kita lakukan. Intinya kolaborasi dan kerjasama dalam proses tersebut sangat membantu agar segala yang sudah kita siapkan dapat terlaksana dengan baik dan semua proses yang kita lakukan berpihak kepada peserta didik.

      Kesimpulan

      Dari implementasi pembelajaran yang berpihak kepada peserta didik adalah bahwa pendekatan ini sangat penting untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.  Dengan adanya implementasi pembelajaran yang berpihak kepada peserta didik, kita tidak hanya melahirkan siswa yang sukses secara akademis. Tetapi juga  mendidik siswa yang berdaya saing, mampu beradaptasi, dan memiliki motivasi intrinsik untuk terus belajar sepanjang hayat.  Dalam keseluruhan, pendekatan ini berkontribusi pada pembentukan generasi yang cerdas, kreatif, mandiri, dan siap menghadapi tantangan masa depan dengan tingkat percaya diri yang lebih baik. Sekian dan terima kasih. Salam guru hebat!

      2024-07-07

      Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4

       

       

      Pada minggu ini (jurnal refleksi dwi mingguan ke 4), saya mengikuti kegiatan calon guru penggerak yang membahas modul 1.4 dengan topik "Budaya Positif". Saya merasa bahwa banyak hal baik yang saya alami dalam proses tersebut. Saya juga dapat berdiskusi dengan rekan-rekan sejawat dan bertukar pengalaman dalam menerapkan nilai dan peran guru penggerak.

      Dalam menulis jurnal refleksi ini saya menggunakan model 1 yaitu model 4F (Fact, Feeling, Findings, dan Future, yang diprakarsai oleh Dr. Roger Greenaway. 4F dapat diterjemahkan menjadi 4P yakni : Peristiwa; Perasaan; Pembelajaran; dan Penerapan.

      1. Fact (Peristiwa)

      Modul ini memiliki materi paling banyak dibandingkan modul-modul sebelumnya dan menguras banyak waktu. Pada modul 1.4, saya mulai mempelajari Budaya Positif yang diawali dengan pembelajaran mandiri, dimulai dari bagian 'Mulai Dari Diri'. Dalam bagian ini, saya diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan di LMS, termasuk: 1) pentingnya menciptakan suasana positif di lingkungan; 2) cara saya menciptakan suasana positif di lingkungan saya; 3) hubungan antara suasana positif dengan proses pembelajaran yang mendukung murid; 4) penerapan disiplin di sekolah saat ini, apakah sudah efektif atau masih perlu perbaikan dan pengembangan. Selain itu, saya juga harus menjawab pertanyaan refleksi diri, harapan untuk diri sendiri, harapan untuk siswa, dan ekspektasi.

      Setelah menyelesaikan bagian 'Mulai Dari Diri', saya melanjutkan ke bagian 'Eksplorasi Konsep', yang mencakup enam materi penting dalam modul 1.4 ini. Materi tersebut adalah: 1) Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal; 2) Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi; 3) Keyakinan Kelas; 4) Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas; 5) Restitusi – Lima Posisi Kontrol; 6) Restitusi – Segitiga Restitusi.

      Setelah eksplorasi konsep, saya berkolaborasi dengan kelompok lain secara daring dalam sesi 'Ruang Kolaborasi' yang dipimpin oleh fasilitator kami, Bapak Akhid Ahdiannur . Sesi ini dibagi menjadi dua bagian: diskusi dengan anggota kelompok dan presentasi hasil diskusi kelompok. Diskusi ini sangat bermanfaat, terutama saat kami menanggapi presentasi dari setiap kelompok.

      Setelah berkolaborasi, saya kembali fokus mengerjakan tugas mandiri di bagian 'Demonstrasi Kontekstual'. Di sini, saya mendapatkan tugas untuk membuat dua skenario penerapan segitiga restitusi. Setelah itu, saya membuat video penerapan segitiga restitusi bersama siswa.

      Kegiatan berikutnya adalah 'Elaborasi Pemahaman' bersama instruktur Bapak Faisal Bahar dari cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kabupaten Pamengkasan. Dalam sesi ini, saya diberi tugas untuk memberikan pertanyaan yang dapat memperkuat pemahaman saya tentang isi modul 1.4 Budaya Positif. Diskusi dengan instruktur membantu saya memahami lebih dalam materi yang disampaikan dalam modul ini.

      Setelah serangkaian kegiatan tersebut, saya melanjutkan dengan membuat tugas 'Koneksi Antar Materi'. Bagian ini mengaitkan materi yang telah saya pelajari dari modul 1.1, 1.2, 1.3, dan 1.4. Tugas ini meliputi penjelasan pemahaman saya tentang konsep-konsep inti seperti: disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Saya juga diminta untuk menjelaskan hal-hal menarik dan tak terduga yang saya temui, serta membuat rancangan aksi nyata sebagai persiapan pelaksanaan aksi nyata modul 1.4.

      Terakhir, saya melaksanakan 'Aksi Nyata'. Saya berkoordinasi dengan kepala sekolah dan meminta izin untuk mengadakan diseminasi tentang Budaya Positif kepada seluruh warga sekolah. Dalam diseminasi ini, saya menjelaskan materi yang telah saya pelajari. Aksi nyata ini didokumentasikan dalam bentuk video dan artikel, yang diunggah melalui LMS serta platform Merdeka Belajar.

            2.  Perasaan (Feeling)

      Setelah mempelajari Modul 1.4 tentang Visi Budaya Positif, saya merasa perasaan semangat, bangga, senang dan menambah pengetahuan saya. Pembelajaran tentang berdispiln positif di lingkungan sekolah bukan hanya berlaku bagi murid tetapi juga bagi guru dalam setiap pengambilan keputusan, posisi kontrol saya selama ini sebagai penghukum terkadang sebagai pemantau

      1. Pembelajaran (Findings)

      Dalam Modul 1.4 tentang Budaya Positif saya mendapatkan materi tentang konsep-konsep budaya positif, diantaranya 1) Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal; 2) Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi; 3) Keyakinan Kelas; 4) Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas; 5) Lima Posisi Kontrol ; 6) Segitiga Restitusi. Saya juga bisa membuat contoh penerapan segitiga restitusi bersama siswa yang bisa digunakan untuk contoh bagi guru lain yang belum mengetahui tentang segitiga restitusi untuk membangun budaya positif di sekolah.

      1. Penerapan (Future)

      Setelah mempelajari modul 1.4 ini yaitu tentang Budaya Positif maka saya aya mulai mnelakukan praktek disiplin positif di lingkunga sekolah mulai dari membuat kesepakan kelas bersama murid, dan memprakarsai lkesepakatan kelas agar menjadi aturan kecil di dalam kelas serta melakukan sosialisasi kepada guru terkait posisi kontrol yang harus di jalaini seorang guru.