2020-11-06

PENCATATAN KEGIATAN PENGANGKUTAN HASIL

 PENCATATAN KEGIATAN PENGANGKUTAN HASIL KELAPA SAWIT

https://spks.or.id/file/publikasi/12__SOP_PEMANENAN_PENJUALAN_TBS.pdf

Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu tanaman penghasil produksi (buah/bunch) yang tonase per ha dan per tahunnya sangat tinggi dibandingkan dengan tanaman-tanaman lain (dapat mencapai 35 ton TBS/ha/tahun). Oleh karena itu organisasi atau pekerjaan transportasi di perkebunan kelapa sawit adalah salah satu pekerjaan yang terpenting/utama.

Pada umumnya pengangkutan buah menggunakan kendaraan truk (dump truck atau light truck). Namun pada beberapa kasus (terutama kebun di areal gambut) pengangkutan buah ada yang menggunakan lori yang ditarik oleh lokomotif langsung dari blok-blok ke pabrik. Beberapa kebun kendaraan pengangkutan buah disediakan sendiri. Namun ada juga kebun-kebun yang menggunakan kendaraan sewa seluruhnya untuk pengangkutan buah (pengangkutan oleh kontraktor).

Transport buah (Fruit Fresh Bunches = FFB) merupakan mata rantai dari 3 (tiga) mata rantai yang terpenting dan saling mempengaruhi yaitu Panen, Angkut dan Olah atau disingkat PAO, seperti gambar berikut :

Dalam ketiga rangkaian tersebut tidak boleh ada yang tidak sinkron. Pada saat akan panen harus sudah ditaksasi dari jumlah tandan buah segar (TBS)-nya sehingga sudah dapat dihitung kebutuhan angkutannya dan juga sudah dapat memperkirakan pengolahan hari besoknya.

Ada 4 (empat) hal yang menjadi sasaran kelancaran transport FFB yaitu :

– Menjaga agar ALB (Asam Lemak Bebas) produksi harian 2-3%
– Kapasitas atau kelancaran pengolahan di pabrik
– Keamanan TBS di lapangan
– Cost (Rp/Kg TBS) transport yang minimal

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN TRANSPORT FFB

ORGANISASI PANEN

 Rotasi panen dijaga antara 6-7 hari, sehingga persentase brondolan terhadap janjang maksimum 7-9%. Hal ini perlu agar jangan terlampau banyak waktu yang dibutuhkan untuk mengangkat brondolan dari TPH ke kendaraan.

 Buah harus diletakkan oleh karyawan potong buah di TPH yang telah ditentukan (bernomor). Interval TPH ialah : tiap 3 (tiga) jalan pikul ada 1 (satu) TPH., seperti contoh pada Ilustrasi Gambar-1.

 Panen dalam setiap hari agar diusahakan terkonsentrasi, jangan terpencar-pencar dari satu mandoran dengan mandoran yang lain. Dan juga arah majunya dari satu ancak ke ancak yang lain diusahakan menurut atau melawan arah putaran jarum jam. Kedua aspek ini perlu dalam rangka efisiensi.

 Harus dihindari adanya potongan-potongan ancak panen di suatu mandoran, artinya diusahakan agar 1 (satu) ancak selesai dipotong dalam 1 (satu) hari.

 Sesudah selesai dipotong satu jalan pikul, karyawan panen harus langsung mengeluarkannya ke TPH. Hal ini perlu agar transport buah sudah dapat dimulai paling lambat jam 08.30 setiap hari. Oleh karena itu, kerani buah harus secepatnya memeriksa dan menerima buah.

 Realisasi tonase buah yang dipanen setiap hari harus hampir sama dengan tonase taksasi buah yang dibuat kemarin sorenya. Hal ini diperlukan untuk penentuan jumlah kendaraan yang akan disediakan.

 Panen hari Minggu sebaiknya dihindari untuk memberi kesempatan waktu untuk reparasi alat-alat transport dan kesempatan istirahat kepada supir dan kenek.

BENTUK/POLA JALAN DI DALAM KEBUN

 Sedapat mungkin harus diusahakan lurus dan jarak antara pasar buah maksimum ± 300 m (33 pokok).

 Jalan-jalan buntu (tidak tembus) diminimalkan dan sebaiknya tidak ada.

 Di areal berbukit diusahakan jalan dibangun di kaki bukit bukan diatas bukit

KONDISI/PERAWATAN JALAN

 Faktor utama kelancaran transport ialah kondisi/perawatan jalan. Masih banyak staf lapangan beranggapan bahwa apabila tidak lancar transport FFB maka perlu penambahan alat transport, padahal kapasitas per unit alat transportnya masih jauh dibawah kapasitas standarnya. Penyebab utama dari keadaan tersebut ialah kondisi jalan yang tidak memadai.

Merupakan suatu gejala umum di perkebunan selama ini yaitu Road Greader yang disediakan perusahaan banyak digunakan untuk menarik kendaraan yang amblas oleh karena kerusakan jalan. Sebaiknya pemanfaatan Road Greader yang demikian harus dihindari atau ditiadakan. Road Greader hanya untuk membentuk dan merawat jalan.

 Perawatan jalan dengan batu terutama dengan batu padas sebaiknya diminimalkan, karena batu padas yang menonjol sering merusakkan ban dan gardan kendaraan (truk dan jeep). Juga perawatan jalan yang telah diberi batu padas sering mengalami kesulitan apabila dirawat lagi dengan Road Greader. Salah satu penyebab seringnya terjadi kerusakan Road Greader adalah karena batu padas yang ada di jalan.

JENIS DAN TIPE ALAT TRANSPORT

Pemilihan jenis atau tipe alat transport yang akan dipakai di suatu perkebunan didasari oleh faktor jarak afdeling/blok dengan pabrik, seperti :

Jarak
Afd/blok-Pabrik (KM)

a. Langsung ke pabrik
b.Tidak langsung (stop over di loading ramp Afdeling) Jenis/Tipe kendaraan kapasitas (ton/hari)
Langsung Truck biasa (kapasitas 7 – 10 ton) Tergantung jarak ke pabrik

KONDSI/PERAWATAN ALAT-ALAT TRANSPORT

Perawatan alat-alat transport di banyak perusahaan perkebunan masih termasuk titik lemah. Banyak faktor penyebabnya, tetapi salah satu penyebab utama ialah kurangnya pengetahuan teknik dari para staf terutama asisten lapangan.

Aspek-aspek yang kurang mendapat perhatian ialah :

 Lemahnya pengetahuan tehnis karyawan di bengkel
 Kurang disiplin jadwal doorsmer
 Muatan kendaraan (tonase) yang berlebihan
 Pengetahuan tehnis para supir yang minim
 Kondisi pasar yang tidak memadai
 Transport FFB yang sampai larut malam
 Sistim premi transport yang kurang menarik
 Dan lain-lain

ORGANISASI PENGOPERASIAN ALAT-ALAT TRANSPORT

Perlunya dihayati bahwa penyediaan kendaraan (truk dan wheel tractor) oleh perusahaan di perkebunan kelapa sawit adalah terutama untuk transport buah (FFB) dan kemudian untuk angkutan lain-lain.

Apabila semua pekerjaan dikelola dengan baik dan kebun sudah mapan maka persentase pemakaian kendaraan adalah sebagai berikut :

Angkutan lain (pupuk, karyawan, bibit dan lain-lain) = 20 – 25 %
Angkutan buah (FFB) = 75 – 80 %

Oleh karena itu penentuan jumlah kendaraan per afdeling terutama ditentukan jumlah produksi per hari.

Efisiensi pengoperasian alat-alat transport akan didapat maksimal apabila :

 Setiap hari Kepala Afdeling merencanakan tonase produksi dan angkutan lain-lain untuk besok setiap sore hari. Awas realisasi produksi tidak boleh terlampau jauh menyimpang dari taksasi, maksimal 2 (dua) %. Hal ini penting dalam rangka penentuan jumlah kendaraan oleh mandor transport atau Kepala Transport.

 Angkutan pupuk dan angkutan lain-lain sudah harus selesai paling lambat jam 08.30 sehingga diatas jam 08.30 kendaraan dikonsentrasikan untuk angkat buah.

 Supir dan kenek harus bawa bekal (bontot). Tidak dibenarkan pulang untuk makan dan minum.

 Jadwal “doorsmer” haus benar-benar dilaksanakan. Untuk hal ini harus tetap tersedia 1-2 unit kendaraan untuk menggantikan kendaraan yang sedang menjalani “doorsmer” atau direparasi tersebut. Sebelumnya supir harus mencatat, melaporkan bagian-bagian yang perlu diperbaiki.

 Jangan dibiarkan mentolerir adanya buah restan (tinggal) di lapangan (TPH).

 Kapasitas setiap kendaraan harus semaksimal mungkin. Oleh karena itu apabila TBS dari satu afdeling sudah habis diangkut maka kendaraan harus pindah ke afdeling lain yang terkendala transportasinya.

 Jangan ada pergerakan kendaraan yang tidak efisien.

 Pengisian BBM setiap hari harus sudah selesai jam 06.00 atau sore hari pada hari sebelumnya.

SISTEM PREMI TRANSPORT

Disusun sedemikian rupa dengan mempertimbangkan :

 Jenis/tipe alat transport
 Jarak dari afdeling/blok ke loading ramp dan pabrik
 Apakah stop over di loading ramp divisi atau tidak.

KAPASITAS LOADING RAMP DAN KELANCARAN PENGOLAHAN TBS DI PABRIK

Loading ramp dibangun sedemikian rupa sehingga kapasitasnya tidak sampai menyebabkan alat-alat transport menunggu untuk menuangkan TBS, terutama sewaktu ada stagnasi pengolahan di pabrik.

Menurut pengalaman, ada baiknya disediakan loading ramp dan lori dengan kapasitas total dapat menampung minimal produksi 1 (satu) hari. Tetapi penyediaan loading ramp lebih ekonomis dari penyediaan lori (cage) karena investasi dan maintenance cage lebih mahal.

Hal diatas perlu dikemukakan sehingga tidak ada restan buah (TBS) di lapangan dan jangan sampai panen dihentikan sewaktu ada stagnasi pengolahan di pabrik.

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PENGANGKUTAN BUAH

1. Kapasitas angkut dari truk harus dibatasi yaitu maksimal 5-6 ton/trip (untuk sejenis kendaraan seperti Mitsubishi PS 100 atau PS 120). Demikian juga jadwal tiba kendaraan truk ke lokasi panen dan tiba di pabrik harus diatur sedemikian rupa agar operasional kendaraan optimal dan proses pengolahan di pabrik berjalan lancar.

2. Kendaraan truk harus sudah mulai mengangkut pukul 7.00 pagi dan tandan pertama diharapkan dapat sampai di pabrik pada pukul 9.00 sedangkan tandan terakhir selambat-lambatnya pukul 22.00. Setiap kendaraan truk dilayani oleh 2 atau 3 orang tukang muat bongkar dan 1 orang kerani muat.

3. Tandan diusahakan tidak terbanting dan karung brondolan diletakan disebelah atas. Tandan busuk dan tandan kosong jangan ikut terangkut ke pabrik serta semua brondolan dipastikan dimuat ke dalam kendaraan

4. Di pabrik, karung kosong bekas brondolan dikumpulkan dan dikembalikan ke afdeling yang bersangkutan.

5. TBS yang tercecer (jatuh) di jalan harus dipungut kembali. Apabila diperlukan, TBS di dalam truk memakai jaring (terutama pada saat perjalanan cukup jauh dan melawati jalan negara atau kondisi jalan rusak berat).

0 komentar:

Posting Komentar